Photo by Daiga Ellaby on Unsplash |
Adakah yang merasakan hal sama? Merasa berat ketika mendidik dan menjaga anak-anak di zaman sekarang. Terlalu banyak rintangannya yang mesti dihadapi. Tantangan yang tidak mudah. Bahkan untuk selesai dengan diri sendiri pun belum sepenuhnya beres.
Waktu ada acara di kelas si bungsu kemarin, saya sempat ngobrol dengan teman sesama wali murid. Ngobrolin tentang anak-anak kami yang baru selesai di kelas 6 tahun ini. Betapa tidak mudah mendidik dan menjaga mereka di zaman digital seperti sekarang. Di mana kebanyakan teman-teman mereka sudah ada yang pacaran, punya gadget sendiri, sampai nggak punya motivasi buat belajar saking nyandunya sama gadget.
Saya pribadi juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, tinggal sendiri tanpa orang tua membuat semua jauh lebih mudah. Kenapa? Karena kebanyakan teman saya merasa kesulitan untuk konsisten pada anak-anak disebabkan perbedaan prinsip mendidik antara dirinya dengan orang tua yang sudah menjadi eyang. Siapa pun tahu, eyang itu sayang banget sama cucunya apalagi cucu pertama. Kalau perlu, semua permintaannya bakalan dituruti. Ujung-ujungnya, eyangnya dijadikan tempat pelarian ketika dia melakukan kesalahan.
Kita sebagai seorang anak juga bakal kesulitan jika mesti berdebat dengan orang tua apalagi jika mereka tidak mau memahami pilihan kita.
Saya pernah mengalaminya ketika mudik, di mana anak saya waktu itu memainkan nasi, yang dianggap suami tidak mesti dilakukan meski oleh anak kecil. Akhirnya, suami menegurnya, tapi kemudian dibelain sama eyangnya. Suami berusaha tetap pada pendirian dan berusaha menjelaskannya dengan baik pada orang tua. Usia kecil bukan alasan untuk membolehkannya melakukan apa pun, apalagi jika itu tidak baik. Jangan mentang-mentang masih anak-anak, semua jadi dimaklumi. Justru karena masih anak-anak, kita mesti mengajari hal yang benar padanya supaya suatu hari nanti tidak melakukan hal yang keliru.
Tantangan Luar Biasa di Zaman Digital
Pernah nggak sih mendengar ada anak kecil yang kecolongan nonton video tidak pantas, entah nggak sengaja dari gadget orang tuanya, nonton bareng teman, dan sebagainya?
Cerita seperti ini tidak hanya saya dengar dari jauh, tapi dialami oleh teman-teman anak saya. Jujur saya kaget, tapi melihat banyak anak di zaman sekarang pegang gadget sejak kecil tanpa pengawasan, rasanya ya wajar jika sampai kecolongan.
Mungkin, orang tua di luar sana tidak pernah berpikir bahayanya gadget yang diberikan pada anak-anak yang mestinya belum punya dan belum siap secara mental. Apalagi jika tanpa pengawasan, mereka bisa pengin tahu apa saja dan membuka banyak video tanpa batasan.
Sebelum anak punya gadget, hal yang lebih penting adalah mengedukasi mereka tentang bahaya di dunia maya. Bertahun-tahun lalu, sebelum pegang gadget semudah hari ini, saya pernah membuat buku edukasi untuk anak saya sendiri. Saking gabutnya, ya..hihi. Saya berusaha mengajari anak-anak sesuai usia mereka tentang pornografi, negatifnya terlalu banyak main games, serta bahayanya mengenal orang asing di dunia maya.
Anak-anak mulai memahami bahwa di dunia maya itu isinya bukan hanya senang-senang dan bikin happy. Ada orang yang pengin jahat sama kita, salah satunya dengan membuat video-video porno yang bikin otak kita jadi rusak dan candu.
Jadi, ketika anak-anak tanpa sengaja mendengar atau melihat hal-hal yang tidak pantas, mereka mestinya menutup gadget, menjauh, bukan malah penasaran. Kenapa? Karena mereka sudah paham itu apa dan seperti apa bahayanya.
Nah, saya pikir, inilah yang jarang orang tua sampaikan pada anak-anak sebelum memberikan gadget. Bahkan sebagian besar orang tua mulai tidak bisa mengendalikan dan mengontrol isi gadget anaknya. Anak-anak malah lebih galak dari orang tuanya sendiri. Saya pikir itu jauh bikin orang tua lebih capek dibandingkan kita jagain mereka di usia emasnya kemarin.
Seperti pernah saya dengar dari salah satu ustadz, jika kita nggak mau investasikan waktu dan tenaga untuk fokus menjaga anak-anak di usia kecilnya, jangan mengeluh jika nanti kita bakalan lebih capek untuk mengatasi mereka di usia remajanya.
Jadi Orang Tua Itu Tidak Mudah
Setelah menjadi orang tua, saya akui, jadi kita itu capek. Saya sering minta maaf, terutama pada si sulung. Dia anak pertama kami, merasakan naik turunnya kami sebagai orang tua, terutama saya yang waktu itu belum sembuh dari trauma pengasuhan di masa kecil.
Jadi orang tua itu capek, susah, nggak mudah, apalagi kalau kita nggak tahu ilmunya. Kadang, sudah belajar parenting sampai kulit-kulitnya, praktiknya tetap susah :(
Ditambah di zaman sekarang yang mesti kerja keras dengan menjaga lingkungan yang nggak bisa kita atur dan hindari. Mau sekolah di tempat mana pun, teman-teman yang kurang sesuai harapan kita tetap akan ada. Jangan kaget, jika kadang anak-anak suka ikutan ngomong atau melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. Ternyata kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan tanpa mengerti maksudnya.
Orang tua bisa berpesan pada anak-anak supaya selalu bercerita, mesti nanya dulu sebelum ikut-ikutan. Pada akhirnya, komunikasi kita dengan anak jadi hal yang sangat penting, kan?
Banyak hal yang saya tahu dari cerita anak-anak. Makanya, sebisa mungkin kita bikin anak-anak nyaman bercerita pada kita. Jangan suka menceritakan hal-hal yang tidak mereka mau ke orang lain. Orang tua mesti menjaga kepercayaan. Saya sering menyimpan rahasia si kakak dari adiknya. Iya, bahkan meski mereka bersaudara, mereka tetap punya rahasia yang masing-masing pengin kita jaga.
Kunci komunikasi bagus dengan anak salah satunya mesti dekat dengan mereka. Mana ada anak yang mau cerita jika mereka merasa nggak dekat. Bahkan kadang ada yang lebih percaya pada orang lain. Nah, ini mesti dikoreksi sendiri oleh kita sebagai orang tua. Kira-kira apa yang bikin anak jadi seperti itu? Apa yang bikin anak enggan cerita sama kita? Apa yang bikin mereka memilih orang lain dibanding kita sebagai orang tuanya?
Masih banyak cerita dari pengalaman saya sebagai orang tua yang masih seumur jagung. Terutama ketika anak mulai beranjak remaja, jujur deg-degan…kwkwk. Namun, saya berusaha untuk tidak berhenti belajar menjadi orang tua yang baik. Semoga anak-anak kita selalu dalam lindungan Allah, ya.
Salam hangat,
Memang susah banget ya mendidik anak di era gempuran digital seperti sekarang.
ReplyDeleteBertambah susah lagi kalau misalnya kedua orangtuanya bekerja, seperti diriku. Di satu sisi butuh penghasilan, tapi di sisi lain akhirnya anak ga bisa kepegang sepenunya. Dilema.