Sunday, March 14, 2021
Resep Mexican Coffee Buns
Udah lamaa banget nggak bikin Mexican Coffee Buns atau Roti Boy kw. Ini roti kesukaan suami. Kebetulan, karena kemarin tanggal merah dan Mas libur kerja, akhirnya bikin roti Boy biar bisa incip pas masih anget setelah keluar dari oven. Nggak nyangka, resep topping yang sekarang sangat pas, adonan topping-nya mulus di atas rotinya dan kres nyees manis nggak lebay. Ampun, gimana cara menjelaskan kalau roti ini enak beneran…kwkwk.
Untuk adonan rotinya saya pakai resep biasanya. Resep andalan dengan 2 kuning telur untuk 500 gram tepung terigu. Hasilnya empuk maksimal asal nguleninnya sampai benar-benar kalis, ya.
Saya ngulen adonan roti pakai Re-Bread dengan 3x ngulen. Jadi. Klik tombolnya sampai 3x, ya. Hasilnya kalis banget. Untuk memanggang, saya tetap pakai oven listrik. Pengalaman memanggang roti pakai Re-Bread hasilnya kurang maksimal karena waktunya berbeda dengan oven listrik.
Jadi, sejauh ini saya hanya memanfaatkan Re-Bread untuk ngulen. Kemarin sempat memanggang kacang tanah juga pakai Re-Bread. Asik banget nggak harus ngaduk mulu di depan kompor. Itu pun masih ada gosong-gosongnya gitu, kan kalau di kompor. Pakai Re-Bread bisa merata dan terus mengaduk sendiri secara pelan-pelan, dikasih irisan bawang putih pun ikutan krispi maksimal. Rasa kacangnya jadi enak banget. Lebaran mesti ganti kacang yang digoreng dengan dipanggang. Lebih sehat, lebih tenang ngunyahnya *mohon maaf bukan endorse :D
Bikin Roti Pakai Tepung Apa?
Ada yang sering kesulitan membedakan jenis tepung terigu? Yups, tepung terigu itu jenisnya nggak hanya satu. Ada beberapa jenis, termasuk di antaranya tepung terigu protein rendah, protein sedang, dan juga protein tinggi.
Untuk membuat roti, sebaiknya kita pakai tepung terigu protein tinggi seperti merek Cakra yang paling gampang dicari. Sebagian bilang, nambahin tepung protein sedang sekitar 50 gram dalam adonan roti kita bakalan bikin rotinya jadi tambah empuk. Fakta atau mitos? Hehe. Dulu-dulu sering nambahin terigu protein sedang, tapi sekarang jarang banget karena nggak mau repot…kwkwk. Hasilnya kurang lebih sama saja.
Resep Mexican Coffee Buns
Timbang bahan sesuai takaran dan lakukan prosesnya sesuai panduan yang telah saya tulis. Jika di kemudian hari ada adona bantet atau kurang bener, tentu saja itu bukan salah saya dong *nggak mau banget disalahin….kwkwk. Bercanda, ya :D
Pastikan saja ragi instan yang dipakai masih aktif dan ngulennya sudah benar sampai benar-benar kalis. Kalau ini dikerjakan dengan benar, harusnya rotinya empuk maksimal. BTW, resep topping-nya saya ambil dari resep Mbak Fitri Sasmaya yang di-share di Instagram.
Bahan adonan roti
500 gram terigu protein tinggi
90 gram gula pasir
2 sdt ragi instan
2 butir kuning telur
1 sachet susu bubuk
240 ml air dingin
90 gram butter atau margarin
½ sdt garam
Bahan Topping
60 gram unsalted butter / margarin
50 gram gula kastor / saya pakai gula halus
1 butir putih telur (51 gram)
1 sdt nescafe, tambahkan 1 sdt air panas
½ sdt pasta moka/ saya pakai pasta vanilla :D
60 gram tepung terigu
Cara membuat:
- Campur semua bahan roti kecuali margarin dan garam. Setelah dicampur rata, masukkan margarin dan garam, uleni hingga kalis elastis, ya.
- Diamkan adonan yang sudah kalis selama 30 menit. Jangan lupa tutup atasnya supaya tidak kering.
- Bagi adonan menjadi beberapa bagian sesuai selera. Saya bikin roti seberat 50 gram. Bulatkan dan lakukan sampai adonan habis.
- Beri isian berupa keju prochis spready. Nanti kejunya bakalan leleh dan enak banget :D
- Diamkan adonan yang telah diberi isian tadi selama 1 jam. Jangan lupa tutup bagian atasnya, ya.
- Yuk, kita bikin topping-nya. Mixer gula dan margarin. Masukkan telur. Mixer hingga rata. Tambahkan kopi dan pasta moka. Terakhir, masukkan tepung terigu. Masukkan adonan ini ke dalam plastik segitiga. Ikat dan simpan di dalam lemari pendingin.
- Setelah adonan mengembang 2x lipat, tambahkan topping di atas adonan rotinya. Bikin melingkar dan jangan terlalu banyak supaya tidak melebar ke mana-mana saat dipanggang.
- Panaskan oven kurang lebih 10 menit sebelum digunakan. Panggang roti selama 15 menit dengan suhu 190’C atau sesuaikan dengan oven masing-masing, ya.
Voila! Hasilnya, sih keren banget, rata topping-nya, yummy, dan seenak itulah pokoknya :D Kalau ada roti yang masih sisa, kamu bisa simpan di dalam plastik supaya tidak kering. Ketika mau dimakan, hangatkan lagi dalam oven selama 10 menitan. Topping-nya bakalan krispi lagi nanti.
Enak banget, kan bisa bikin roti sendiri di rumah? Mau pergi dan jajan di luar juga males karena butuh banyak perisiapan kalau perlu pakai APD saking parnonya…haha. Nggaklah, ya. Nggak akan segitunya memang. Tetapi, was-was dan merasa lebih repot memang iya.
Kalau memang tidak mendesak, saya memilih di rumah aja, sih. Makan aja seadanya dan nggak usah kebanyakan gaya biar 'bahagia'. Karena kebutuhan kita sebenarnya relatif kecil, gayanya yang suka bikin ribet sendiri, gayanya selangit *kenapa jadi ceramah? Kwkwk.
Nggak mau coba resep ini? Bolehlah coba resep donat ekonomis atau bolu kering. Yuk, bisa, yuk dicoba, yuk. Supaya tetap waras meski hanya di rumah :D
Salam hangat,
Wednesday, March 10, 2021
Serba Serbi Sekolah Online
Setahun sudah kita melewati pandemi. Bukan hanya orang dewasa saja yang mesti beradaptasi dengan lingkungan kerja, lebih banyak di rumah, bahkan tak jarang ada yang diberhentikan dari pekerjaannya. Anak-anak, terutama usia skeolah juga mesti beradaptasi dengan proses belajarnya. Karena mustahil datang ke sekolah dan bertatap muka. Maka, sejak beberapa bulan yang lalu, terhitung sudah setahunan, anak-anak harus sekolah online di rumah.
Masalahnya, sekolah di rumah juga nggak bisa semudah yang dibayangkan. Banyak sekali permasalahan yang dihadapi, terutama bagi daerah terpencil yang susah sinyal dan sebagian besar kesulitan ekonomi sehingga tak jarang kita bisa melihat dan membaca berita tentang anak-anak yang akhirnya berhenti sekolah dan memilih membantu orang tuanya bekerja.
Ada juga yang mesti berjalan jauh hanya demi mengambil materi pelajaran karena dia nggak punya fasilitas. Belum lagi yang mesti menjual harta bendanya demi membeli handphone. Nelangsa dan sedih setiap baca berita kayak gini.
Buat kita yang punya fasilitas, bukan tidak mungkin ada kendala lain yang membuat belajar online terasa begitu kaku dan gerah kayak di musim panas di tengah kota Jakarta… hihi. Selain orang tua juga harus memerhatikan anak-anaknya, guru juga mesti memberikan kelonggaran sedikit sebab ada banyak kendala yang kita hadapi dalam pembelajaran jarak jauh ini.
Internet Tidak Stabil, Belajar pun Tersendat
Waktu awal semester 2 kemarin, ada aturan di mana anak-anak yang terlambat masuk zoom selama 5 menit tidak akan dibolehkan bergabung. Masalahnya, keterlambatan itu tidak selamanya disebabkan karena anak-anaknya yang malas belajar. Tidak jarang juga disebabkan oleh internet yang kurang stabil. Kalau sudah susah, jangankan 5 menit, seharian aja kadang nggak bisa ngapa-ngapain.
Di sini, sempat ada hal yang kurang mengenakkan di mana ada anak yang akhirnya tidak bisa mendapatkan haknya untuk belajar. Padahal sudah stand by tepat waktu. Komunikasi dengan wali kelas berjalan kurang baik, sehingga ada salah paham.
Di sinilah saya sebut kayak kaku banget ini pembelajaran jarak jauhnya. Anak-anak yang mestinya dapat hak belajar jadi nggak bisa.
Belum lagi kalau sinyal nggak bagus dan mesti zoom, sering keluar masuk sendiri dan pasti bikin nggak fokus. Mau bagaimana lagi, inilah kendala yang dihadapi saat harus belajar online di rumah.
Bersyukur, semakin hari, komunikasi dengan guru semakin baik. Sehingga jika ada kendala seperti itu, guru bisa memaklumi dan memberikan izin supaya anak-anak bisa ikut belajar bersama.
Waktu Belajar Menjadi Tidak Pasti
Kenapa begitu? Anak-anak memang masuk dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Saat ini, rata-rata semua mata pelajaran menggunakan zoom. Mungkin biar lebih berasa sekolahnya, ya. Namun, karena belajar online inilah, ada aja murid yang molor ngerjain tugas dan tak jarang guru mesti mengingatkan atau harus memeriksa tugas hingga larut malam.
Padahal, sudah dikasih batas waktu juga, sih. Namun, ada saja yang terlambat entah kenapa. Ada juga yang anaknya memang nggak mau mengerjakan tugas kecuali setelah malam hari. Agak riweh banget di sini pasti. Karena guru kayak nggak ada jam istirahatnya :D
Mau bagaimana lagi, setiap anak punya kondisi berbeda. Ada yang memang disiplin tanpa diminta, ada yang mesti dirayu setengah mati. Semester 2 ini berjalan lebih baik dan lebih disiplin kalau dilihat. Mungkin karena semester 1 kemarin terlalu santuy, akhirnya semester 2 ini aturan menjadi lebih ketat dan gurunya jadi jauh lebih kaku sehingga muridnya mau nggak mau jadi ngikutin juga :D
Sulit Bertanya Jika Kurang Mengerti
Ada saat di mana pertanyaan sempat nggak dijawab. Mungkin sudah kebanyakan pesan yang masuk atau terlewat. Ini memang jadi risiko dari pembelajaran jarak jauh begini. Beruntungnya, sekarang kita bisa belajar dari Youtube, ya. Di sana, sudah banyak guru-guru yang bikin video dengan penjelasan yang kadang lebih simple sehingga mudah dipahami.
Terutama untuk mata pelajaran Matematika, di mana saya benar-benar nggak suka kecuali dulu kayaknya memang karena terpaksa…kwkwk. Belajar dari Youtube ini sangat membantu.
Jika gurunya merespon, beruntung sekali. Dulu, pernah beberapa kali dalam sehari harus video call sama gurunya si sulung. Karena dia kurang memahami pelajaran berhitung.
Terlalu Lama Menatap Layar
Waktu awal-awal sekolah online, zoom ini nggak terlalu sering digunakan. Namun, di semester 2 tahun ini, hampir semua mata pelajaran memakai zoom yang tentu saja mengharuskan anak-anak menghadap layer dalam waktu yang cukup lama.
Kasihan juga sebenarnya, tapi mau gimana lagi? Sekolah menerapkan hal seperti itu yang dinilai lebih efektif mungkin untuk belajar online. Sangat berharap pandemi segera berakhir, semua orang pun akan mengaminkan.
Nggak kebayang, setelah ini si bungsu juga bakalan masuk sekolah TK setelah tahun lalu saya cancel karena kondisi yang tidak memungkinkan. Nggak nyangka, tahun ini pun ternyata masih pandemi juga :(
Anak TK gimana belajar online, ya? Selama di rumah, saya coba mengajarinya mengaji seperti kebiasaan yang saya lakukan kepada kakaknya dulu. Alhamdulillah, untuk ngaji Iqra semua berjalan dengan baik. Namun, yang jadi pikiran soal membaca ABC itu, lho. Dia kurang suka dan saya nggak memaksakannya.
Hari ini, saya membeli sebuah buku untuk si bungsu. Buku belajar membaca yang ternyata isinya bedaa banget dengan buku-buku kebanyakan. Seharian ini dia bawa ke mana-mana (maksudnya tetap di dalam rumah…kwkwk). Dia happy banget belajarnya. Insyaallah next saya review bukunya, ya.
Saya berharap si bungsu segera bisa membaca. Kok, gitu? Karena dia senang sekali dibacakan buku dan sering ribut sama kakaknya karena kakaknya nggak mau bacain… kwkwk. Setiap hari, terutama menjelang tidur, dia bawakan buku-bukunya yang banyak dan meminta saya membacakannya. Itu rutinitias yang setiap hari saya lakukan, bahkan dari saat si sulung masih dalam perut emaknya.
Dulu, koleksi buku belum sebanyak sekarang. Masih terbatas banget. Alhamdulillah, sejak si sulung lahir, saya lebih rajin beli buku bacaan buat anak-anak. Dan sejak si sulung semakin besar, dia juga seneng banget belanja buku.
Saya, tidak mau bergantung terlalu banyak pada sekolah. Karena kondisi sekarang memang mengharuskan saya sebagai orang tua ikut aktif juga membantu anak-anak belajar di rumah. Walaupun dia sekolah, walaupun ada gurunya, bukan berarti di rumah nggak perlu dibantu. Saat pandemi seperti sekarang, saya berusaha melakukan apa yang saya bisa, walaupun ngajarin orang bukan keahlian, tapi mesti dilakukan.
Membantu anak supaya disiplin dan tahu tanggung jawabnya adalah hal yang tidak mudah. Awal-awal sekolah online sedikit-sedikit panggil 'Bundaaaa'. Sekarang, dia lebih mandiri dan tahu apa yang mesti dilakukan.
Lucunya, dia sampai pasang alarm, lho buat jadwal nge-zoom supaya nggak telat sampai ada alarm sekitar jam 12 siang yang mengingatkan supaya dia lekas menyelesaikan tugas. Sempat takjub dia punya ide begini…kwkwkwk.
Namun, jangan kira semua berjalan semulus itu, ya. Masih ada saja hambatannya. Sejauh ini, saya berysukur anak-anak sangat mengerti dan memahami apa yang mesti dilakukan. Ini sangat membantu saya sebagai orang tua sehingga apa-apa tidak selalu meminta tolong kecuali terpaksa.
Semoga postingan ini bermanfaat *sebagai media curhat...kwkwk. Jangan lelah dan patah, ya. Semoga kita bisa melalui ujian ini dengan sabar. Aamiin.
Salam hangat,
Featured image: Photo by Paige Cody on Unsplash
Sunday, March 7, 2021
Susahnya Jadi Orang yang Nggak Enakan
Jujur, nggak enak banget jadi orang yang nggak enakan. Nah, lho! Ribet banget ngomongnya, ya? Hihi. Saya juga pernah menjadi orang yang nggak enakan. Dan sungguh itu sangat menyengsarakan perasaan. Lebih parahnya, ada aja orang yang seenaknya memperlakukan orang yang nggak enakan ini *hadeh ribet kwkwk.
Pernah seorang followers saya di Instagram curhat soal ‘nggak enakan’ ini. Dia merasa bersalah banget waktu ada teman kerjanya minta tolong, dan kebetulan dia nggak bisa bantu karena suatu hal. Dia merasa bersalah, padahal dia nggak salah juga, kan? Dia bukannya pelit dan nggak mau bantu, hanya saja kondisinya sedang tidak memungkinkan. Lebih nggak enaknya lagi, dia baca status temannya itu yang bicara soal kejadian tersebut. Semakin nggak enak, kan perasaan kalau begini?
Begitulah derita orang yang nggak enakan. Ketika orang yang 'seenaknya' sudah nyenyak tidur dan rebahan, kita masih aja mikirin sampai keesokan harinya. Perasaan nggak enak ini benar-benar menggangu banget. Mau ngapa-ngapain kepikiran terus. Diiyain salah, ditolak juga salah. Sampai lupa sama urusannya sendiri.
Repotnya Jadi Orang Nggak Enakan
Kamu ngerasa nggak, sih, jadi orang nggak enakan itu….
- Susah banget mau nolak permintaan teman, padahal kondisinya memang nggak memungkinkan. Akhirnya diiyain aja dan tahu, kan? Kita sendiri yang kerepotan.
- Mau mengutarakan pendapat rasanya berat, takutnya ada yang kurang setuju. Mending diem aja lebih aman.
- Walaupun nggak suka, kita memilih tetap melakukannya demi menjaga perasaan orang lain. Lupa kalau perasaannya sendiri juga butuh dijaga supaya nggak luka :(
- Lebih banyak ngalah demi orang lain. Ya udahlah, nggak masalah. Demi teman.
- Hampir semua kesulitan mesti kita beresin sendiri. Salah siapa, kenapa mesti diiyain semua?
- Paling tega sama diri sendiri. Lupa kalau diri sendiri juga butuh dicintai. Nggak masalah bucin sama diri sendiri daripada dikerjain orang terus, kan? :D
- Rela mau mengorbankan diri sendiri demi orang lain. Iya, demi orang lain nggak masalah, deh kita dikorbanin. Sekalian aja nggak nunggu Iduladha? *eh
- Kita memang dianjurkan untuk membantu orang lain, tapi tidak semua masalah orang bisa kita selesaikan semudah itu. Please, deh. Bagi yang seenaknya sebaiknya berpikir juga :(
- Kesal dan sebal, tapi mau gimana lagi. Telan aja sendiri. Benar-benar nggak enak banget!
- Ada yang bercandanya keterlaluan, tapi mau gimana lagi, mau protes juga nggak enak, kan? Telan aja rasa nggak enak itu terus. Gemes :D
- Jangankan marah, protes aja nggak berani. Pengin bilang ‘berhentilah menertawakan masalahku.’ Padahal, marah di tempatnya itu nggak selalu buruk, kok apalagi jika tidak berlebihan. Nggak masalah marah sekali-kali, ya? Tapi, masih mikir lagi…kwkwk.
- Saat ada teman mau pinjam uang, kita sulit menolak, takut dikatain pelit dan bukan teman baik. Padahal, kalau itu berlebihan dan menyulitkan buat kita, nggak ada salahnya menolak dan bantu semampu kita. Jadi baik itu nggak bisa selalu menyenangkan semua orang.
Itulah beberapa penderitaan orang yang nggak enakan. Masih mau jadi orang nggak enakan? Kenapa nggak jadi orang yang 'enakan' aja asal jangan seenaknya. Iya, kan? :D
Hargai Diri Sendiri
Selain kita sendiri, kira-kira siapa orang yang paling bisa menghargai diri kita? Kayaknya nggak ada yang lebih pantas dan layak selain kita sendiri, deh. Kalau kita aja sudah nggak peduli dengan perasaan sendiri dan selalu merasa nggak enakan pada orang lain, ujung-ujungnya kitalah yang nggak dihargai.
Kita punya masalah, kita punya kesulitan juga, nggak ada salahnya menolak permintaan orang apalagi jika itu terlihat ‘sangat berlebihan.’
“Kasih harga temanlah! Lagian cuma gambar begitu doang.”
“Kak, boleh nggak minta gambarnya dan saya ganti watermark-nya dengan nama Instagran saya?”
“Minjem duit 30 juta. Lagi butuh, nih. Itu, kan kecil buat kamu.”
Hei, sejak kapan kita berteman? *gubrak :D
Ini hanya fiktif dan memang nggak mustahil terjadi, sebagian besar juga saya alami sendiri. Dan rasanya agak takjub juga dengan kelakuan orang-orang yang baru saya jumpai, bahkan dengan orang-orang terdekat.
Beberapa hari yang lalu saya sempat melihat Story Instagram salah seorang ilustrator. Waktu itu dia cerita ada orang yang izin minta gambarnya buat jualan. Dan ditolak. Dan respon dari yang minta nggak sopan banget :D
Banyak orang minta izin dulu pada saya dengan permintaan yang wajar. Ada yang minta gambar buat cover novel online tanpa menghapus watermark, saya sangat menghargai dan saya tidak melarangnya. Banyak banget orang yang minta izin dulu buat ini dan itu. Selama itu wajar, saya nggak akan menolak.
Memang, banyak sekali kejutan waktu awal rajin posting gambar di Instagram. Ada yang ambil caption seenaknya, ada yang edit gambar dan hapus watermark, dan sebagainya. Kaget iya. Selama ini mainnya di blog sama nulis buku. Jarang ketahuan ada yang begini. Namun, saya tahu ini adalah risiko ketika saya posting karya di sosial media di mana semua orang bebas melihat dan mengambilnya.
Contoh di blog misalnya, kita pakai anticopas pun bakalan mustahil buat melindungi konten dari orang yang memang berniat buruk buat nyuri tulisan kita. Kayak mudah aja buat yang sudah jago.
Dan itu memang jadi risiko buat kita. Nulis buku aja bisa dibajak, apalagi hanya postingan di sosial media, kan?
Poinnya apa? Andai ada yang minta izin untuk hal yang mungkin di luar batas wajar, nggak masalah, kok kita tolak. Apalagi kalau kita memang nggak mungkin membantu karena kondisinya memang nggak memungkinkan. Jangan takut bilang nggak bisa. Jangan merasa nggak enak untuk mengatakan tidak. Iya, kamu juga butuh dihargai karena kamu juga punya keterbatasan. Nggak mungkin bisa membantu semua orang.
Kita Juga Perlu Menjaga Perasaan Sendiri
Jangan mentang-mentang karena kita bersaudara, kita teman dekat, kita tetangga, kita kenal sudah lama dan sebagainya, kamu jadi seenaknya bersikap sama semua orang.
Kita sudah mati-matian menjaga perasaan orang lain, mengalah supaya nggak ada masalah, tapi orang lain justru seenaknya. Apakah di sini kita masih perlu jadi orang nggak enakan?
"Ya, udahlah ngalah aja daripada dilihat orang nggak enak. Kita udah dewasa dan sudah sama-sama ngerti."
Weeei, kenapa kita mesti menjaga perasaan orang terus? Perasaan kita juga butuh dijaga. Ya, Allah, maafkan saya ngegas....kwkwk. Nggak peduli kita pernah dekat dan akrab, kalau berhadapan dengan orang yang seenaknya, apalagi sudah kita bantu segala macam dengan ringannya, saya, sih memilih udahanlah nggak enakannya. Kayaknya nggak perlu banget jadi orang nggak enakan hanya demi menjaga perasaan orang yang ‘seenaknya’ sama kita.
Insyaallah ada jalan lain untuk berbuat baik, nggak harus lewat jalan itu terus kalau akhirnya bikin kita jadi kurang ikhlas. Kecuali kamu memang berniat membantu dan benar-benar membantu :D
Menjadi ‘enakan’ dari ‘nggak enakan’ ini memang nggak gampang. Pastinya butuh waktu untuk bersikap lebih santai supaya nggak takut sama omongan orang. Jangan sampai kita melakukan sesuatu karena orang lain, tapi kerjakanlah karena kita memang ingin dan mampu melakukannya. Jangan sampai kita pengin bantu orang, tapi justru membuat ruwet hidup sendiri.
Buat yang masih nggak enakan, cobalah belajar mencintai diri kamu sendiri. Sedangkan buat yang seenaknya, please, deh hargai orang lain :)
Salam hangat,
Thursday, March 4, 2021
Pandemi Sudah Berlangsung Selama Setahun, Perlukah Vaksin Covid 19?

Pakai Masker, Tapi….
Setahun Hidup Bersama Covid 19
Ada beberapa hal yang saya lakukan selama pandemi yang sebagian sudah saya terapkan sebelumnya,
- Rutin konsumsi jus buah dan sayur
- Istirahat yang cukup
- Usahakan tetap di rumah
Perlu Vaksin Nggak, sih?
Manfaat Vaksin Covid 19
- Dengan adanya vaksin Covid 19, diharapkan angka kematian akan menurun. Karena vaksin bisa membentuk antibodi sehingga dapat meringankan gejala saat terpapar virus tersebut. Lebih dari itu, orang-orang yang sudah divaksin juga bisa melindungi anggota keluarganya dari virus Covid 19, terutama anggota keluarga yang rentan seperti lansia misalnya. Hal ini terjadi karena orang yang sudah divaksin memiliki risiko yang sangat kecil untuk menularkan virus Covid 19.
- Vaksin Covid 19 diharapkan bisa menekan angka penularan sehingga kegiatan ekonomi dan sosial di dalam masyarakat bisa kembali seperti semula. Meskipun bagi kita, butuh waktu yang tidak sebentar untuk melakukan vaksin pada semua orang.
Fakta dan Mitos Tentang Vaksin Covid 19
- Memengaruhi kesuburan
- Telah melalui uji klinis yang ketat
- Tidak mengubah struktur DNA manusia
Kenapa Harus Halodoc?
Hey there!

Part of
