Jujur, nggak enak banget jadi orang yang nggak enakan. Nah, lho! Ribet banget ngomongnya, ya? Hihi. Saya juga pernah menjadi orang yang nggak enakan. Dan sungguh itu sangat menyengsarakan perasaan. Lebih parahnya, ada aja orang yang seenaknya memperlakukan orang yang nggak enakan ini *hadeh ribet kwkwk.
Pernah seorang followers saya di Instagram curhat soal ‘nggak enakan’ ini. Dia merasa bersalah banget waktu ada teman kerjanya minta tolong, dan kebetulan dia nggak bisa bantu karena suatu hal. Dia merasa bersalah, padahal dia nggak salah juga, kan? Dia bukannya pelit dan nggak mau bantu, hanya saja kondisinya sedang tidak memungkinkan. Lebih nggak enaknya lagi, dia baca status temannya itu yang bicara soal kejadian tersebut. Semakin nggak enak, kan perasaan kalau begini?
Begitulah derita orang yang nggak enakan. Ketika orang yang 'seenaknya' sudah nyenyak tidur dan rebahan, kita masih aja mikirin sampai keesokan harinya. Perasaan nggak enak ini benar-benar menggangu banget. Mau ngapa-ngapain kepikiran terus. Diiyain salah, ditolak juga salah. Sampai lupa sama urusannya sendiri.
Repotnya Jadi Orang Nggak Enakan
Kamu ngerasa nggak, sih, jadi orang nggak enakan itu….
- Susah banget mau nolak permintaan teman, padahal kondisinya memang nggak memungkinkan. Akhirnya diiyain aja dan tahu, kan? Kita sendiri yang kerepotan.
- Mau mengutarakan pendapat rasanya berat, takutnya ada yang kurang setuju. Mending diem aja lebih aman.
- Walaupun nggak suka, kita memilih tetap melakukannya demi menjaga perasaan orang lain. Lupa kalau perasaannya sendiri juga butuh dijaga supaya nggak luka :(
- Lebih banyak ngalah demi orang lain. Ya udahlah, nggak masalah. Demi teman.
- Hampir semua kesulitan mesti kita beresin sendiri. Salah siapa, kenapa mesti diiyain semua?
- Paling tega sama diri sendiri. Lupa kalau diri sendiri juga butuh dicintai. Nggak masalah bucin sama diri sendiri daripada dikerjain orang terus, kan? :D
- Rela mau mengorbankan diri sendiri demi orang lain. Iya, demi orang lain nggak masalah, deh kita dikorbanin. Sekalian aja nggak nunggu Iduladha? *eh
- Kita memang dianjurkan untuk membantu orang lain, tapi tidak semua masalah orang bisa kita selesaikan semudah itu. Please, deh. Bagi yang seenaknya sebaiknya berpikir juga :(
- Kesal dan sebal, tapi mau gimana lagi. Telan aja sendiri. Benar-benar nggak enak banget!
- Ada yang bercandanya keterlaluan, tapi mau gimana lagi, mau protes juga nggak enak, kan? Telan aja rasa nggak enak itu terus. Gemes :D
- Jangankan marah, protes aja nggak berani. Pengin bilang ‘berhentilah menertawakan masalahku.’ Padahal, marah di tempatnya itu nggak selalu buruk, kok apalagi jika tidak berlebihan. Nggak masalah marah sekali-kali, ya? Tapi, masih mikir lagi…kwkwk.
- Saat ada teman mau pinjam uang, kita sulit menolak, takut dikatain pelit dan bukan teman baik. Padahal, kalau itu berlebihan dan menyulitkan buat kita, nggak ada salahnya menolak dan bantu semampu kita. Jadi baik itu nggak bisa selalu menyenangkan semua orang.
Itulah beberapa penderitaan orang yang nggak enakan. Masih mau jadi orang nggak enakan? Kenapa nggak jadi orang yang 'enakan' aja asal jangan seenaknya. Iya, kan? :D
Hargai Diri Sendiri
Selain kita sendiri, kira-kira siapa orang yang paling bisa menghargai diri kita? Kayaknya nggak ada yang lebih pantas dan layak selain kita sendiri, deh. Kalau kita aja sudah nggak peduli dengan perasaan sendiri dan selalu merasa nggak enakan pada orang lain, ujung-ujungnya kitalah yang nggak dihargai.
Kita punya masalah, kita punya kesulitan juga, nggak ada salahnya menolak permintaan orang apalagi jika itu terlihat ‘sangat berlebihan.’
“Kasih harga temanlah! Lagian cuma gambar begitu doang.”
“Kak, boleh nggak minta gambarnya dan saya ganti watermark-nya dengan nama Instagran saya?”
“Minjem duit 30 juta. Lagi butuh, nih. Itu, kan kecil buat kamu.”
Hei, sejak kapan kita berteman? *gubrak :D
Ini hanya fiktif dan memang nggak mustahil terjadi, sebagian besar juga saya alami sendiri. Dan rasanya agak takjub juga dengan kelakuan orang-orang yang baru saya jumpai, bahkan dengan orang-orang terdekat.
Beberapa hari yang lalu saya sempat melihat Story Instagram salah seorang ilustrator. Waktu itu dia cerita ada orang yang izin minta gambarnya buat jualan. Dan ditolak. Dan respon dari yang minta nggak sopan banget :D
Banyak orang minta izin dulu pada saya dengan permintaan yang wajar. Ada yang minta gambar buat cover novel online tanpa menghapus watermark, saya sangat menghargai dan saya tidak melarangnya. Banyak banget orang yang minta izin dulu buat ini dan itu. Selama itu wajar, saya nggak akan menolak.
Memang, banyak sekali kejutan waktu awal rajin posting gambar di Instagram. Ada yang ambil caption seenaknya, ada yang edit gambar dan hapus watermark, dan sebagainya. Kaget iya. Selama ini mainnya di blog sama nulis buku. Jarang ketahuan ada yang begini. Namun, saya tahu ini adalah risiko ketika saya posting karya di sosial media di mana semua orang bebas melihat dan mengambilnya.
Contoh di blog misalnya, kita pakai anticopas pun bakalan mustahil buat melindungi konten dari orang yang memang berniat buruk buat nyuri tulisan kita. Kayak mudah aja buat yang sudah jago.
Dan itu memang jadi risiko buat kita. Nulis buku aja bisa dibajak, apalagi hanya postingan di sosial media, kan?
Poinnya apa? Andai ada yang minta izin untuk hal yang mungkin di luar batas wajar, nggak masalah, kok kita tolak. Apalagi kalau kita memang nggak mungkin membantu karena kondisinya memang nggak memungkinkan. Jangan takut bilang nggak bisa. Jangan merasa nggak enak untuk mengatakan tidak. Iya, kamu juga butuh dihargai karena kamu juga punya keterbatasan. Nggak mungkin bisa membantu semua orang.
Kita Juga Perlu Menjaga Perasaan Sendiri
Jangan mentang-mentang karena kita bersaudara, kita teman dekat, kita tetangga, kita kenal sudah lama dan sebagainya, kamu jadi seenaknya bersikap sama semua orang.
Kita sudah mati-matian menjaga perasaan orang lain, mengalah supaya nggak ada masalah, tapi orang lain justru seenaknya. Apakah di sini kita masih perlu jadi orang nggak enakan?
"Ya, udahlah ngalah aja daripada dilihat orang nggak enak. Kita udah dewasa dan sudah sama-sama ngerti."
Weeei, kenapa kita mesti menjaga perasaan orang terus? Perasaan kita juga butuh dijaga. Ya, Allah, maafkan saya ngegas....kwkwk. Nggak peduli kita pernah dekat dan akrab, kalau berhadapan dengan orang yang seenaknya, apalagi sudah kita bantu segala macam dengan ringannya, saya, sih memilih udahanlah nggak enakannya. Kayaknya nggak perlu banget jadi orang nggak enakan hanya demi menjaga perasaan orang yang ‘seenaknya’ sama kita.
Insyaallah ada jalan lain untuk berbuat baik, nggak harus lewat jalan itu terus kalau akhirnya bikin kita jadi kurang ikhlas. Kecuali kamu memang berniat membantu dan benar-benar membantu :D
Menjadi ‘enakan’ dari ‘nggak enakan’ ini memang nggak gampang. Pastinya butuh waktu untuk bersikap lebih santai supaya nggak takut sama omongan orang. Jangan sampai kita melakukan sesuatu karena orang lain, tapi kerjakanlah karena kita memang ingin dan mampu melakukannya. Jangan sampai kita pengin bantu orang, tapi justru membuat ruwet hidup sendiri.
Buat yang masih nggak enakan, cobalah belajar mencintai diri kamu sendiri. Sedangkan buat yang seenaknya, please, deh hargai orang lain :)
Salam hangat,
Hiks aku liat ortu sendiri org nya ga enakan, aku gamau gitu mba makanya aku jutek n galak, ga humble ky ortuku... Sekarang udah dewasa harus berani bilang tidak yahh duh itu pinjem duit 30jt ga sekalin aja 1M hihi btw untung aku beli buku mba ya hahaha
ReplyDeleteaku pernah di posisi susah berkata enggak karena merasa enggak enakan itu tadi.
ReplyDeleterasanya mau nolak kayak ga tega aja mbak
tapi memang kalau dibiarkan terus menerus, diri sendiri yang bakal jadi korban