Photo by Paul Garaizar on Unsplash |
Sering berusaha membantu dan menyenangkan orang lain, tapi nyatanya ada saja hal-hal yang membuat sebuah hubungan menjadi renggang. Sering berusaha menjadi teman yang baik, saudara yang baik, tapi pada akhirnya ada saja yang mereka anggap kurang. Terkadang, perasaan bersalah muncul karena merasa belum bisa memberikan yang terbaik bagi mereka. Namun, benarkah perasaan bersalah ini perlu, sedangkan selama ini kita sudah berusaha memberikan semua hal yang kita bisa, semampu kita, bahkan sering kali mengorbankan diri sendiri?
Menjadi baik itu memang sebuah keharusan. Kita memang dituntut menjadi baik kepada semua orang, tapi menyenangkan semua orang, benarkah kita mampu melakukannya?
Karena perasaan orang lain merupakan salah satu yang mustahil kita kendalikan, jadi nggak aneh jika mereka sering merasa kecewa dan merasa tidak puas dengan apa yang kita berikan. Padahal, kita mati-matian lho memperjuangkan diri supaya bisa membuat orang lain senang.
Kita harus punya batasan. Sejauh mana kita bisa membantu dan menyenangkan semua orang. Sejauh mana kita bisa memberikan pertolongan dan meringankan beban orang lain. Jangan hanya karena merasa nggak enak, kita jadi mengorbankan diri sendiri apalagi mengambil alih tanggung jawab orang lain.
Nah, batasan ini yang sering kali nggak kita miliki saking pedulinya kita sama orang dan pengin diterima. Akhirnya, setiap disuruh dan diminta, kita selalu mengiyakan meski sebenarnya nggak sanggup mengerjakan semua seorang diri. Hanya karena jadi orang nggak enakan, kita selalu minta maaf, padahal nggak salah juga.
Masalah seperti ini benar-benar menguras pikiran. Jika kita nggak pandai-pandai menempatkan diri dengan baik, memberikan batasan dan merasa cukup dengan apa yang telah kita berikan, sampai kapan pun kita akan selalu merasa bersalah.
Saya pernah membaca sebuah buku yang menjelaskan bahwa, kebahagiaan orang lain bukan tanggung jawab kita. Ini bukan soal hubungan kita dengan orang tua atau melarang diri kita membantu orang lain yang membutuhkan. Ini tentang yang lain. Seperti orang-orang yang telah kita bantu sepenuh hati, semaksimal mungkin, tapi kok masih nggak disapa? Seperti orang-orang yang berusaha kita prioritaskan karena dia saudara atau teman dekat, tapi kok nggak bisa dipercaya?
Ini tentang hal-hal yang berlebihan atau lebih tepatnya bisa dianggap ‘nggak tahu diri’. Pasti kamu pernah punya teman yang sudah sangat akrab, sering kamu bantu, tapi ada satu momen yang membuat kamu merasa bahwa mestinya dia nggak melakukan itu. Jika setelah itu kamu masih belum menarik diri dan menjauh, selamat! Mungkin kamu termasuk salah satu orang yang masih nggak enakan untuk mengambil sikap.
Kemungkinan besar, orang-orang yang memperlakukan kita dengan tidak pantas setelah menerima banyak hal dari kita, entah itu perhatian atau bantuan, merasa bahwa mereka nggak berlebihan, kok. Makanya nggak pernah ada perasaan nggak enak buat minta tolong, padahal itu tugas mereka yang mestinya jadi tanggung jawab mereka.
Mereka juga nggak sungkan minta ini itu, padahal sudah berkali-kali. Itu pun tanpa apresiasi alias sekadar nyuruh!
Dengan alasan menjadi baik itu harus, bukan berarti kita mau dan harus melakukan semua hal demi orang lain. Sepertinya, ada banyak cara untuk menjadi orang baik, tidak melulu mau dimanfaatkan atau menyenangkan semua orang. Karena pada akhirnya, mereka juga harus belajar menghargai orang lain.
Lakukan Sewajarnya
Sering kali kita berusaha bersikap sebaik mungkin, sampai nggak bisa menolak hal-hal yang di luar kemampuan kita. Berusaha memenuhi keinginan semua orang, meski itu sebenarnya nggak masuk akal dan memberatkan, tapi kita tetap melakukannya.
Awalnya, kita merasa begitu lega jika bisa membantu orang lain, tapi kok ujungnya jadi gini? Lho, kok aku diginiin?
Jika masih ada yang membuatmu kecewa, artinya kamu mengharapkan sesuatu dari kebaikanmu. Kalau demikian, cobalah memberikan batasan pada diri sendiri, sejauh mana kita bisa membantu tanpa mengharapkan diperlakukan dengan cara yang sama baiknya.
Contohnya, ketika ada teman atau saudara meminjam uang, kamu pasti mau dengan senang hati membantu. Tetapi, nominal yang diminta besar sekali, kamu nggak mampu atau kamu merasa itu berlebihan, maka bantulah sewajarnya, semampumu, jangan sampai kamu memaksakan diri demi orang lain.
Orang-orang yang mengalami hal seperti ini pasti paham apa yang dimaksud. Ini bukan tentang pemberian kita pada orang tua atau pada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
Ada yang bilang, nggak apa-apa dimanfaatkan, itu akan jadi urusan mereka dengan Tuhan. Namun, beberapa orang mengatakan, ketika dirinya dikecewakan, padahal sudah berusaha sebaik mungkin memperlakukan orang lain, tapi masih dianggap kurang, maka mau nggak mau kita mesti menjauh pelan-pelan. Tandain aja, deh!
Kamu, termasuk yang mana?
Sebab Kita Bukan Malaikat
Penginnya bisa menyenangkan dan menolong semua orang. Terutama orang-orang terdekat, tapi kenapa sering kali kita justru dikecewakan oleh mereka juga, ya?
Orang-orang terdekat merupakan yang paling sering membuat kita kecewa. Masuk akal, karena kita selalu berusaha untuk mereka, tapi pada beberapa kasus, mereka justru sebaliknya. Tidak peduli, egois, seenaknya sendiri, dan nggak mau tahu dengan susahnya kita.
Ketika kita nggak bisa memberikan apa yang mereka inginkan, tiba-tiba nggak disapa, dimusuhin, diomongin di belakang, dianggap nggak peduli. Kebaikan-kebaikan tak terhitung sebelumnya tiba-tiba nggak dianggap. Kayak jahat banget!
Sampai di sini kita harus paham, kita ini bukan malaikat apalagi Tuhan. Sampai kapan pun kita nggak bisa menyenangkan semua orang. Jika ada yang kecewa, maka biarkan dirimu merasa cukup dengan semua yang sudah dikorbankan.
Iyap, merasalah cukup dan buatlah batasan sebab kita nggak sedang mencukupi kebutuhan anak-anak atau orang tua. Terkadang, tanpa disadari kita selalu membuat orang lain bergantung pada kita sampai-sampai membuat mereka nggak mandiri.
Jika demikian, kita juga jadi salah dan keliru bersikap. Jangan sampai kebaikan kita malah membuat orang nggak mau berjuang untuk dirinya sendiri. Membuat mereka selalu bergantung merupakan hal yang keliru. Dan untuk memutus rantainya, kita butuh keberanian yang besar karena sadar pasti akan dianggap nggak peduli lagi.
Kita harus belajar untuk merasa cukup bukan hanya pada apa yang telah kita terima dan dapatkan, tapi juga pada apa yang telah kita berikan kepada orang lain. Karena di luar sana, ada lebih banyak orang yang benar-benar butuh dibantu dibanding mereka yang hanya memanfaatkan kita.
Salam hangat,
Comments