Photo by Umit Bulut on Unsplash |
Benar, nggak apa-apa kalau kita pernah melakukan salah di masa lalu, semua orang juga mengalaminya. Menyesal sudah semestinya, tapi jangan sampai tidak memaafkan diri sendiri. Semua itu proses. Kadang, kita nggak bisa hanya sekadar dikasih tahu benar atau salah, di lain waktu kita melakukannya, kemudian baru mengetahui salahnya di mana.
Suatu hari, kita melakukan sebuah kesalahan yang akhirnya menyakiti banyak orang. Meskipun telah meminta maaf dan menyesal, nyatanya semua itu tak cukup memperbaiki keadaan. Memang benar, cermin yang sudah retak bisa disatukan, tapi bekasnya akan tetap terlihat.
Ketika kita melakukan sebuah kesalahan, ada orang yang bereaksi berlebihan. Bukan hanya tidak mau memaafkan, tapi sampai memaki kita, merendahkan, sampai mental kita benar-benar down dan akhirnya merasa nggak punya kesempatan untuk memperbaikinya. Bukan salah dia, jelas-jelas itu kesalahan kita. Jadi, terima dan akui saja. Tak perlu menyalahkan orang lain dan mencari pembenaran. Salah ya salah aja :)
Hei, jika kamu ada di posisi ini, sama-sama sedang merasakan sakit karena bukan hanya telah melakukan kesalahan yang seumur hidup telah membuatmu menyesal, tapi juga mendapatkan reaksi yang membuat kesehatan mentalmu terguncang, semoga kamu tetap percaya bahwa semua orang pasti punya kesempatan untuk memperbaikinya.
Kita tidak membenarkan bahwa semua orang boleh seenaknya berbuat salah, seenaknya menyakiti orang lain, dan apa pun itu, tapi ketika kamu telah melakukannya dan tahu bahwa tak akan mungkin mengembalikannya, satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan bukan hanya menyesali dan tidak mengulangi, tapi juga menjadikan itu sebagai sebuah pengalaman berharga yang nantinya akan selalu diingat. Supaya kita tidak melakukan hal yang sama di kemudian hari.
Tenang, Semua Akan Baik-Baik Saja
Setelah semua hal yang terjadi, mungkin keputusan terbaik adalah menarik diri. Menjauh sementara waktu sambil menenangkan hati.
Tak mengapa jika kita sendirian dan tak lagi punya banyak teman. Makin dewasa saya juga makin paham bahwa ramai bukan berarti menyenangkan, sepi tak berarti menyakitkan. Apalagi jika selama ini kita hanya memaksakan diri supaya diterima, memberikan waktu dan semuanya hanya demi dianggap ada, pasti akan sangat melelahkan, ya?
Kenapa tidak belajar menerima diri sendiri daripada memaksa orang lain menerima kita? Sebanyak apa pun yang telah kita berikan kepada orang lain, itu tak akan menjamin mereka akan menetap dalam suka dukamu. Sesuka hati mereka tetap akan pergi, dan kita tak akan pernah bisa mencegahnya.
Tenang, semua akan baik-baik saja. Kita akan belajar dari pengalaman. Kita akan memperbaiki semuanya. Kita masih punya kesempatan, meskipun tak semua orang mau memberikannya. Maka, cobalah bergantung pada Allah. Jangan pada manusia, nanti kamu sakit :)
Tak Usah Membalas
Ada saatnya semua terasa nggak adil. Ketika kita disalahkan seolah tak pernah punya kebaikan sedikit pun. Dimaki-maki di sana sini. Benar-benar dianggap manusia paling hina di dunia. Hei, it’s okay. Jangan bergantung pada penilaian manusia. Sesakit apa pun itu, akan lebih baik jika kita diam dan introspeksi diri. Jika kita membalasnya dengan hal yang sama, atau mungkin dengan hal yang lebih buruk lagi, bisa-bisa kita tak ada bedanya dengan dia.
Diam dan belajarlah mengejar ketertinggalanmu. Fokusmu bukan lagi tentang rasa sakit yang sebenarnya disebabkan oleh kesalahanmu sendiri, tapi fokuslah melihat hal-hal positif yang bisa kamu raih di depan nanti.
Setelah kejadian ini, berjanjilah untuk jadi lebih dewasa menyikapi keadaan. Menyikapi kesensitifan perasaanmu. Tahu nggak, sih? Ternyata orang-orang yang katanya sensitif atau dianggap baperan tidak tiba-tiba menjadi sesensitif itu tanpa sebab. Semua itu muncul bisa dari pengasuhan orang tua yang tidak tepat, juga dari pengalaman hidup yang masing-masing orang akan selalu berbeda.
Jadi, menyalahkan diri sendiri bukan hal yang tepat juga. Apalagi menyalahkan orang tua dan menjadikannya kambing hitam. Ini adalah proses, juga pengalaman hidup yang berharga. Kita akan terus belajar untuk menerimanya. Maafkanlah mereka. Siapa pun yang membuatnya merasa seburuk hari ini.
Lebih Berhati-Hati
Tentu kita jadi lebih berhati-hati, bukan hanya ketika memilih teman, tapi juga saat mengambil keputusan. Jika dirasa masih bisa ditahan, kenapa mesti diluapkan? Jika dirasa akibatnya akan memperburuk keadaan, tentu kita akan memilih tetap ada di antara mereka yang telah membuat kita merasa tak lagi nyaman. Kita bisa menjauh tanpa mesti menimbulkan kegaduhan.
Kadang, kita terperangkap dalam masalah yang sama hampir setiap hari, sepanjang tahun, seumur hidup bahkan mungkin? Saya pernah mendengar, jika kita masih mengalami hal yang tidak menyenangkan, yang itu-itu lagi, ketemu masalah yang hampir selalu sama, kita mesti berani melihat ke sekeliling, jangan-jangan kita memang sedang ada di lingkungan yang tidak tepat?
Dan betapa teman-teman di sekeliling kita sangat berpengaruh bagi kita, dalam mengambil keputusan, dalam berpikir, dan segalanya. Keluar dari lingkungan yang tidak tepat akan sangat membantu kita untuk berbenah. Setelah itu, kemungkinan besar tak akan ada lagi drama yang sama :)
Jika kita pernah melakukan kesalahan, jangan pernah bangga akan hal itu, tapi juga tak berarti kita perlu menjadi rendah diri apalagi sampai menyalahkan diri sendiri. Kita masih punya kesempatan dan semoga Allah akan memaafkan.
Salam hangat,
Yes yes yes bener banget mbak, setiap orang pasti pernah membuat kesalahan dimasa lalu, sekalipun udah menyesali kadang udah ga ada kesempatan untuk memperbaikinya, tapi kita masih bisa hidup menjadi pribadi yg lebih baik lagi.
ReplyDeleteBener banget semua itu akan menjadi rentetan yang akan saling berhubungan, apa yang sedang kita alami akan menjadi sebuah pelajaran serta pengalaman yang berharga. Mungkin menyakitkan tapi itu menjadi sebuah proses untuk bisa menjadi lebih baik dari hari kemarin, cukup memaafkan diri dan terus maju menggapai apa yang ingin kita capai.
ReplyDelete