Photo by Kelly Sikkema on Unsplash |
Kemarin, nggak sengaja lihat status di beranda Facebook yang membuat saya tertarik membaca sampai selesai. Ternyata tentang anak yang dehidrasi ketika sedang diare dan muntah-muntah. Saya jadi ingat, dulu, suami saya pernah mengalami hal yang hampir sama. Bedanya, saya segera membawanya ke dokter sebelum dehidrasinya tambah parah. Penyebab awalnya juga sama, diare dan muntah-muntah hebat.
Suami saya memang tipe orang yang kurang suka minum apalagi yang nggak manis. PR banget buat saya sebagai istri bahkan sampai hari ini. Ketika dia sakit, saya memberinya larutan oralit hingga air putih. Namun, dia malas sekali meminumnya karena pasti memang sedang nggak enak, tapi mestinya bisa dipaksa sedikit-sedikit. Akhirnya, kondisinya makin buruk. Waktu dibawa ke dokter, dia bahkan nggak bisa jalan sendiri, mesti pakai kursi roda. Waktu itu, kondisi saya juga sedang hamil muda dengan placenta previa. Sangat berharap dia nggak dirawat karena saya hanya sendirian dan ada anak sulung yang masih kecil.
Namun, dokter bilang mesti rawat karena dehidrasinya sudah lumayan parah. Saya pun menurutinya dan Alhamdulillah, setelah diinfus, nggak lama kemudian dia membaik dan segar lagi. Betapa pentingnya cairan dalam tubuh kita. Jangan sampai kejadian juga sama teman-teman, ya.
Waspada Dehidrasi Ketika Demam
Anak-anak saya punya riwayat kejang demam. Waktu anak sedang demam, saya pasti memaksa mereka untuk tetap minum. Baik itu ASI, air putih, atau jus buah. Supaya suhunya bisa turun dan lagi agar tidak dehidrasi. Karena dehidrasi memicu kejang.
Anak-anak terbiasa banyak minum tanpa harus diomelin karena itulah yang saya ajarkan. Namun, untuk suami saya yang sudah dewasa, mana bisa dipaksa? Dan memang sulit sekali memaksa dia untuk banyak minum terutama air putih.
Ketika anak sedang demam, jangan terlalu khawatir soal demamnya. Namun, perhatikan terus kecukupan cairan dalam tubuhnya. Beri minum sedikit, tapi sering supaya tidak mual.
Demam itu alarm tubuh, secara alamiah akan terjadi demam saat ada infeksi baik disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Demam itu berjasa membunuh bakteri dan virus, lho. Jangan musuhin demamnya, tapi cari penyebabnya. Selama penyebabnya masih belum diatasi, demam pun masih terjadi.
Kita itu terbiasa panikan kalau anak-anak demam. Ya, wajar saja. Sama seperti saya. Apalagi anak-anak di rumah kalau demam suhunya tinggi banget. Nggak jarang kejang demam. Saya pun tetap observasi penyebabnya apa. Kalau hanya common cold, saya hanya memberikan cairan yang banyak, makan yang lebih sehat, penurun panas supaya anak lebih nyaman dan bisa istirahat juga. Kalau penyebabnya bukan virus, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter supaya anak bisa lekas ditangani.
Orang-orang mungkin sering abai soal cairan karena belum mengerti risiko dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi pun mesti kita pelajari dan ketahui terutama sebagai orang tua. Sehingga kita tahu kapan mesti ke dokter dan rawat inap dan kapan cukup ditangani di rumah.
Betapa pentingnya belajar tentang penyakit langganan anak dan cara mengatasinya bagi orang tua. Kalau nggak ikut Milis Sehat, bisa baca-baca di blog dan akun Instagramnya dokter Apin. Beliau dokter Milis Sehat yang selama ini saya ikuti. Dokter-dokter di Milis Sehat sungguh sangat berjasa buat perjalanan saya sebagai orang tua, terutama dalam situasi berat. Atau beli deh bukunya dokter Apin. Nggak akan pernah rugi, kok.
Waspada Dehidrasi Ketika Anak Diare dan Muntah-Muntah
Diare akut umumnya disebabkan oleh virus dan tidak butuh obat tertentu. Hal yang perlu diperhatikan saat anak diare dan muntah-muntah adalah memastikan dia nggak dehidrasi. Jadi, sama seperti saat mereka demam. Atau lebih bahaya lagi kalau anak diare muntah dan masih demam tinggi juga. Mereka benar-benar butuh cairan yang cukup.
Berikan cairan sedikit, tapi sering. Kalau dimuntahkan lagi? Kasih lagi setelah jeda sebentar. Anak pasti akan lemas, tapi kalau jumlah cairan dalam tubuhnya cukup, insyallah nggak berbahaya buat mereka.
Pemberian oralit juga penting. Oralit nggak bisa digantikan dengan minuman lain. Ingat, ya. Nggak bisa digantikan dengan P*C*R* sekalipun, lho. Usahakan selalu menyediakan oralit di rumah. Oralit termasuk obat wajib yang mesti tersedia di kotak obat. Jangan enteng dan abai soal cairan. Risikonya bisa fatal :(
Prinsip penanganan diare dan muntah adalah mencegah dan menangani dehidrasi. Walaupun intensitas diare dalam sehari lumayan banyak sampai 10x dalam sehari, tapi selama tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi, insyaallah kondisi anak akan tetap baik.
Selama menjadi orang tua, sudah berkali-kali kejadian anak diare atau kena gastroenteritis (muntah-muntah tanpa berhenti), tapi Alhamdulillah sejauh ini masih bisa ditangani di rumah karena saya sangat memperhatikan tercukupinya cairan.
Tanda-Tanda Dehidrasi
Tanda-tanda dehidrasi saya pelajari dari buku dr. Wati. Bagi yang ikut Milis Sehat, pasti tahu banget siapa dr. Wati ini. Buku beliau bagus sekali, tapi sayangnya sudah nggak cetak ulang. Saya sarankan, teman-teman bisa membeli buku-buku dr. Apin sebagai panduan bagi orang tua ketika anak sakit. Jangan sampai anak terlambat ditangani atau malah overtreatment saking paniknya. Yang rugi bukan hanya orang tua, tapi juga anak-anak.
Ketika orang tua nggak paham tanda-tanda dehidrasi terutama dehidrasi berat, anak bisa dalam kondisi berbahaya dan bisa terlambat mendapatkan pertolongan. Namun, ketika kita tahu dan paham kapan anak perlu dibawa ke rumah sakit, insyaallah kondisi buruk akan bisa diminimalisir.
Saya kutip dari buku dr. Wati tentang tanda-tanda dehidrasi yang perlu orang tua waspadai,
Dehidrasi Ringan
- Mata kering, saat anak sedang menangis, hanya sedikit keluar air mata atau malah nggak keluar air mata sama sekali.
- Mulut dan bibir lebih kering.
- Buang air kecil sedikit lebih jarang. Biasanya saya selalu menghitung berapa kali anak buang air kecil terutama saat demam dan diare. Benar-benar sampai dihitung.
Dehidrasi Sedang
- Mata cekung.
- Lemas.
- Sangat kehausan.
- Semakin jarang buang air kecil.
- Kulit kering.
Dehidrasi Berat
- Pada bayi di bawah usia 6 bulan, ubun-ubun terlihat cekung.
- Tidak mau minum.
- Tidak buang air kecil lebih dari 8 jam.
- Ketika kulit dicubit dengan dua jari, kulit sulit kembali ke bentuk asal.
- Sangat lemas atau kesadaran menurun.
Itulah beberapa kondisi yang perlu diwaspadai oleh kita sebagai orang tua. Ketika anak sedang demam atau diare, jangan panik berlebihan sampai nggak tahu mau ngapain, dan jangan juga mengentengkan sampai anak jadi terlambat ditangani.
Bagi saya, nggak ada ruginya banyak belajar soal kesehatan terutama hal yang dasar saja pada penyakit langganan anak-anak, karena kita nggak boleh juga hanya bergantung sama dokter. Nggak semuanya mesti ditangani dokter, ada juga yang cukup ditangani di rumah saja.
Jika kita mengerti, kita juga ikut membantu dokter supaya RUM dan nggak overtreatment terutama soal pemberian obat. Karena banyak dokter jadi nggak RUM akibat permintaan orang tua yang berlebihan setiap kali konsultasi. Inilah yang diceritakan oleh salah satu dokter spesialis anak di RS Hermina Jatinegara waktu saya ke sana. Beliau membenarkan apa yang saya lakukan. Kalau memang nggak butuh obat A, ya, ngapain diminta?
Yuk, ah, belajar lagi jadi orang tua yang bijak menggunakan obat dan tahu kapan anak mesti dibawa ke rumah sakit dan rawat inap. Nggak harus menjadi dokter dulu buat belajar semua ini, apalagi jika hanya soal penyakit langganan pada anak dan pertolongan pertama yang bisa kita berikan selama di rumah. Cukup jadi orang tua saja yang mau tetap belajar, insyaallah kita bisa melewati semuanya tanpa harus panik berlebihan dan terlambat mengambil keputusan.
Salam hangat,
Comments