Pengalaman vaksin Covid-19 |
Alhamdulillah, setelah sekian lama menanti, menimbang, dan memikirkan dengan matang, akhirnya saya siap divaksin. Sebenarnya sudah mau vaksin sekitar bulan Juli lalu, tapi karena si Mas sedang ke luar kota selama hampir sebulan, akhirnya baru bisa vaksin bareng awal Agustus kemarin.
Mulai tanggal 1 Agustus 2021, di RPTRA Bunga Rampai dekat rumah mengadakan vaksin. Jadilah kita nyoba ambil nomor pada hari pertama. Di sini, sebaiknya ambil nomor selepas Subuh. Antre parah. Awalnya, petugas RT bilang, di RPTRA bakalan dapat vaksin Sinovac. Nggak tahunya pas sampai lokasi, bapak polisi bilang, “ASTRAAA!”. Jujur langsung deg-degan :D
Boleh pilih-pilih vaksin nggak, sih? Kalau jumlah vaksin di Indonesia sudah benar-benar melimpah, semua daerah terpenuhi, mungkin bisalah kita milih vaksin seperti sedang memilih baju di mall. Namun, kondisi kita nggak sebagus itu. Masih banyak daerah yang belum menerima vaksin, bahkan keluarga saya sendiri di kampung. Jadi, kalau kondisi kita memungkinkan secara medis bisa menerima semua jenis vaksin, sebaiknya vaksin saja dengan yang sudah ada. Karena semua vaksin itu sama. Sama-sama vaksinnya...hihi. Kalau ada yang paling baik, siapa yang nggak mau? Tapi, milihnya nggak semudah memilih permen di supermarket :(
Takut Disuntik!
Saya ini penakut sekali kalau sama jarum suntik. Waktu melahirkan nggak nangis, tapi waktu mau diinfus gula sebelum melahirkan malah mewek saking takutnya. Jadi, sebisa mungkin saya menghindari pengobatan menggunakan jarum suntik. Terakhir disuntik vaksin saat mau umroh dan ke Turki sekitar tahun 2017an. Alhamdulillah, nggak pingsan, kok. Cuma narik napasnya agak panjangan saking deg-degannya…kwkwk.
Waktu mau vaksin, jujur bukan hanya jarum suntiknya yang bikin ngeri. Tapi juga kabar-kabar segala macam yang liarnya minta ampun. Pasti semua paham, di Indonesia, berita-berita segala macam ada. Mulai dari yang baik, negatif, sampai hoax.
Jadi, nggak semudah itu mau vaksin walau vaksinnya sudah ada. Setiap orang punya kondisi berbeda-beda. Saran saya, jika kita khawatir karena ada suatu penyakit penyerta sehingga takut mau vaksin, jangan hanya diangan-angan sendiri, tapi konsultasikan dengan dokternya sebelum vaksin. Serahkan pada ahlinya. Dengan catatan, kita memang siap dan mau divaksin. Jika nggak pengin, tentu saja nggak ada yang bisa memaksa.
Punya Urtikaria dan Alergi Berat, Apa Bisa Tetap Vaksin?
Saya nggak mau bahas yang di luar kemampuan saya, sebab saya bukan dokter. Jadi, jika teman-teman ragu mau vaksin karena punya alergi atau apa, coba konsultasi dulu dengan dokter. Saya akan bercerita murni hanya dari pengalaman pribadi.
Qadarallah, saya ini punya urtikaria dan dermatitis lumayan berat. Kayaknya seumur hidup ya akan begini. Sekali waktu, jika cuaca panas atau terlalu dingin, alergi saya muncul. Atau ketika kurang fit dan salah makan, bisa tiga malam jadi zombie karena urtikaria. Saking gatalnya, sampai luka dan berdarah-darah.
Saya punya salep khusus dan sampai sekarang masih punya dan pakai. Nah, kekhawatiran saya muncul waktu baca kertas skrining untuk vaksin. Di sana disebutkan, bagi yang punya alergi berat, termasuk urtikaria disebabkan vaksin, mesti dapat vasinnya di Rumah Sakit.
Wah, saya termasuk nggak boleh atau gimana, nih? Awalnya mikir kayaknya saya nggak bisa dapat vaksin. Saya menyimpulkan sendiri, tapi tetap datang ke RPTRA setelah dapat nomor antreannya. Pengin tahu nanti sama dokternya bakalan dirujuk ke mana.
Padahal, urtikaria yang dimaksud disebabkan vaksin. Lha, saya kan nggak…kwkwk. Pertengahan menanti antrean, karena lama banget, akhirnya dapat ilham. Nyolek si Mas. Kayaknya aku bisa vaksin, deh, Mas. Kan nggak bisanya gara-gara vaksin bukan karena makanan atau cuaca. Mas mulai sadar juga, karena dari tadi dia yang ngeyel nggak bisa…kwkwk.
Alhamdulillah, untuk kasus saya, apalagi saya nggak ada riwayat sesak, walaupun di tanggal tua, akhirnya saya bisa divaksin juga. Alhamdulillah, lega!
Oleng Setelah Vaksin
Bagi yang mau vaksin, ingat, ya. Kalian mesti makan dulu. Jangan datang di saat perut kosong. Begitu juga malam sebelumnya, usahakan istirahat yang cukup dan jangan begadang. Biar kita divaksin dalam keadaan fit. Karena tubuh setiap orang berbeda-beda reaksinya. Minimal kita sudah usaha dengan maksimal supaya meminimalisir terjadinya KIPI setelah vaksin.
Pagi hari, saya sarapan buah. Sayangnya, antrean vaksinnya nggak jelas banget waktu itu. Dokternya datang telat. Mestinya vaksin dimulai jam 8an pagi, malah baru dimulai sekitar pukul 10an. Kebayang dong nungguin berapa jam sambil ninggalin anak-anak pula di rumah. Pengin mewek di tempat :(
Ternyata, dokternya pun hanya satu. Waktu mau tiba giliran, dihentikan karena semua mau istirahat. Akhirnya, perut yang sudah kenyang, jadi lapar lagi…kwkwk. Saya dan si Mas lekas pulang untuk shalat dan makan siang. Kemudian kembali sebelum pukul 1 siang.
Hari pertama setelah vaksin, saya baik-baik saja. Alhamdulillah, nggak ada gejala berarti sampai malam hari. Namun, sebelum Subuh, saya menggigil. Suhu badan nggak tinggi, jadi nggak ada demam. Tapi, bekas suntikan sakitnya minta ampun. Kena singkap sama lengan baju aja ngilu banget, ya, Allah. Mulai deh meriang panas dingin. Kepala keliyengan dan perut agak mual. Sorenya, saya muntah :D
Qadarallah, saya juga mau datang bulan hari itu. Tanpa meriang aja, datang bulan udah bikin nggak enak, selalu keliyengan, dan nyeri semua badan. Ditambah meriang setelah vaksin, nikmatnyaaa. Seharian nggak bisa makan kecuali masuk biskuit, buah. Makin lapar makin mual. Sorenya, saya merasa sedikit membaik setelah muntah dan akhirnya bisa makan meskipun cuma pakai Qtela*mohon maaf sebut merek...kwkwk. Meski cuma keripik tapi bisa masuk dengan nasi. Berasa hamil muda :D
Hari kedua, masih lemas. Dibawa nyapu bentar sudah nggak nyaman dan keringat dingin. Jadi, lebih banyak istirahat. Kondisi bekas suntikan masih sama sakitnya. Barulah hari ketiga saya sudah merasa jauh lebih baik. Bisa masak meski nggak macam-macam. Lidah masih hambar, bekas suntikan kayaknya yang paling awet.
Saat saya menulis ini, sudah lewat 7 hari setelah vaksin. Baru hari ini saya bisa tidur miring ke kiri…kwkwk. Bekas suntikan saya lebam seperti dipukul. Kabar baiknya, nggak semua orang bakalan kena KIPI, kok. Alhamdulillah, qadarallah, suami saya nggak kena KIPI. Hanya sakit bekas suntikan saja.
Jadi, setiap orang akan berbeda kondisinya. Hanya dari awal kita mesti tahu, KIPI ini wajar banget terjadi setelah vaksin. Selama gejalanya ringan, kita cukup istirahat dan minum obat pereda nyeri atau penurun panas seperti paracetamol. Dan, bersabarlah, ya :D
Jarak Antarvaksin pada Vaksin AstraZeneca
Saya baru dapat vaksin tanggal 01 Agustus 2021 untuk dosis pertama. Saya mesti menunggu selama 3 bulan untuk mendapatkan vaksin dosis kedua. Semoga dalam rentang waktu 3 bulan ini, baik saya dan suami dalam keadaan sehat. Aamiin.
Jaraknya memang agak jauh daripada vaksin Sinovac. Kalau Sinovac cukup menunggu sekitar 28 hari. Biar lupa dululah ya ngilunya setelah divaksin…kwkwk. Tarik napas dulu sebelum dapat vaksin dosis kedua. Semangat :)
Doakan Semoga Pandemi Lekas Berakhir
Yuk, sama-sama kita doakan semoga kita bisa melewati masa pandemi dalam kondisi sehat. Di luar sana, memang sudah lumayan banyak yang telah mendapatkan vaksin, terutama di Jakarta. Namun, ada orang yang masih belum mau dan belum siap menerima vaksin. Nggak bisa juga dipaksa untuk siap karena memang kita nggak tahu apa yang mereka takutkan. Sedangkan berita macam-macam dengan mudahnya bisa kita dengar.
Semoga, status Covid-19 yang melandai terutama di Jakarta saat ini bisa terus dipertahankan hingga pandemi benar-benar selesai. Bayangkan saja, sudah dua tahun nggak pulang ke rumah orang tua dan bertemu mereka. Memaksa untuk pulang justru lebih riskan, terutama saat ini di sana justru kasus positif makin banyak.
Saya sangat berharap, tahun depan kita sudah bisa mudik dengan aman, tidak ngumpet-ngumpet mudiknya apalagi sampai dikepung sama petugas...kwkwk. Dua tahun bertahan di Jakarta, jarang keluar kecuali perlu, bukan lagi bosan yang ditakutkan, tapi lebih ke rasa khawatir dengan keluarga yang sedang jauh. Terutama orang tua yang sudah sepuh.
Kemarin, Ibu sedang sakit hingga beberapa minggu dengan batuk yang parah, rasanya pengin lari pulang. Namun, apa yang bisa dilakukan? Di sana hampir semua sakit dalam waktu yang cukup lama. Nggak hanya keluarga, tetangga juga. Kebayang nggak sih deg-degan banget mikirinnya.
Saya percaya, setelah kesulitan akan ada kemudahan. Semoga, setelah hampir dua tahun kita berjuang sama-sama, dengan korban yang nggak sedikit, kondisi negeri kita segera membaik dan pulih. Begitu juga dengan negara lainnya. Saat ini, kita menghadapi masa-masa sulit, artinya Allah sudah paham bahwa kita mampu. Semoga kita bisa melewati semuanya dalam kondisi sehat. Bisa, yuk, insyaallah.
Salam hangat,
Wah makasih sharingnya mba, aku baru tau loh soal ini... Dan ada ya yg komen kayak gitu? Sebut namanya mba kita kasih roti biar manis hahahha
ReplyDeleteWah ngeri-ngeri sedap yg Mbak alami ya tapi Alhamdullilah masih sehat ya, memang berita hoax sangat menunjang seseorang nggak mau di vaksin.
ReplyDeleteAlhamdulilah saya juga sudah di vaksin Sinovac pada Ramadan kemaren, rasanya juga nyeri di bekas suntikan sampai rasanya tembus tapi cuma semalam, besoknya sembuh hehe
Alhamdulillah mba muyyas sudah divaksin ya. saya pun awalnya takut gitu karena saya punya darah tinggi. alhamdulillah ketakutan itu ga terbukti
ReplyDeleteAlhamdulillah masih sehat ya, Mbaaak. Di sini dapetnya masih sinovac. Memang efek vaksin ke setiap orang berbeda-beda ya, Mbak
ReplyDeletePengetahuan baru nih.... Kalo disini masih banyak sinovac dan jarak ke vaksin kedua hanya 28 hari. Berbeda dengan Astra ya... Ini juga yang jadi pertimbangan saya masih belum vaksin... Pengen Astrazeneca hehe masih nyari2 info yang ngadain vaksin ini
ReplyDeleteAlhamdulillah udah divaksin, ya, kak...
ReplyDeleteEfek vaksin memang beda-beda di setiap orang. Nggak bisa disamakan lah itu...
Kebetulan saya dapat vaksin sinovac, nggak pilih-pilih vaksin, namanya ikhtiar...
Saya nih Mbak, belum vaksin juga, masih maju mundur.
ReplyDeletekemarin udah fix mau ikutan tapi gak kebagian nomor antrian online, pas kesanaa juga ruameee jadi langsungg kabur.
ehh pas ada lagi kemarin malah gak isi karena bingung mau pilih vaksin apa, formnya emang beda banget, boleh milih vaksin :D
Mbak, beruntungnya bisa vaksin. Di kampung susah banget dapet vaksin. Sebenarnya guru2 sih sudah dapat duluan, tapi karena aku pas hamil, ya sudah belum dapat vaksin. Ini sudah melahirkan nggak tahu deh nanti dapar jatah apa nggak.
ReplyDeleteWah baru tau yang vaksin astara, terima kasih sharing nya
ReplyDelete