Photo by Andrew Moca on Unsplash |
Selamat! Usiamu sudah semakin dewasa. Kita pun terus bertumbuh di antara luka dan bahagia. Banyak hal telah terjadi, membuat diri semakin menyadari bahwa hidup hanya butuh hal-hal sederhana asal bikin nyaman. Nggak punya banyak teman pun bukan masalah karena nggak semua pertemanan bisa diandalkan.
Ramai bukan berarti nyaman, sepi bukan berarti menyedihkan. Makin dewasa kita makin menyadari bahwa bukan teman-teman yang menghilang, tapi kitalah yang makin peka menilai.
Ada pertemanan yang lebih layak ‘mati’ ketimbang menyulitkan diri. Bukankah memaksakan berada di antara orang-orang yang tak bisa saling menghargai justru hanya dapat melukai?
Mustahil Menyenangkan Semua Orang
Dulu, kita pernah menjadi orang yang selalu siap sedia ada bagi semua orang. Mendengarkan mereka bercerita, mengulurkan tangan saat mereka butuh, rela melakukan banyak hal asal teman-teman kita bahagia dan kita pun sudah merasa cukup dengan perasaan ‘lega’.
Namun, sampai kapan pun kita tak akan mampu menyenangkan semua orang. Meskipun semua hal telah kita lakukan, bahkan ketika kita kerepotan dengan DL yang menumpuk, kita masih sempat-sempatnya meluangkan waktu demi teman yang butuh dibantu, tapi pada akhirnya banyak lelah kita tak begitu berarti bagi mereka.
Mungkin mereka kira kamu pengangguran yang tak punya pekerjaan. Sehingga bantuanmu tak bernilai kecuali hanya demi mengisi waktu luang. Apalagi jika kamu orangnya nggak enakan. Rela berbohong meskipun sedang banyak pekerjaan yang akhirnya justru menyulitkan diri sendiri. Selamat! Sepertinya kamu lebih mencintai orang lain ketimbang diri sendiri :)
“Ayolah bantuin. Bentar aja bikinnya. Jelek juga nggak apa-apa, kok,” katanya.
Padahal kamu juga tahu, yang disebut ‘bentaran’ itu juga butuh waktu. Yang ia sebut ‘jelek’ juga sebuah pekerjaan. Dan kejadian itu sering berulang sampai akhirnya kamu sadar, pertemanan ini sudah nggak sehat lagi.
Utang adalah Jalan Pintas Memutus Silaturahmi
Entah bagaimana ceritanya, dari pertemanan yang sangat akrab kemudian berubah seperti orang yang tak saling kenal hanya karena uang. Uang merupakan alasan paling sensitif kenapa persabahatan bisa jadi renggang. Uang adalah salah satu alasan kenapa tiba-tiba kita bisa tak saling kenal, seperti orang jauh.
Ustadz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya pernah berkata,
"Orang yang memberikan utang kepadamu telah berbesar hati meminjamkan."
Maka, belajarlah menjadi amanah kecuali kamu memang tak mampu membayarnya. Masalah kemudian menjadi rumit ketika kita menagihnya. Sering kali mereka yang menerima utang merasa terzalimi, padahal bisa jadi kita memang butuh dan itu adalah hak kita. Sering kali justru merekalah yang menjauhi kita padahal kita sudah berbesar hati memberikan pinjaman di saat kondisi kita pun tak berlebih.
Utang merupakan salah satu alasan kenapa silaturahmi bisa terputus dengan begitu mudahnya. Orang-orang di zaman sekarang pun menjadi lebih berani ketika berutang. Bahkan kepada teman-teman yang dikenalnya di sosial media. Sebagian memang benar-benar butuh dan terdesak, tapi sebagian yang lain tak seperlu itu. Sebagian bisa dipercaya, sebagian lagi menjauh setelah menerima bantuan.
Bagi kita yang telah berbesar hati meminjamkan, kemudian terkhianati, semoga Allah lapangkan rezeki dan hati. Mari belajar lebih ikhlas lagi.
Pertemanan Seolah Punya Tanggal Kadaluarsa
Berhenti berharap lebih kepada manusia, nanti kamu sakit :)
Itulah kalimat yang sering kita dengar dan ucapkan. Begitu juga dalam pertemanan. Jangan berharap berlebihan, apalagi meminta mereka melakukan hal sama baiknya seperti yang telah kamu lakukan.
Pertemanan seindah dan selama apa pun seolah punya tanggal kadaluarsanya. Ia akan berakhir pada waktunya. Ia akan merenggang setelah tiba masanya. Jika bukan karena kita yang saling menjauh, setidaknya kematian cukup jadi alasan pasti kita tak akan saling dekat lagi.
Tak perlu memaksakan diri supaya terus saling dekat. Apalagi sampai mengorbankan diri sendiri seolah jadi tumbal supaya bisa terus diterima. Jangan menyakiti diri sendiri dengan pertemanan yang kurnag ‘waras’. Kamu juga berhak memilih. Kamu juga berhak bahagia dengan pilihanmu.
Hubungan pertemanan kadang juga tak butuh alasan untuk merenggang. Sepertinya kesibukan, hobi yang tak lagi sama, atau bahkan tanpa dimulai dengan pertengkaran sekalipun bisa membuat hubungan merenggang kemudian tak lagi saling kenal.
Tak apa. Mungkin kita sedang bertumbuh menjadi lebih dewasa dan mulai menimbang mana yang akhirnya perlu dipertahankan.
Punya Teman Baik Itu Sulit, Pun Sulit Menjadi Teman yang Baik
Banyak orang yang melupakan semua kebaikan yang telah diterimanya hanya karena satu kesalahan. Padahal, selamanya manusia tak akan sempurna. Semua pernah berbuat salah dan khilaf, hanya saja salah satu dari kita masih ditutup aibnya.
Menjadi teman yang baik itu sulit, pun sama juga mencari teman yang baik ternyata tak semudah yang kita bayangkan. Tak cukup hanya dengan berbaik hati pada orang lain, tak cukup hanya dengan menyediakan waktu untuk mereka.
Namun, kebaikan yang telah kita lakukan tak akan sia-sia. Semoga Allah datangkan teman-teman yang baik, yang ketulusannya tak memiliki tanggal kadaluarsa, yang bisa menghargai kita, bukan yang datang hanya karena butuh, bukan yang menetap hanya karena ada maunya :)
Zaman dulu kita senang punya banyak teman. Kalau perlu bikin geng biar seru. Zaman-zaman di sekolah pernah seheboh ini. Sehari-hari ngobrolnya sama mereka. Membahas banyak hal. Bahkan keputusan yang kamu ambil pun tak lepas dari saran mereka. Namun, ternyata semua yang dekat bisa menjauh. Semua yang akrab bisa tak saling kenal. Sampai akhirnya kita tahu, tak apa tak saling kenal jika memang itu diperlukan demi menjaga kewarasan diri.
Salam hangat,
Comments