Setahun sudah kita melewati pandemi. Bukan hanya orang dewasa saja yang mesti beradaptasi dengan lingkungan kerja, lebih banyak di rumah, bahkan tak jarang ada yang diberhentikan dari pekerjaannya. Anak-anak, terutama usia skeolah juga mesti beradaptasi dengan proses belajarnya. Karena mustahil datang ke sekolah dan bertatap muka. Maka, sejak beberapa bulan yang lalu, terhitung sudah setahunan, anak-anak harus sekolah online di rumah.
Masalahnya, sekolah di rumah juga nggak bisa semudah yang dibayangkan. Banyak sekali permasalahan yang dihadapi, terutama bagi daerah terpencil yang susah sinyal dan sebagian besar kesulitan ekonomi sehingga tak jarang kita bisa melihat dan membaca berita tentang anak-anak yang akhirnya berhenti sekolah dan memilih membantu orang tuanya bekerja.
Ada juga yang mesti berjalan jauh hanya demi mengambil materi pelajaran karena dia nggak punya fasilitas. Belum lagi yang mesti menjual harta bendanya demi membeli handphone. Nelangsa dan sedih setiap baca berita kayak gini.
Buat kita yang punya fasilitas, bukan tidak mungkin ada kendala lain yang membuat belajar online terasa begitu kaku dan gerah kayak di musim panas di tengah kota Jakarta… hihi. Selain orang tua juga harus memerhatikan anak-anaknya, guru juga mesti memberikan kelonggaran sedikit sebab ada banyak kendala yang kita hadapi dalam pembelajaran jarak jauh ini.
Internet Tidak Stabil, Belajar pun Tersendat
Waktu awal semester 2 kemarin, ada aturan di mana anak-anak yang terlambat masuk zoom selama 5 menit tidak akan dibolehkan bergabung. Masalahnya, keterlambatan itu tidak selamanya disebabkan karena anak-anaknya yang malas belajar. Tidak jarang juga disebabkan oleh internet yang kurang stabil. Kalau sudah susah, jangankan 5 menit, seharian aja kadang nggak bisa ngapa-ngapain.
Di sini, sempat ada hal yang kurang mengenakkan di mana ada anak yang akhirnya tidak bisa mendapatkan haknya untuk belajar. Padahal sudah stand by tepat waktu. Komunikasi dengan wali kelas berjalan kurang baik, sehingga ada salah paham.
Di sinilah saya sebut kayak kaku banget ini pembelajaran jarak jauhnya. Anak-anak yang mestinya dapat hak belajar jadi nggak bisa.
Belum lagi kalau sinyal nggak bagus dan mesti zoom, sering keluar masuk sendiri dan pasti bikin nggak fokus. Mau bagaimana lagi, inilah kendala yang dihadapi saat harus belajar online di rumah.
Bersyukur, semakin hari, komunikasi dengan guru semakin baik. Sehingga jika ada kendala seperti itu, guru bisa memaklumi dan memberikan izin supaya anak-anak bisa ikut belajar bersama.
Waktu Belajar Menjadi Tidak Pasti
Kenapa begitu? Anak-anak memang masuk dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Saat ini, rata-rata semua mata pelajaran menggunakan zoom. Mungkin biar lebih berasa sekolahnya, ya. Namun, karena belajar online inilah, ada aja murid yang molor ngerjain tugas dan tak jarang guru mesti mengingatkan atau harus memeriksa tugas hingga larut malam.
Padahal, sudah dikasih batas waktu juga, sih. Namun, ada saja yang terlambat entah kenapa. Ada juga yang anaknya memang nggak mau mengerjakan tugas kecuali setelah malam hari. Agak riweh banget di sini pasti. Karena guru kayak nggak ada jam istirahatnya :D
Mau bagaimana lagi, setiap anak punya kondisi berbeda. Ada yang memang disiplin tanpa diminta, ada yang mesti dirayu setengah mati. Semester 2 ini berjalan lebih baik dan lebih disiplin kalau dilihat. Mungkin karena semester 1 kemarin terlalu santuy, akhirnya semester 2 ini aturan menjadi lebih ketat dan gurunya jadi jauh lebih kaku sehingga muridnya mau nggak mau jadi ngikutin juga :D
Sulit Bertanya Jika Kurang Mengerti
Ada saat di mana pertanyaan sempat nggak dijawab. Mungkin sudah kebanyakan pesan yang masuk atau terlewat. Ini memang jadi risiko dari pembelajaran jarak jauh begini. Beruntungnya, sekarang kita bisa belajar dari Youtube, ya. Di sana, sudah banyak guru-guru yang bikin video dengan penjelasan yang kadang lebih simple sehingga mudah dipahami.
Terutama untuk mata pelajaran Matematika, di mana saya benar-benar nggak suka kecuali dulu kayaknya memang karena terpaksa…kwkwk. Belajar dari Youtube ini sangat membantu.
Jika gurunya merespon, beruntung sekali. Dulu, pernah beberapa kali dalam sehari harus video call sama gurunya si sulung. Karena dia kurang memahami pelajaran berhitung.
Terlalu Lama Menatap Layar
Waktu awal-awal sekolah online, zoom ini nggak terlalu sering digunakan. Namun, di semester 2 tahun ini, hampir semua mata pelajaran memakai zoom yang tentu saja mengharuskan anak-anak menghadap layer dalam waktu yang cukup lama.
Kasihan juga sebenarnya, tapi mau gimana lagi? Sekolah menerapkan hal seperti itu yang dinilai lebih efektif mungkin untuk belajar online. Sangat berharap pandemi segera berakhir, semua orang pun akan mengaminkan.
Nggak kebayang, setelah ini si bungsu juga bakalan masuk sekolah TK setelah tahun lalu saya cancel karena kondisi yang tidak memungkinkan. Nggak nyangka, tahun ini pun ternyata masih pandemi juga :(
Anak TK gimana belajar online, ya? Selama di rumah, saya coba mengajarinya mengaji seperti kebiasaan yang saya lakukan kepada kakaknya dulu. Alhamdulillah, untuk ngaji Iqra semua berjalan dengan baik. Namun, yang jadi pikiran soal membaca ABC itu, lho. Dia kurang suka dan saya nggak memaksakannya.
Hari ini, saya membeli sebuah buku untuk si bungsu. Buku belajar membaca yang ternyata isinya bedaa banget dengan buku-buku kebanyakan. Seharian ini dia bawa ke mana-mana (maksudnya tetap di dalam rumah…kwkwk). Dia happy banget belajarnya. Insyaallah next saya review bukunya, ya.
Saya berharap si bungsu segera bisa membaca. Kok, gitu? Karena dia senang sekali dibacakan buku dan sering ribut sama kakaknya karena kakaknya nggak mau bacain… kwkwk. Setiap hari, terutama menjelang tidur, dia bawakan buku-bukunya yang banyak dan meminta saya membacakannya. Itu rutinitias yang setiap hari saya lakukan, bahkan dari saat si sulung masih dalam perut emaknya.
Dulu, koleksi buku belum sebanyak sekarang. Masih terbatas banget. Alhamdulillah, sejak si sulung lahir, saya lebih rajin beli buku bacaan buat anak-anak. Dan sejak si sulung semakin besar, dia juga seneng banget belanja buku.
Saya, tidak mau bergantung terlalu banyak pada sekolah. Karena kondisi sekarang memang mengharuskan saya sebagai orang tua ikut aktif juga membantu anak-anak belajar di rumah. Walaupun dia sekolah, walaupun ada gurunya, bukan berarti di rumah nggak perlu dibantu. Saat pandemi seperti sekarang, saya berusaha melakukan apa yang saya bisa, walaupun ngajarin orang bukan keahlian, tapi mesti dilakukan.
Membantu anak supaya disiplin dan tahu tanggung jawabnya adalah hal yang tidak mudah. Awal-awal sekolah online sedikit-sedikit panggil 'Bundaaaa'. Sekarang, dia lebih mandiri dan tahu apa yang mesti dilakukan.
Lucunya, dia sampai pasang alarm, lho buat jadwal nge-zoom supaya nggak telat sampai ada alarm sekitar jam 12 siang yang mengingatkan supaya dia lekas menyelesaikan tugas. Sempat takjub dia punya ide begini…kwkwkwk.
Namun, jangan kira semua berjalan semulus itu, ya. Masih ada saja hambatannya. Sejauh ini, saya berysukur anak-anak sangat mengerti dan memahami apa yang mesti dilakukan. Ini sangat membantu saya sebagai orang tua sehingga apa-apa tidak selalu meminta tolong kecuali terpaksa.
Semoga postingan ini bermanfaat *sebagai media curhat...kwkwk. Jangan lelah dan patah, ya. Semoga kita bisa melalui ujian ini dengan sabar. Aamiin.
Salam hangat,
Featured image: Photo by Paige Cody on Unsplash
Comments