Photo by Compare Fibre on Unsplash |
Sejak pandemi, tugas mendidik anak-anak sepenuhnya kembali kepada orang tua. Bayangkan, anak-anak yang awalnya bisa masuk sekolah hingga hampir seharian, belajar bersama teman-teman dan gurunya, sekarang mesti selalu di rumah dan lebih banyak berinteraksi dengan orang tua. Bagi yang belum siap, rasanya kelabakan banget menghadapi semua perubahan ini. Apalagi jika anak-anaknya nggak terbiasa disiplin belajar sendiri, yang ada malah ribut hampir setiap hari. Orang tua stres, anak-anak lebih parah lagi.
Keadaan nggak nyaman itu sangat terasa di awal-awal pandemi tahun lalu. Orang tua yang repot sendiri melihat tugas-tugas sekolah anaknya, harus cek tugas-tugas mana yang belum selesai, juga memaksa anak-anaknya supaya tetap disiplin. Dan lagi, guru-guru pun belum sepenuhnya siap beradaptasi dengan pembelajaran online di masa pandemi sehingga mereka lebih banyak ngasih tugas daripada berinteraksi lewat Zoom atau Google Meet. Jadi, kalau dipikir-pikir, yang paling tertekan adalah anak-anak :(
Namun, seiring berjalannya waktu, proses belajar online memang terasa lebih mudah. Anak-anak mulai terbiasa sekolah via Zoom, orang tua lebih santai, dan guru-guru pun semakin kreatif dalam proses belajar mengajar sehingga anak-anak sekarang jadi lebih bersemangat lagi.
Kebetulan, si sulung sudah naik kelas lima tahun ini. Kelihatan banget dia lebih menikmati sekolahnya ketimbang tahun lalu. Keinginan berkompetisi pun makin tumbuh. Nggak malu-malu lagi kalau berebut menjawab pertanyaan bersama teman-temannya. Sangat bersyukur dengan proses yang nggak mudah. Sebab, saya merasakan betul capek lelahnya belajar online tahun lalu. Dia sering menangis karena terlalu banyak mendapatkan tugas, sedangkan materinya kurang diulas. Gimana mau ngerjain tugas kalau dia belum sepenuhnya paham dengan materi pelajarannya? Eh, tapi gurunya sudah nagih-nagih juga. Orang tua jadi serba salah mesti gimana, dong? Benar-benar tahun yang nggak mudah dilupakan…hihi.
Tiga Tipe Gaya Belajar
Di sekolah si sulung, anak-anak akan dibagi sesuai dengan tipe gaya belajarnya masing-masing. Jadi, anak-anak visual nggak bakalan belajar bersama anak-anak kinestetik dan audio. Begitu juga sebaliknya. Kelas-kelas dibagi sesuai gaya belajar mereka.
Hal ini memudahkan saya sebagai orang tua untuk mengenal gaya belajar si sulung. Jangan sampai saya mendampingi dengan cara yang nggak tepat sehingga dia malah merasa tambah kesulitan saat harus belajar di rumah.
BTW, gaya belajar itu dibagi menjadi tiga,
Gaya Belajar Visual
Anak dengan tipe visual cenderung fokus pada indera penglihatannya. Mereka bisa belajar lebih mudah dengan mengamati gambar, tulisan, ataupun video. Anak-anak dengan tipe visual juga lebih anteng kalau belajar. Nggak banyak gerak ke sana kemari. Juga nggak banyak bersuara. Mereka jauh lebih tenang dibanding kelas sebelahnya..hihi.
Gaya Belajar Auditori
Anak dengan tipe auditori bisa lebih fokus belajar dengan mengandalkan pendengaran. Jadi, anak-anak auditori lebih senang mendengarkan penjelasan gurunya tanpa harus melihat gambar ataupun mencatatnya. Anak-anak auditori juga lebih senang membaca keras. Dia juga nggak terlalu mahir menulis, tapi sangat pandai bercerita.
Gaya Belajar Kinestetik
Jika ada anak yang nggak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama, kemungkinan besar dia adalah anak kinestetik. Anak-anak dengan tipe belajar kinestetik memang akan lebih banyak bergerak karena dia selalu berorientasi pada fisik. Jadi, kalau ada anak yang belajarnya nggak bisa anteng, bukan berarti nakal, ya. Bisa jadi dia adalah anak kinestetik. Inilah pentingnya mengetahui gaya belajar anak-anak kita sedini mungkin.
Dulu, pernah ada teman sekelas si sulung yang dianggap belum siap masuk SD. Karena dia nggak bisa duduk dengan tenang saat belajar. Lebih banyak bergerak ke sana kemari. Kita sering melabeli anak-anak seperti ini dengan sebutan ‘nakal’. Namun, yang mengejutkan adalah dia diterima di SD bersama teman-temannya yang lain. Saat menjalani psikotes, barulah diketahui kalau dia ini termasuk anak kinestetik yang memang nggak bisa seanteng anak visual.
Buat saya pribadi, mengetahui tipe belajar anak-anak sangat penting. Jangan sampai kita jadi ngomel-ngomel gara-gara anak kita nggak bisa duduk diam saat belajar. Apalagi sampai kesulitan belajar karena kitanya salah mengerti. Anak kinestetik ataupun audio nggak bisa dong belajar mengandalkan gambar dan tulisan. Begitu juga sebaliknya. Mereka harus belajar dengan metode yang tepat sesuai karakternya masing-masing.
So, anak-anak di rumah termasuk tipe belajar apa, nih?
Bimbingan Belajar Online dengan Melihat Gaya Belajar
Sekolah online di masa pandemi memang nggak mudah. Apalagi kalau kita nggak bisa selalu mendampingi anak-anak belajar di rumah karena mesti bekerja dan lain sebagainya. Kita nggak bisa melakukannya sendirian. Kita butuh pihak lain untuk membantu. Salah satunya dengan menggunakan bimbingan belajar online.
Saya merekomendasikan Kelas Pintar sebagai solusinya. Kenapa mesti Kelas Pintar? Karena Kelas Pintar sangat memahami anak-anak dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Kelas Pintar menggunakan pendekatan PERSONAL sebagai metode penyampaian materi yang nantinya akan disesuaikan dengan karakter setiap anak.
Selain itu, Kelas Pintar juga menggunakan metode PINTAR yang menggunakan pendekatan Learn, Practice, serta Test.
Jadi, nggak ada tuh ceritanya anak kesulitan belajar karena salah pakai metode. Kelas Pintar sangat memahami bahwa setiap anak punya gaya belajar yang berbeda sehingga mereka tidak bisa belajar dengan metode yang sama.
Temukan Solusi Belajar di Kelas Pintar
Fokus utama dari Kelas Pintar adalah menguatkan dan mensinergikan peran guru, sekolah, dan orang tua dalam proses pembelajaran lewat platform yang terintegrasi. Platform ini punya kemampuan merekam proses belajar siswa yang nantinya bisa digunakan oleh guru, sekolah, maupun orang tua dalam memahami karakter setiap anak serta menemukan potensi dan menyelesaikan kesulitan yang mereka hadapi selama ini.
Apa saja yang bisa kita temukan di Kelas Pintar?
● Mempelajari materi lengkap dalam bentuk video belajar, audio-visual, juga e-book. Jangan khawatir, anak-anak juga akan mengerjakan soal-soal latihan sebelum evaluasi melalui soal tes yang sangat bervariasi.
● Butuh berlatih dengan banyak soal sebelum ulangan harian atau ujian semester? Tenang, anak-anak bisa mengakses puluhan ribu soal LOTS, MOTS, dan HOTS demi meningkatkan kesiapan siswa dalam ulangan harian ataupun ujian semester. Sehingga orang tua tidak perlu terlalu khawatir jika dalam proses belajar tidak selalu dapat mendampingi di rumah.
● Guru-guru dari Kelas Pintar siap mendampingi anak-anak belajar dari rumah. Nggak harus selalu orang tua yang mengawasi dan menemani. Dengan adanya guru dari Kelas Pintar, anak-anak akan belajar lebih enjoy tentunya dengan metode yang tepat sesuai dengan karakter setiap anak.
Sebagai orang tua, pastinya kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak terutama di masa pandemi seperti sekarang. Kita memang tidak boleh berharap terlalu tinggi kepada mereka dalam situasi yang serba sulit seperti saat ini, tapi nggak ada salahnya jika kita memberikan pendampingan yang terbaik bagi proses belajar mereka selain dari sekolah.
Bagi saya, adanya Kelas Pintar benar-benar menjadi solusi terutama bagi orang tua yang harus bekerja dan tidak ada banyak waktu untuk mendampingi anak-anaknya di rumah. Anak-anak pun akan lebih enjoy belajar dengan metode yang tepat dari Kelas Pintar. Semoga informasi ini membantu, ya.
Salam hangat,
Kalau Bio, kayanya termasuk yang kinestetik deh. Soalnya doi dan kursi itu seperti tidak ditakdirkan bersama. Kecuali ketika dia sedang asyik dengan origaminya, bisa-bisa sejam ga dirasain karena keasyikan melipat kertas origaminya.
ReplyDeleteTapi kalau sudah materi sekolah, walaupun sudah lebih anteng, tapi masih tampak sedikit ketidaknyamanan ketika harus duduk lama di depan layar. Ya Alhamdulillah sih, guru-gurunya di sekolah tuh orangnya asyik-asyik, jadi helpful banget buat menjaga pergerakannya hehehe.
Anyway mbak, kok keren ya sekolahnya si kecil, bisa membagi kelas berdasarkan gaya belajar si anak. Berarti lebih nyaman dong buat si anak, karena nggak harus 'menjadi anak baik' selama pelajaran. Nggak kaya pas jaman kolonial dulu hehehe.