Friday, August 29, 2025
Berbohong Kepada Anak, Bolehkah?
![]() |
Photo by Ivan Andriavani on Unsplash |
Orang Tua yang Tidak Konsisten Cenderung membuat anak bingung
Wednesday, August 27, 2025
Tanggung Jawab Pendidikan Anak Dalam Islam
![]() |
Photo by Jason Sung on Unsplash |
Banyak orang tua sibuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang mentereng, mendaftarkan mereka les ini dan itu, tapi kita lupa satu hal, mendidik diri sendiri. Kapan terakhir kali kita membaca buku? Kapan terakhir kali kita datang kajian dan mendatangi seminar parenting?
Pendidikan bukan hadiah, melainkan hak anak
Saturday, August 23, 2025
Kisah Teladan Rasulullah SAW: Kasih Sayang Kepada Buah Hati
![]() |
Photo by Omar Lopez on Unsplash |
Nabi Muhammad SAW selalu mengajak anak bermain dan berlemah lembut kepada mereka
![]() |
Photo by Baby Natur on Unsplash |
Thursday, August 21, 2025
Review Buku Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan
![]() |
Photo: Dok pribadi |
Adakah di antara teman-teman di sini yang suka membaca buku-buku yang ditulis oleh konselor, psikiatri, atau psikolog? Terlebih buku-buku terjemahan seperti yang akan saya review ini. Beberapa buku terjemahan isinya cukup berat, tapi untuk buku ini benar-benar ringan dan enak dibaca. Jumlah halamannya tipis, tidak makan waktu banyak, dan yang pasti isinya sangat menarik.
Ikatan paling awal yang dibentuk oleh anak dengan ibu/pengasuhnya memiliki dampak luar biasa yang terus berlanjut sepanjang hidup.
Hidup Tidak Selalu Memberi Kita Pilihan
![]() |
Photo: Dok pribadi |
Tidak Membenci ataupun Menyukai Orang Lain
![]() |
Photo: Dok pribadi |
“Saat orang lain memerhatikan kita, ucapkan terima kasih dengan tulus. Dan, terimalah kasih sayang yang diberikan dengan gembira. Sebaliknya, ketika orang lain pergi menjauh, biarkan ia menjauh. Sikap “berterima kasih untuk apa yang datang, dan tidak mengejar apa yang pergi” pada akhirnya paling meringankan bagi kedua belah pihak.” (Hal. 29)
“Pada dasarnya manusia makhluk yang kuat. Mungkin terlihat kembali ke titik nol, tapi sebenarnya itu adalah titik permulaan. Pada gilirannya, manusia terlahir kembali seperti burung phoenix, lalu berpikir “Mengapa sebelumnya saya merisaukan soal itu?” atau “Ternyata sekarang saya sudah lebih kuat.” dan kemudian menjalani hidup dengan ringan. Apa pun yang terjadi, sebagian besar akan bisa diatasi. Atau lebih tepatnya, hidup akan mencari jalannya sendiri.” (Hal. 71)
Tuesday, August 19, 2025
Hak-Hak Anak Dalam Islam
![]() |
Photo by Aldin Nasrun on Unsplash |
1.Pilihlah pasangan yang baik agamanya
2. Pilihlah pasangan dari latar belakang keluarga yang baik
3. Jangan memilih pasangan dari keluarga dekat
4. Pilihlah perempuan yang masih gadis serta subur
Hak-Hak Anak Dalam Islam
- Memilihkan calon ibu yang baik. Ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anak kita. Hampir seluruh waktu mereka habiskan bersama ibunya. Mereka belajar adab dan ilmu dari ibunya sebelum belajar di sekolah. Karena itulah, Islam menganjurkan supaya calon suami mencarikan ibu yang baik karena itu juga menjadi hak anak bahkan meski ia belum dilahirkan ke dunia.
- Mendoakan anak-anak kita supaya menjadi generasi saleh dan senantiasa dekat dengan Al-Qur'an. Tidak ada doa yang lebih mustajab selain doa orang tua kepada anaknya. Doa yang baik akan mengantarkan anak-anak ke jalan yang baik. Karena itu, hendaklah orang tua menjaga emosinya supaya tidak mudah berkata kasar ataupun mendoakan keburukan bagi anak-anaknya.
- Berikan nama anak-anak kita dengan nama yang baik. Nama yang baik akan menjadi panggilan serta doa yang akan ia bawa sampai mati. Kita boleh menamainya dengan Abdurrahman, Abdullah, atau Aisyah, serta Fatimah.
- Orang tua harus memberikan teladan serta contoh yang baik kepada anak-anaknya. Seorang anak berhak melihat kebaikan dalam keluarganya karena ia akan mencontoh dan meneladani orang-orang terdekatnya sebelum teman-temannya. Itulah kenapa ada kalimat yang menyebutkan bahwa mendidik anak sama dengan mendidik diri sendiri. Sebelum mendidik mereka, hendaklah kita memperbaiki amal serta adab diri karena semua itu akan dicontoh oleh mereka.
- Mendidik anak-anak kita dengan aqidah yang lurus sehingga mereka terjaga imannya serta dijauhkan dari perbuatan syirik. Pendidikan agama merupakan tanggung jawab orang tua karena fitrah seorang anak sejatinya beriman kepada Allah. Orang tuanyalah yang membawanya kepada agama lain selain Islam.
- Mengajarkan dan mencontohkan anak supaya mengerjakan salat fardhu. Berdasarkan pengalaman penulis, anak-anak tidak serta merta hanya diperintahkan untuk salat, tapi juga diajak salat bersama, dicontohkan sejak kecil dengan rajin membawanya ke masjid untuk salat berjamaah, dan memilihkan sekolah Islam yang mengajarkan mereka hal yang sama. Hal ini benar-benar memudahkan mereka supaya istikamah melaksanakan salat tanpa harus dipaksa setiap harinya.
- Memperlakukan anak-anaknya dengan adil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang seseorang memberikan sesuatu hanya kepada salah seorang anaknya, sedangkan yang lainnya tidak. Maka, Rasul dengan tegas melarang hal itu. Selain tidak adil, hal ini juga dapat menimbulkan kecemburuan di antara mereka sehingga muncullah masalah yang bisa merenggangkan hubungan keluarga.
- Jangan membedakan antara anak perempuan dan anak lelaki sebagaimana kaum kafir Quraisy yang suka mengubur bayi perempuannya hidup-hidup. Saat ini, masih banyak orang tua yang mengagungkan anak lelakinya dan menganggap rendah anak perempuannya. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Berikan pendidikan yang baik bukan hanya baik dari sisi akademik, tapi juga agamanya. Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik putra putrinya yang mesti ditunaikan supaya mereka memiliki adab serta ilmu sesuai dengan ajaran Islam yang lurus.
Wednesday, July 2, 2025
Pesantren dan Pendidikan Seksual Sejak Dini
![]() |
Photo by Budi Gustaman on Unsplash |
EDUKASI ANAK-ANAK TENTANG PENGGUNAAN GADGET
![]() |
Photo by Sajad Nori on Unsplash |
Sunday, April 20, 2025
Viral Film Jumbo, Benarkah Telah Menyentuh Batas Akidah?
![]() |
Film Jumbo merupakan karya anak bangsa yang belakangan sedang hangat diperbincangkan diperdebatkan. Sebelum Jumbo, kita juga punya film Nusa dan Rara yang animasinya tak kalah bagus. Namun, Jumbo ini berbeda. Beberapa orang memperdebatkan isi ceritanya yang dinilai telah menyentuh batas akidah. Benarkah?
Saya nonton Jumbo bersama anak-anak. Jujur saja nggak expect akan ada yang kontra berlebihan setelah nonton film ini. Karena sejak awal saya juga sudah menyadari bahwa Jumbo ini merupakan film universal. Tidak seperti Nusa dan Rara yang islami, Jumbo nggak begitu.
Ketika saya nonton bersama anak-anak, mereka menikmatinya dan sama sekali nggak berpikir soal ‘minta-minta’ kepada selain Allah karena sadar betul Jumbo merupakan film fantasi. Memang ada hantunya, tapi kami nggak berpikir sejauh itu karena datang ke bioskop niatnya memang cari hiburan. Gimana ya, seperti Casper, Jin dan Jun, ada lagi? Waktu kecil kita juga sering menikmati film hantu, kan? Yes, sesederhana untuk mencari hiburan saja.
Ketika Imajinasi Menyentuh Batas Akidah
“Ya kali anakku kan belajar akidah juga di rumah. Masa nonton begituan?”
Anak saya juga belajar tentang akidah, bahkan yang sulung sudah masuk pesantren. Ketika saya berdiskusi dengannya, sama sekali nggak kepikiran soal minta-minta sama hantu ‘Meri’ itu sudah menyentuh batas akidah kita sebagai muslim. Apalagi Jumbo bukan film islami. Saya justru mengambil pelajaran bahwa ketika kita punya janji, ya harus banget ditepati, nggak mau enaknya sendiri, hanya mau didengar, tapi nggak peduli dengan temannya yang sedang kesulitan seperti yang awalnya dilakukan Jumbo kepada Meri.
Kalau teman-teman pernah nonton Ipin Upin, ada juga lho versi sihir-sihir gitu. Nenek Kabayan juga pernah melawan Atok dengan kekuatan sihir mereka. Nggak ada yang komplain soal itu, kan? Kalian menikmati dan ngasih ke anak-anak. Sadar betul itu bentuk imajinasi yang sebenarnya nggak bersentuhan dengan keyakinan kita sebagai muslim.
Jika teman-teman khawatir akidah anak-anak oleng, coba dipertimbangkan lagi tontonan mereka. Karena anak-anak merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua. Saya pribadi lebih senang mengedukasi anak-anak secara pribadi (dalam hal ini) dengan pertimbangan bisa merugikan orang lain yang sudah bekerja keras membuat film luar biasa di negeri kita. Nggak mudah lho bikin film kartun. Butuh waktu bertahun-tahun dan melibatkan banyak orang, juga dana yang besar. Makanya, nggak banyak kan film kartun yang kita punya? Kalaupun ada, kualitasnya nggak banget. Hanya satu dua saja yang bisa kita nilai bagus.
Film Jumbo, Kok Menampilkan Produk Boikot?
Ketika nonton Jumbo, kita akan salfok sama beberapa produk boikot yang muncul di dalam film ini. Pembuatan film kartun itu nggak murah, mereka butuh support bukan hanya doa dan dukungan, tapi juga materi. Bisa jadi, waktu itu hanya mereka yang bisa bantu dan tentu saja waktu itu belum ada ajakan boikot. Pembuatan film ini memakan waktu 4-5 tahun yang artinya belum bergaung ajakan memboikot produk-produk yang terafiliasi.
Perjanjian kerja juga tidak bisa seenaknya dihentikan. Dulu sudah dibantu, kok tiba-tiba mau menarik produk itu dari filmnya. Kira-kira bisa, nggak? Perjanjian nggak mungkin semudah itu dibatalkan kecuali belum terjadi kesepakatan kerja.
Bantu anak-anak mengerti dan memahami mengapa masih ada produk boikot dalam film ini. Jangan langsung benci sepihak. Ini film lokal yang membanggakan banget lho animasinya. Sejauh ini, animasi Jumbo keren banget meski ceritanya mungkin nggak sesuai harapan beberapa orang.
Banyak Pelajaran ‘Baik’ Dari Film Jumbo
Don atau Jumbo punya karakter pantang menyerah, suka mendongeng, optimis, ceria, dan penuh semangat. Penampilan yang berbeda tidak menunjukkan kita lebih baik atau sebaliknya. Don punya teman-teman yang sangat mendukung mimpinya. Mereka saling bantu tanpa pamrih. Mereka bersemangat dan mau mencoba banyak hal baru.
Dari sisi mana pun, film ini tetap menawarkan pelajaran baik buat anak-anak, termasuk kepada kita sebagai orang tua. Orang tua Don sayang banget kepada putranya, begitu juga neneknya. Meski akhirnya kedua orang tuanya meninggal, Don tetap hidup dengan baik. Karakter orang tua Don wajib kita contoh. Memberi perhatian dan kasih sayang itu hak anak-anak kita. Sesibuk apa pun, anak-anak adalah prioritas.
Dalam kehidupan nyata, sudah banyak saya lihat anak-anak yang kurang perhatian cenderung tidak tumbuh dengan baik. Kalau anak kita bermasalah, harus banget kita menengok sikap kita kepada mereka alih-alih memarahi dan selalu menyalahkan mereka.
Dari awal saya katakan, film Jumbo animasinya bagus banget karena kita belum pernah punya film kartun yang animasinya sekeren ini. Perlu dingat, film Jumbo bukan film islami sehingga tidak bisa kita jadikan sebagai film edukasi muslim buat anak. Jika ke bioskop untuk mencari hiburan, boleh kita nonton film ini. Jika mau belajar agama, sebaiknya cari tontonan islami yang sesuai seperti Nusa dan Rara mungkin.
Jangan menggiring opini negatif terlebih di zaman sosial media seperti sekarang. Apa susahnya mengapresiasi karya anak bangsa? Kapan kita akan berkembang jika setiap karya selalu mendapat perlakukan seperti ini?
Salam hangat,
Hey there!
Part of
