Photo by Josh Applegate on Unsplash |
Pertanyaan itulah yang kerap dilemparkan pada saya sebagai orang tua. Kok, bisa anaknya suka baca begitu? Bacanya sudah lancar, ya?
Bisa jadi karena sebagian besar menganggap si bungsu masih TK kali, ya disebabkan tubuhnya yang mungil? Ketika melihat dia membaca buku, orang-orang pada heran, masih segitu kok, bisa senang sekali membaca buku? Memang bacanya sudah lancar? hehe.
BTW, si adek ini sudah bisa membaca sejak mau masuk SD. Bukan termasuk anak yang diburu-buru supaya bisa lekas baca karena mau SD, tapi memang telah diedukasi sejak dini supaya bisa menyukai dan mencintai buku bahkan sejak dia belum pandai membaca. Proses dia belajar membaca tidak terlalu sulit. Berjalan saja mengikuti kemauannya. Saya mengalami hal yang sama juga pada si Kakak ketika masih kecil. Jika dilihat lagi ke belakang, semua itu bisa jadi disebabkan karena seringnya saya membacakan buku untuk mereka.
Mereka sama-sama suka banget membaca buku. Buku apa saja yang mereka baca di rumah? Saya pribadi selalu berhati-hati ketika memilihkan buku untuk mereka. Ada buku yang kelihatannya cocok buat anak-anak karena bergambar, tapi terkadang bahasanya terlalu kasar dan tidak sesuai dengan usia mereka.
Si Kakak yang sekarang baru masuk SMP misalnya, dia sudah lebih pandai memilih buku mana yang layak untuk dia baca dan adiknya baca. Dia akan bilang buku X nggak sesuai buat adek karena ceritanya bukan untuk anak kecil, semisal dia pernah baca novel anak yang bercerita sedikit tentang perceraian. Buat dia itu nggak sesuai untuk adiknya. So, sampai sekarang adek masih menunggu waktu untuk membaca buku-buku kakaknya yang lain…kwkwk.
Contoh paling mudah dari buku-buku komik pendidikan yang mungkin kurang cocok untuk anak-anak baca semisal ada olokan ‘bodoh’. Untungnya, anak-anak sudah paham kata-kata seperti itu tidak boleh ditiru, tapi mereka juga tahu ada kata-kata itu di muka bumi yang ditinggalinya.
Sama halnya seperti pemberian gadget, memilih buku juga mesti hati-hati. Sesuaikan buku sesuai jenjang usia, supaya anak-anak tidak mudah bosan karena isinya yang terlalu mudah, jangan sampai anak frustasi karena isinya terlalu sulit. Jadi, penting banget memilihkan buku sesuai usia dan kemampuan baca anak, ya. Ada anak yang masih kecil, tapi bacanya sudah lancar. Begitu juga sebaliknya. Ibaratnya kita nggak akan cocok dengan ukuran sepatu orang lain. Sebab, ukuran kaki kita memang berbeda-beda. Mesti menyusuaikan.
Semua Butuh Berlatih
Anak kecil yang selalu bermain gadget, mustahil tiba-tiba suka membaca ketika disodorin buku. Semua butuh berlatih, termasuk kita sebagai orang tua. Kebanyakan orang tua mengeluhkan anaknya yang terlalu sering main gadget. Solusinya, kurangi dan batasi mereka saat memegang gadget. Buatlah kesepakatan bersama dan belajarlah untuk konsisten dalam memberikan aturan pada anak-anak.
Anak-anak yang sudah disiplin, insya Allah tidak akan kesulitan untuk diarahkan. Jika belum waktunya main gadget, dia tidak akan serta merta mengambil diam-diam juga. Jangan lupa berikan kegiatan pengganti, salah satunya bermain bersama orang tua atau teman-temannya.
Jangan sampai kita mengambil ‘barang kesayangannya’ dengan paksa, tapi nggak mau ngasih solusi juga buat mereka. Mereka bisa kesal dan bosan ketika gadget tiba-tiba diambil.
Orang tua butuh berlatih supaya lebih sabar dalam proses yang satu ini, sedangkan anak-anak juga butuh berlatih supaya disiplin dengan aturan yang telah disepakati bersama. Ujiannya, kita kadang nggak sabar ketika anak-anak mulai merengek dan merusuh…kwkwk. Kesabaran emak-emak yang sudah lelah kadang hanya setebal tisu, itu pun dibagi sepuluh…huhu.
Itulah kenapa saya nggak mau cari masalah dalam hidup *eaaa. Nggak mau coba-coba kasih anak kebebasan pakai gadget karena takut seperti mereka yang malah kesulitan mengendalikan anaknya sendiri. Meskipun ada beberapa smartphone dan tablet yang bisa mereka ambil sesuka hati, tapi mereka tetap akan izin pada saya sebagai kepala suku...kwkwk. Apakah mau membaca buku di ipusnas? Apakah mau googling dan mencari referensi gambar? Apakah mau membuat video? Meski saya bukan ibu yang sempurna apalagi baik, tapi saya bersyukur mereka izin dulu setiap mau meminjam gadget, tidak sembunyi-sembunyi, pun saya tidak pernah menyembunyikannya.
Satu lagi, tidak ada gadget atas nama anak di rumah. Meski si Kakak sudah besar dan kebanyakan temannya punya gadget sendiri, dia tetap hanya boleh pinjam. Titik tanpa koma! Tidak ada batas jika digunakan untuk menghafal Alquran dan murajaah. Karena kebetulan mereka menghafalnya menggunakan aplikasi, ya.
Gimana, agak sulit, ya? Tapi jika kita mau memulainya, satu pesan saya, jangan mau kalah sama anak…kwkwk.
Buku Adalah Benda Istimewa
Apa yang membuat anak suka banget membaca buku? Ke wisuda Kakaknya mesti bawa buku, ambil rapot bawa buku juga, jalan-jalan pun tetap bawa buku. Setiap pergi ke mall, yang dicari toko buku, yang dibeli juga buku. Buku saya jadikan benda istimewa secara tidak langsung dan sepertinya dulu saya tidak menyadarinya juga, ya.
Setiap mereka berhasil melakukan sesuatu atau setelah berusaha, saya menghadiahkan buku. Setiap punya rezeki lebih, saya menawarkan buku, bukan yang lain. Setiap menjelang tidur, saya membiasakan membacakan mereka buku. Setiap hari selama bertahun-tahun sampai akhirnya mereka merasa lebih nyaman membaca sendiri menjelang tidur.
Capek? Mungkin, kebanyakan dari kita sudah terlalu lelah untuk membacakan buku menjelang tidur pada anak-anak. Apalagi setelah aktivitas seharian, tapi percayalah, manfaatnya besar sekali bagi kebiasaan mereka di masa yang akan datang.
Sebelum ramainya read aload, ternyata saya sudah sering membacakan buku secara nyaring sambil ngelawak…kwkwk. Saya nggak tahu bagaimana saya bisa menjadi seperti ini, tapi saya senang melakukannya setiap malam untuk mereka. Bahkan saya ingat betul, si Kakak yang sebenarnya sudah besar dan lancar membaca masih suka mendengarkannya juga.
Saya juga ingat hari Jumat lalu, ketika saya pergi kajian dan si adek menyusul sepulang sekolah. Biasanya, saya membawakan beberapa buku, tapi kali ini saya benar-benar lupa! Alhasil, saya didiamkan…kwkwk. Sampai kajian selesai, dia masih kesal kenapa emaknya lupa? Huhu.
Malamnya saya ajak ngobrol, dia bilang kesal, bukan marah pada saya. Dia bosan karena nggak ada buku yang bisa dibaca. Saya paham, karena buat anak-anak di rumah, membaca buku itu hiburan banget. Nggak peduli buku itu masih baru atau tidak. Anak saya tipe pembaca yang suka mengulang lagi bacaannya meski sebenarnya sudah hafal jalan ceritanya.
Makanya, setiap mau pergi lama, saya selalu membawakan beberapa buku sekaligus. Seperti ketika mengantre ke dokter gigi, jangan lupa bawa banyak buku ketimbang bawa banyak makanan…hehe.
Teman-teman akan tahu betapa lucunya anak-anak yang sedang cekikikan hanya karena bukunya lucu, mereka yang serius nggak mau pindah tempat hanya karena buku itu baru dibeli dan pengin dibaca sampai habis. Teman-teman bisa membayangkan kegiatan seperti ini menarik sekali untuk diajarkan pada anak-anak.
Buku bukan sembarang benda. Berbeda dengan gadget. Dengan banyak membaca, pengetahuan serta kosa kata anak-anak menjadi luas, imajinasi serta kreativitas mereka makin bagus. Jangan takut, meski nggak sering main gadget, anak-anak saya termasuk yang pandai-pandai saja menggunakan gadget, bikin games sendiri, membantu saya mengedit video animasi, menggambar digital, dan yang lainnya. Asal tetap dibatasi dan dijelaskan alasan kenapa tidak boleh lama-lama main gadget, insya Allah pegang gadget tetap ada nilai positifnya.
Bagaimana buku bisa menjadi benda yang istimewa buat anak-anak kita? Selalu menarik ketika dilihat dan bikin penasaran? Teman-teman bisa share juga pengalamannya, ya!
Anak-Anak Bisa Membaca Buku Apa Saja?
Di awal usianya, kita bisa membacakan picture book pada mereka. Ada banyak penulis buku anak yang bisa saya rekomendasikan, termasuk Mbak Dian Kristiani, Mbak Watiek Ideo, dan Mbak Lia Herliana.
Setelah anak-anak cukup besar, kami mulai memperkenalkan komik. Eits, ini bukan sembarang komik, ya. Ini komik pendidikan. Hanya saja, kebanyakan komik pendidikan terkesan berat bahasanya, juga agak kasar kata-katanya. Sampai akhirnya kami menemukan komik Plant Vs Zombies.
Sejak saat itu, dunia saya berubah…kwkwk. Setiap mau memberikan reward buat anak-anak, saya selalu ditodong mesti membelikan komik Plant…haha. Sampai saat ini sudah ada lebih dari 25 komik Plant tok. Belum yang lain :D
Kebanyakan orang mengira jika anak-anak saya tertarik dengan komik Plant karena menyukai games-nya, tapi itu keliru. Anak-anak hampir tidak pernah bermain games. Saya pikir, jangankan anak-anak, saya saja sebagai orang dewasa sangat menyukai komik satu ini. Dari gaya bahasanya yang ringan, tapi tetap dapat poinnya. Anak-anak jadi tahu banyak hal berkat komik ini. Mana ceritanya kocak, suka bikin ngikik di pojokan…kwkwk.
Untuk usia si Kakak, dia sudah bisa membaca novel anak-anak, termasuk novel Tere Liye, A Fuadi, dan J. K. Rowling. Hanya saja, saat ini dia mesti bersabar dulu karena aturan di pesantren yang melarang membawa buku bacaan sejenis itu.
Selain buku fiksi, sesekali mereka membaca buku nonfiksi seperti bukunya Jerome Polin dan buku-buku dari Ustadz Felix. Meski untuk usia remaja ke atas, tapi bukunya aman, kok untuk anak-anak.
Setelah mereka lebih besar, banyak buku yang bisa dibaca di rumah. Memang mesti investasi lumayan untuk membeli buku. Ketika orang-orang membeli perkakas rumah yang glowing atau perhiasan, saya malah membeli buku melulu…hoho. Apalagi ketika anak-anak baca buku barunya nggak sampai sehari, rasanya cepat sekali ya ngabisin uangnya? Haha. Beruntung mereka nggak mudah bosan, sehingga buku-buku lama masih sering dibaca ulang.
Itulah alasan kenapa saya belum menjual komik Plant bekas, ya. Please, yang mau antre jangan berharap dulu…kwkwk.
Semoga postingan sepanjang ini ada manfaatnya selain curhatan semata. Tetap semangat menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita.
Salam hangat,
Sebenernya gampang melatih anak2 suka membaca, asalkan orangtuanya juga suka membaca 😁. Aku bersyukur lahir di keluarga kutu buku mba. Sejak kami msh dlm kandungan, papa itu udh beliin banyak buku buat anak2nya.
ReplyDeleteTrus dibacain pas udh lahir. Sampe akhirnya kami mulai lancar bicara, langsung diajarin baca. Tiap kali bisnis trip ke LN, yg papa bawa cuma buku2 anak dari sana. Gambarnya bagus2, dan menarik perhatian anak kecil pasti.
Akhirnya belum TK pun kami udah bisa baca semua. Dan jadi terbiasa utk pegang buku di manapun. Bagi papa, budget buat buku ga akan dibatasi. Kami bebas beli. Sampe ada perpustakaan sendiri di rumah
Tapi saat udh punya anak , aku agak beda ngajarinnya..Krn mereka udh tahu gadget. Kebetulan aku tipe yg beliin mereka gadget untuk masing2, tapi aku kontrol dengan aplikasi family link yg bisa mengontrol dan cek apapun yg mereka buka, dan kalo aku sedang di LN, aku bisa lihat udh BRP jam pemakaian gadget mereka, dan bisa aku lock hp nya dr jarak jauh. Jadi ga terlalu kuatir sebenernya.
Cuma ngajarin mereka suka baca, LBH sering lewat ebook. Krn anak2 ini LBH suka baca ebook drpd yg fisik 😅. Ga masalah sih, walopun akunya yg ga nyaman, tapi demi mereka suka baca, sesekali masih aku bacain.
Walopun udh gede, tapi si adek Trutama msh suka dibacain buku sebelum tidur. Mungkin Krn udh terbiasa dari bayi dibacain yaa, jadi sampe Skr pun ttp minta read aloud 😄
Intinya, mau biasain anak suka baca, memang hrs kita biasain sedari kecil. Dan sebisa mungkin ortunya juga suka baca. Anak2 lihat aku selalu pegang buku, makanya mereka ikutan tertarik.