Saya tidak sedang membicarakan diri sendiri. Ini tentang anak-anak di rumah. Ceritanya, si bungsu yang baru masuk TK B lagi senang-senangnya membaca buku. Terang saja, karena selama ini, ketika dia belum bisa mambaca, kakaknya enggan sekali membacakan buku…kwkwk. Berasa balas dendam ketika sudah bisa membaca sendiri. Hari-harinya dipenuhi dengan membaca. Masyaallah.
Minggu lalu, saya sempatkan menata ruang tamu. Mengubahnya menjadi lebih longgar saja. Memindahkan beberapa lemari ke atas biar di bawah lega *walaupun di atas jadi numpuk…kwkwk. Ada dua lemari yang akhirnya saya tata di kanan kiri sofa. Lemari berupa rak bersusun itu saya khususkan untuk menyimpan buku terutama yang paling sering dibaca sama anak-anak. Sejak itulah, si bungsu jadi senang sekali membaca. Mungkin karena lokasinya mudah sekali dijangkau dibanding sebelumnya. Raknya pun terbuka sehingga dia bisa pilih-pilih bukunya sesuka hati.
Pagi-pagi sudah duduk di sofa dan membaca tanpa suara. Sejujurnya, masih agak kurang percaya melihat perkembangan dia bisa sampai secepat ini. Karena memang dia baru bisa membaca beberapa bulan lalu. Bacaannya pun sekarang bukan pictbook berseri, melainkan buku-buku untuk seusia kakaknya (insyaallah juga aman dibaca anak seusia adiknya). Nggak capek, ya? Kayaknya, sih nggak :D
Nggak Ada Televisi di Rumah
Kedengarannya memang aneh. Sebenarnya bukan nggak punya sama sekali, tapi televisi di rumah tiba-tiba saja mati dan nggak bisa nyala lagi setelah sekian lama nggak pernah kami gunakan…kwkwk. Kasihan, ya? Sampai sekarang, belum pengin beli televisi lagi karena nonton yang lain lebih seru :D
Karena kami jarang nonton televisi ataupun film di Youtube, tentu ini sangat berpengaruh terhadap kebiasaan anak-anak di rumah. Mereka jadi lebih sering main walau hanya di rumah, juga lebih banyak aktivitas kreatif seperti membuat mainan sendiri. Keduanya memang suka dengan buku. Alhamdulillah, meskipun pandemi sekolahnya online, mereka tetap nggak heboh memakai handphone, nggak dikit-dikit buka Youtube, dan insyaallah selalu minta izin dulu setiap kali mau nonton film kartun favorit mereka.
Ini adalah salah satu hal yang sangat saya syukuri. Karena kalau sudah kecanduan gadget, berat banget mau ngelepasinnya. Begitu juga dengan televisi. Dan berasa banget, kok mereka jadi nggak kreatif karena fokusnya yang asyik cuma nonton. Kok, tahu? Karena saya pernah ngalamin terutama di masa kakaknya masih kecil.
Nggak Ada Handphone Khusus Buat Anak-Anak
Beberapa hari lalu, ada kejadian agak horor di depan rumah. Ada jambret handphone di dalam gang. Bayangin, anak ini jalan di belakang ibunya, di dalam gang yang lumayan nggak sepi-sepi banget, tiba-tiba ada yang nyamber handphone-nya. Memang, beberapa hari sebelumnya saya sempat membatin ketika melihat dia melintas sambil main handphone, rasa ngeri saja lihatnya takut ada orang jahat. Qadarallah benar-benar kejadian. Alhamdulillah, anaknya baik-baik saja. Khawatirnya si jambret melukai anaknya. Karena kondisi sekarang membuat semua orang rela melakukan apa saja. Semoga nggak ada kejadian seperti ini lagi. Benar-benar jadi pelajaran bagi semua orang tua.
Salah satu alasan juga kenapa di rumah nggak ada handphone buat anak-anak ya nggak mau mereka jadi pegang handphone terus. Meskipun ada beberapa di rumah, semua milik saya dan suami. Ketika mereka butuh, mereka mesti meminjam bukan memiliki.
Jangankan anak-anak, orang tua saja bisa nyandu kalau sudah pegang handphone. Itulah bahayanya, apalagi kalau sampai ke mana-mana mesti pegang dan mainin handphone. Benar-benar memancing kejahatan.
Di rumah, no game. Nonton film kartun pun dibatasi hanya ketika hari libur. Selebihnya, mereka bisa main lebih banyak, lari-larian walau sering diomelin takut kepentok sana sini…kwkwk, juga bikin-bikin! Bikin apa saja pokoknya…kwkwk. Sampai penuh rumah dengan bikinan mereka. Untuk sampai di kondisi seperti saat ini, tanpa paksaan, sama-sama sepakat, tentunya kami sudah melewati banyak sekali cobaan…haha. Jadi, semuanya nggak bisa diterapkan secara instan. Benar-benar butuh waktu, dan sabar, juga konsisten!
Memanfaatkan Teknologi, Bukan Dimanfaatkan Teknologi
Apakah anak-anak yang nggak selalu pegang handphone itu nggak ngerti teknologi? Nggak juga, kok. Anak saya senang sekali membuat video animasi ataupun menggambar digital. Dia juga suka bikin game sendiri meskipun masih sederhana, tapi emaknya pun nggak bisa kalau disuruh bikin…kwkwk. Dia juga punya Instagram dan sering mengisi feed-nya dengan video ataupun gambar buatannya. Saya bilang, kita sedang memanfaatkan teknologi. Jangan malah sebaliknya, ya.
Internet itu berguna jika dipakai untuk hal-hal positif. Misalnya ketika dia mau membuat mainan dari barang bekas, dia nyari dulu di Google dan dia pelajari caranya. Bukan handphone dipakai untuk hal-hal kurang perlu seperti game yang sampai bikin lupa waktu. Sesekali ada yang main, itu bukan masalah. Yang buruk itu sampai nggak bisa lepas. Teman-teman pasti pahamlah perbedaannya.
Internet bisa jadi hiburan, sangat membantu dalam kesulitan, tapi juga bisa membuat kita celaka. Edukasi tentang pentingnya pintar memanfaatkan teknologi dan berhati-hati ketika memakainya mesti diberikan jauh-jauh sebelum mereka menggunakannya. Jadi, jangan kebalik, ya. Nggak bisa kita ngasih tahu setelah mereka melakukan kesalahan. Bakalan lebih berat.
Hobi membaca anak-anak di rumah yang meningkat akhir-akhir ini terutama untuk si bungsu tentu saja sangat berpengaruh dari beberapa poin yang saya sebutkan di atas. Karena tanpa banyak nonton televisi dan main handphone, mereka jadi punya lebih banyak waktu untuk membaca.
Setiap orang tua punya pilihan dan pertimbangannya masing-masing. Tentu saja ini adalah murni dari pengalaman saya pribadi dan yang menurut saya terbaik setelah melalui banyak kendala sebelumnya bersama anak-anak. Intinya, apa pun keputusannya, kita mesti komunikasi dulu sama anak-anak. Kesepakatan penerapan aturan harus dibuat bukan hanya dari orang tua saja, tapi anak-anak pun mesti setuju dan paham supaya semua aturan bisa dengan lebih mudah diterapkan. Semoga membantu, ya.
Salam hangat,
Comments