Friday, November 20, 2020
Resep Roti Sosis Kepang
Resep adonan dasarnya sebenarnya hampir mirip semua, sih. Bahannya hanya terigu protein tinggi seperti Cakra, gula pasir, ragi instan, kuning telur, air, susu bubuk, dan mentega atau margarin. Ada juga resep yang menambahkan pelembut roti. Namun, saya sudah nggak pernah pakai lagi.
Kuncinya, selain dari takaran bahan yang pas, juga terletak pada berapa lama kita mengulen adonan. Dulu, waktu masih ngulen pakai tangan atau hand mixer, saya butuh waktu hingga satu setengah jam. Iya, selama itu untuk mendapatkan roti yang lembut ala saya.
Sekarang, saya pakai mesin pembuat roti. Ngulennya sekitar satu jam-an. Hasilnya kalis banget dan benar-benar bisa menghemat waktu karena bisa disambi mengerjakan pekerjaan yang lain. Satu jam bisa sambil masak dan menyiram tanaman, kan? Kwkwk. Banyak banget soalnya yang mesti diurus. Masya Allah. Alhamdulillah masih sibuk dan sok sibuk yaa :D
Saya bikin resep roti sosis kepang, tapi lupa nggak foto step by step-nya. Jadi, teman-teman bisa cari sendiri di Google, ya…hehe. Untuk roti dengan topping atau isian yang gurih, bisa kurangi sedikit gulanya. Di sini saya pakai satu adonan untuk beberapa jenis roti. Salah satunya roti sobek isi cokelat dan keju. Jadi, tadi saya nggak ngurangi takaran gulanya sama sekali.
Resep Roti Sosis Kepang
500 gram terigu protein tinggi
100 gram gula pasir
4 sdm susu bubuk
2 sdt penuh ragi instan
240 ml air dingin
3 butir kuning telur
90 gram margarin
1/2 sdt garam
Cara membuat:
- Campur semua bahan kecuali margarin dan garam. Uleni sampai tercampur rata. Setelah tercampur, tambahkan margarin dan garam. Uleni sampai kalis elastis.
- Diamkan adonan selama kurang lebih 30 menit. Jangan lupa, tutup bagian atasnya dengan kain bersih supaya tidak kering.
- Siapkan sosis secukupnya. Jangan lupa olesi loyang dengan margarin.
- Tinju adonan dan buang udara di dalamnya. Ambil adonan seberat 40 gram. Bulatkan dan gilas sampai agak tipis. Tambahkan sosis di atasnya. Gulung sampai semua permukaan sosis tertutup.
- Potong-potong bagian atas dan jangan sampai mengenai bagian bawah adonan. Lipat setiap bagian yang telah dipotong berlawanan arah. Lakukan hal yang sama sampai adonan habis.
- Kalau mau membuat roti varian lain seperti roti sobek, siapkan adonan per 30 gram dan bulatkan. Beri isian berupa keju atau cokelat mesis.
- Diamkan adonan sampai mengembang dua kali lipat. Biasanya sekitar satu jam. Jangan lupa, tutup bagian atasnya selama proofing. Jangan sampai kelamaan yaa.
- Panaskan oven suhu 180’ atau sesuaikan sendiri dengan oven masing-masing. Saya pakai api atas bawah.
- Oven roti selama maksimal 15 menit saja. Biasanya, 10 menit saya letakkan di rak bawah, 5 menit saya pindah ke rak atas. Angkat dan olesi permukaannya dengan margarin.
- Untuk roti sosi kepang, kita bisa tambahkan saus tomat, mayonnaise, keju parut juga di atasnya. Sebaiknya diberi saat akan disantap supaya ketika disimpan nggak lengket ke mana-mana.
Voila! Roti sosis kepang sudah siap disajikan. Hasilnya, super lembut meskipun tanpa tambahan pelembut. Dapat beberapa loyang sekaligus. Kalau ada sisa, bisa kita simpan di dalam plastik, ya supaya roti nggak kering.
Seperti kata Ibu Sisca Soewitomo, ‘Gimana, mudah bukan untuk membuatnya?’ hihi. Segampang itu kalau menjelaskan dan menceritakan. Tapi, pas bikin butuh waktu hampir setengah hari :D
Selamat mencoba dan semoga berhasil, ya! Pastikan raginya aktif dan semua tahapan dilakukan dengan benar.
Salam hangat,
Wednesday, November 18, 2020
Sudahkah Kamu Melakukan Self-Love?
Jadi, bisa disimpulkan bahwa saya begitu telat melakukan self-love dalam hidup. Setelah sekian puluh tahun, dengan banyak masalah yang hampir serupa terjadi berkali-kali dan terulang, akhirnya baru ngeh ‘inti’ dari salahnya di mana. Salah satunya nggak mencintai diri sendiri. Ada yang senasib?
Mencintai diri sendiri itu begitu penting. Bahkan lebih utama ketimbang mencintai orang lain. Sebelum menolong orang lain, kita mesti menolong diri sendiri dulu. Mana bisa kita nolongin orang, sedangkan kita sendiri sedang tersangkut di ranting kering dan hampir jatuh ke jurang?
Memangnya self love itu apa, sih?
Self love bukan berarti bertindak egois dan mementingkan diri sendiri. Bukan juga yang penting aku bahagia dan orang lain bukan urusan kita. Tapi, lebih ke mencintai diri sendiri dan menerima diri kita yang apa adanya tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain.
Sifat gampang sungkan dan nggak bisa nolak itu agak lumayan berat juga dikendalikan. Dan ternyata, membuktikan bahwa kita belum bisa mencintai diri sendiri. Ketika kita berusaha melakukan self-love, otomatas kita nggak boleh memelihara perasaan semacam ini. Lagian buat apa kita melakukan sesuatu yang nggak kita suka demi menyenangkan orang lain? Ujungnya jadi nggak nyaman, kan?
Kalau nolak bukannya sama dengan egois? Nggak sama dong. Karena kita juga boleh berpendapat dan mengutarakan apa yang kita mau, tentunya dengan cara yang baik.
Kita perlu membuat batasan dan nggak harus juga menyenangkan semua orang. Karena, sekuat apa pun kita berusaha buat jadi baik, ada aja yang menganggapnya berbeda. Jadi, bikin batasan dan beranilah mengatakan 'TIDAK' pada hal yang tidak kamu suka atau tidak bisa kamu lakukan. Awalnya pasti canggung dan nggak nyaman banget, tapi setelahnya kamu akan merasa lega.
Menghargai Diri Sendiri dengan Tidak Selalu Menuruti Keinginan Orang Lain
Maksudnya gimana, nih? Setelah menikah dan menetap di Jakarta, hidup saya berubah drastis. Berkumpul dengan orang-orang baru dan berbeda, membuat saya harus beradaptasi lekas. Kebiasaan yang paling terasa perubahannya adalah soal tepat waktu.
Kalau dulu, saya janjian sama teman bisa aja molor datangnya, karena mereka juga molor dan nggak pernah tepat waktu. Atau bahkan pernah kejadian janjian sama teman, dia mau balikin buku pelajaran yang akan saya pakai esok hari, ternyata sampai malam dia belum datang. Akhirnya, hujan lebat saya pergi ke rumahnya dengan sepeda ontel bersama Bapak demi mengambil buku itu. Kenapa maksa-maksa harus ambil bukunya? Karena besoknya mau ujian :(
Tapi, sejak tinggal di Jakarta, sebisa mungkin janjian sama orang, datangnya harus lebih awal. Karena lingkungan juga yang bikin saya seperti ini. Jarang banget ada yang nggak tepat waktu atau ditinggal aja kalau telat. Akhirnya, kita bisa lebih menghargai orang lain dan tentu saja diri sendiri. Self-love itu mestinya kayak gini, lho.
Kalau sudah janjian sama orang di jam yang telah disepakati bersama, ternyata dia telat atau malah nggak jadi tanpa menghubungi atau memberi tahu sebelumnya, nggak ada salahnya menolak dan mengatakan ‘TIDAK’.
‘Tapi, nggak enak, sungkan, ah.’
Nah, perasaan kayak gini bikin kamu nggak bisa mencintai diri sendiri. Bayangkan, saya pernah janjian sama orang, beberapa kali dia menanyakan kapan bisa menghubungi saya, ketika telah disepakati waktunya, saya pun menunggu. Waktu itu benar-benar ngantuk dan capek, tetapi nggak berani tidur, khawatir saya terlambat menjawab telepon.
Saya sampai tidak melakukan kegiatan apa pun demi menerima telepon itu. Setelah ditunggu sekian jam, akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi lebih dulu, kelamaan nunggu dan mau beraktivitas. Ternyata, dia bilang nggak jadi. Sedang ada urusan *gubrak.
Tanpa pemberiatahuan sebelumnya? Tanpa japri sebentar aja buat bilang batal? Dan setelahnya, saya banyak menolak kecuali saya benar-benar mau dan punya waktu. Saya nggak lagi sungkan mengatakan ‘TIDAK’ dengan orang yang nggak bisa menghargai orang lain. Apa pun alasannya.
Dulu, saya nggak akan menolak atau lebih tepatnya nggak bisa menolak. Pernah saya menunggu sampai larut, janjian sama orang buat isi kelas. Ternyata setelah dihubungi, saya diminta menunggu. Ternyata, setelahnya dia nggak ngasih kabar lagi kalau admin grupnya nggak bisa dihubungi. Setelah menyiapkan materi beberapa hari sebelumnya dan menunggu sampai berjam-jam, akhirnya malam itu saya batal ngisi kelas dan diganti hari berikutnya.
Jika bisa, saya menolak. Tapi, demi menghargai orang lain dan mengesampingkan perasaan sendiri, saya tetap mengisi kelas. Dan rasanya itu keterlaluan juga. Nggak salah juga kalau misal saya menolak. Bukan masalah juga jika saya tetap mengisi kelas di hari lainnya. Tapi, tentunya saya nggak boleh melakukannya dengan terpaksa atau perasaan karena sungkan. Saya menerima karena saya mau dan senang melakukannya. Saya ulangi, bukan karena sungkan.
Hargai Perasaanmu
Apakah kita mesti bilang selalu baik-baik saja dalam kondisi yang nggak baik-baik saja? Kadang, hidup membuat kita mesti meneteskan air mata, sedih, kesel, sampai nyesek. Dan perasaan atau emosi kamu itu nggak salah, kok. Nggak masalah kita mengatakan belum baik-baik saja.
Semua itu kita lakukan demi memahami diri sendiri. Setiap emosi itu penting, dan nggak ada yang salah dengan itu.
Kalau boleh jujur, ada bagian dari diri sendiri yang paling saya benci dan nggak suka. Kadang sampai mikir, kenapa Saya bisa kayak gini? Sesulit itu saya berusaha mengubah, tapi ternyata nggak mudah. Emosi yang disimpan sejak kecil, bagian-bagian buruk yang disimpan dalam memori tanpa dikehendaki, dan tentu saja seharusnya saya nggak menerima itu, apalagi menyimpan dan mengingatnya sampai sedewasa ini.
Tapi, kenapa harus terus menerus menolak dan menyesali keadaan apalagi sampai menyalahkan diri sendiri? Karena itu nggak mengubah keadaan, malah justru semakin menyulitkan saya. Daripada saya hanya fokus pada kekurangan itu, lebih baik saya fokus dengan hal positif lainnya.
Highly Sensitive Person
Salah satu hal negatif yang sering mengganggu salah satunya selalu berpikir berlebihan terhadap suatu hal dan baperan. Orang-orang mengatakan ini jelek dan buruk sekali. Tapi, siapa mau punya pikiran kayak gini?
Kalau kamu termasuk salah satu orang yang sensitif dan gampang baper, bisa jadi kamu termasuk orang yang masuk kategori highly sensitive person atau HSP. Orang HSP ini punya sensitifitas yang sangat tinggi. Saking sensitifnya, orang dengan HSP disebut lebay dan baperan.
Ketika orang-orang yang membenci kamu dan mengatakan kamu lebay dan baperan, Satu Persen bilang kalau kondisi kayak gini termasuk normal, kok. 15-20% orang di dunia tergolong HSP. Jika kamu salah satunya, kamu nggak seburuk yang kamu pikirkan apalagi seperti yang orang lain pikirkan. Kenapa? Karena, sebenarnya kita nggak sendirian.
Apakah orang yang tergolong HSP ini selalu buruk? Sepertinya nggak juga. Karena, ada sisi positifnya juga, termasuk dia begitu peka dengan kehidupannya sendiri, dengan detail kecil yang mungkin nggak dilihat oleh orang lain, sehingga dia paham jika ada perubahan.
Dan lagi, orang yang tergolong HSP ini lebih punya empati dan lebih peduli dengan orang lain. Saking pedulinya, sampai lupa sama perasaannya sendiri *jangan, dong, ya.
Tapi, setiap yang berlebihan itu nggak baik. Termasuk soal HSP ini. Misalnya, kita kepikiran berlebihan saat teman nyetatus apa, atau kita jadi terus menerus mengikuti keinginan orang lain demi menyenangkan dia. Ini termasuk berlebihan.
Kita nggak mungkin memedulikan begitu banyak hal. Termasuk omongan orang tentang diri kita. Misalnya, orang bilang kita gemukan atau terlalu kurus, kita sebenarnya bisa memilih mau bereaksi seperti apa. Peduli atau nggak peduli?
Kalau semua omongan orang atau sikap mereka pada kita selalu kita pikirkan serius, ujungnya kita capek dong. Kita jadi nggak bisa fokus. You care too much.
Jadi, kita mesti tahu apa yang penting dalam hidup kita. Nggak semua hal kita pedulikan. Nggak semua hal kita sambut. Dan lagi, HSP ini mesti dianggap sebagai kelebihan. Nggak selalu seperti kata orang, ‘Dia baperan! Lebay!’. Mending dengerin apa kata Psikolog yang mengatakan bahwa salah satu tips mengendalikan pikiran buat orang HSP adalah dengan menganggap HSP ini sebagai kelebihan. Jadi, kita nggak fokus sama jeleknya terus.
Ternyata Semua Itu Nggak Mudah
Meskipun banyak tips dan cara bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk mengendalikan kebaperan kita sebagai orang HSP, tapi ternyata itu nggak mudah dipraktikkan. Ketika saya mengatakan tidak dan nggak nyaman dengan cara orang melakukan ini itu yang melibatkan diri saya, setelahnya saya berpikir banyak hal, apakah akan begini dan begitu? Apakah ini buruk buat saya? Sampai susah tidur. Padahal, saya hanya mengutarakan pendapat saya dan apa yang saya rasakan. Tapi, setelahnya saya malah memikirkan hal-hal yang tidak perlu.
Apakah sesulit itu? Ya. Tapi, bukannya mustahil. Jadi orang HSP ini berat. Apa-apa selalu dipikir berlebihan dengan tingkat kecemasan yang begitu tinggi. Belum lagi kalau kita punya teman-teman yang suka banget manasin kompor, tapi setelah itu buru-buru cuci tangan seolah nggak pernah ikut campur :D
Tapi, sisi positifnya, kita lebih peka sama orang lain. Ada teman kesulitan, kita nggak akan mikir dua kali untuk membantu. Karena seolah paham bagaimana rasanya berada di posisi itu.
Sudahkah Kamu Melakukan Self-Love?
Kayaknya, belum sepenuhnya. Kalau masih nggak bisa nolak demi menyenangkan orang lain, masih suka membandingkan diri dengan yang lain, atau masih nggak bisa menerima diri kita yang seutuhnya, mungkin kamu juga belum sepenuhnya mencintai diri sendiri.
Nggak masalah, karena setiap orang punya waktu berbeda dan pencapaian berbeda dalam hidupnya. Minimal kita mau belajar dan berusaha, menerima kekurangan kita dan tidak selalu menganggap diri paling buruk. Tetap semangat mencintai diri sendiri, ya. Tentunya tanpa mengabaikan orang-orang di sekitarmu.
Salam hangat,
Nggak Harus Kayak yang Lain, You Are Enough!
Saat melihat orang sekeren dan sejago itu, pikiran kita pasti bilang gini, ‘Aku mesti kayak dia. Nggak mau tahu, pokoknya kalau belum sehebat dia, aku belum jadi apa-apa.’
Padahal, nggak masalah sebenarnya kalau kita nggak sepandai yang lain atau nggak sehebat idola kita. Karena ini bukan soal hasilnya, tetapi ‘proses’. Kita mestinya merasa cukup dengan apa yang kita punya dan berhentilah membandingkan diri dengan orang lain. Bukan berarti kita diminta berhenti ikhtiar, tapi lebih ke mensyukuri apa yang sudah kita capai selama ini.
Iya, cintai diri kamu dengan tidak banyak membandingkan diri dengan yang lain. Kalau kamu cinta sama seseorang, pasti nggak bakalan mau nyakitin apalagi sampai ngerendahin. Nggak bakalan membandingkan, karena tahu itu nggak nyaman.
Dan, itulah yang mesti kita lakukan pada diri kita sendiri. Sebelum menghargai dan mencintai orang lain, cintailah diri kita terlebih dahulu. Ngerasa aneh? Mungkin karena sejak kecil kita terbiasa mengenal lagu, ‘Satu-satu, aku sayang Ibu. Dua-dua, juga sayang Ayah. Tiga-tiga, sayang Adik Kakak…’ yang mestinya sejak dulu kita diajarkan untuk mengatakan, ‘Satu-satu, aku sayang aku’ kwkwk. Aneh bin ajaib, sih emang :D
Namun, memang ada benarnya juga, kan? Kita nggak pernah dikenalkan bagaimana mencintai diri sendiri. Akhirnya kita sering mengorbankan pendapat bahkan keinginan kita supaya bisa diterima oleh orang lain. Setelah baca buku 'Self Love' yang salah satu penulisnya merupakan mentor saya, saya jadi banyak tahu bagaimana memperlakukan diri sendiri. Begini, lho harusnya. Nggak perlu merasa nggak nyaman menolak atau bilang nggak kalau nyatanya kita memang nggak mau.
Iya, cintai diri kamu dengan tidak banyak membandingkan diri dengan yang lain. Kalau kamu cinta sama seseorang, pasti nggak bakalan mau nyakitin apalagi sampai ngerendahin. Nggak bakalan membandingkan, karena tahu itu nggak nyaman.
Dan, itulah yang mesti kita lakukan pada diri kita sendiri. Sebelum menghargai dan mencintai orang lain, cintailah diri kita terlebih dahulu. Ngerasa aneh? Mungkin karena sejak kecil kita terbiasa mengenal lagu, ‘Satu-satu, aku sayang Ibu. Dua-dua, juga sayang Ayah. Tiga-tiga, sayang Adik Kakak…’ yang mestinya sejak dulu kita diajarkan untuk mengatakan, ‘Satu-satu, aku sayang aku’ kwkwk. Aneh bin ajaib, sih emang :D
Namun, memang ada benarnya juga, kan? Kita nggak pernah dikenalkan bagaimana mencintai diri sendiri. Akhirnya kita sering mengorbankan pendapat bahkan keinginan kita supaya bisa diterima oleh orang lain. Setelah baca buku 'Self Love' yang salah satu penulisnya merupakan mentor saya, saya jadi banyak tahu bagaimana memperlakukan diri sendiri. Begini, lho harusnya. Nggak perlu merasa nggak nyaman menolak atau bilang nggak kalau nyatanya kita memang nggak mau.
Terlalu Sering Melihat Kehebatan Orang Lain Kadang Membuat Kita Insecure
Saking terlalu fokusnya sama pencapaian orang lain, kita jadi lupa untuk menghargai diri sendiri. Hei, cukup. Bersyukurlah atas pencapaianmu dan belajarlah bahwa mereka hebat karena rajin berlatih. Kita nggak boleh hanya fokus sama hasilnya, sampai-sampai melupakan proses dan usahanya.
Kamu juga sedang berproses, kok. Kalau hasilnya belum sebaik si A atau si B, itu bukan masalah besar yang mesti kita pikirkan secara berlebihan. Akhirnya jadi nggak menikmati. Akhirnya jadi rendah diri dan insecure lagi. Sampai hampir putus asa karena gagal memuji diri sendiri yang sudah bekerja keras.
Kita nggak harus terus menerus mengejar apa yang belum kita punya. Kalau semua mesti kita kejar, kapan bisa menikmati dan mensyukurinya? Rasanya begitu berat kalau harus begini terus menerus, kan?
Apakah ini berarti kita jadi gampang merasa puas dengan pencapaian yang sudah ada? Tentu saja tidak. Ini lebih ke menghargai diri kita atas kerja keras dan usaha. Kemudian bersyukur dengan hasilnya dan bersabar menikmati prosesnya. Karena, mau sampai kapan pun, kita akan terus belajar. Jika tidak, sepeda yang kita kayuh akan berhenti di tengah jalan. So, pastikan kita tetap mengayuhnya.
Kita Nggak Harus Jadi yang Orang Lain Inginkan
Dengan alasan supaya disukai semua orang, biar banyak yang sayang dan mau menjadi teman, kita berusaha menuruti apa kata orang. Biar nggak ditinggalkan. Mengorbankan pendapat dan kepentingan pribadi. Padahal, orang lain bisa bebas datang dan pergi begitu saja tanpa bisa kita pastikan mau sampai kapan tetap tinggal?
Mustahil kita bisa menyenangkan semua orang. Biarkan saja mereka pergi dan berlalu, tak perlu memaksakan orang tetap tinggal kalau memang sudah nggak sejalan. Pada akhirnya, kita akan berteman dan dekat dengan orang-orang yang memang memahami dan mengerti seperti apa kita sebenarnya.
Dan lagi, kita nggak perlu berpura-pura jadi orang lain supaya orang nggak membenci. Bukannya yang jahat ataupun baik tetap saja ada yang mencibir? Capek dong ya kalau nurutin apa kata orang terus? Lalu, kapan kamu mendengarkan isi hati kamu sendiri? Kapan kamu mau mengutarakan pendapatmu dan memilih jalan yang sesuai dengan kata hatimu?
Belajarlah Merasa Cukup dengan Apa yang Kamu Miliki
Iya, maksudnya belajarlah bersyukur dengan apa yang telah kamu miliki. Dengan pencapaianmu yang mungkin belum sehebat yang lain, tapi kamu paham betul bahwa ikhtiarmu sudah semaksimal itu.
Jujur saja ini sulit sekali. Karena setiap orang pasti lebih senang melihat ke atas, baik sadar ataupun tidak, karena merasa termotivasi atau malah justru jadi insecure melihat keberhasilan orang lain. Seperti saya sebutkan di awal, kita mesti belajar bersyukur atas pencapaian yang telah diperoleh selama ini. Nggak harus sama dengan yang lain. Sebab jalan masing-masing kita itu berbeda. Nggak pernah sama.
"Ya, ampun! Tapi, ini susah, kan? Saya juga mau seperti Tere Liye, punya banyak novel best seller!"
Tere Liye, dalam sebuah seminar kepenulisan mengatakan, kira-kira begini intinya,
'Nggak ada rumus untuk membuat buku yang bagus atau best seller. Kalimat indah itu bisa ditulis sebab perjalanan panjang, proses yang nggak sebentar, dan jelas bukan datang tiba-tiba.'
Jadi, semua nggak datang tiba-tiba. Jadi, nggak usah buru-buru mengejarnya. Tetap konsisten, tetap disiplin, dan teruslah berusaha. Jangan lupa, tetap dinikmati prosesnya. Soal hasil, kita serahkan pada Allah. Usaha yang baik, insya Allah akan mendatangkan hasil yang baik juga.
Salam hangat,
Wednesday, November 11, 2020
Kelas Menggambar Bersama Yatim Mandiri, Khusus Pemula!
Setelah mengadakan kelas design bersama KAMMI Brawijaya beberapa minggu yang lalu, saya memberanikan diri menerima tawaran dari Yatim Mandiri untuk mengadakan kelas menggambar khusus pemula demi mengumpulkan dana bagi yatim dan dhuafa.
Awalnya nggak pernah kepikiran bakalan nerima beberapa tawaran apalagi dalam waktu berdekatan seperti ini. Teman-teman yang kenal dekat dengan saya pasti sangat hapal bagaimana saya, hampir nggak pernah mau ngadain kelas apalagi sampai live. Sebuah kemajuan besar kata seorang teman ketika melihat saya mau tampil live lewat zoom bersama KAMMI Brawijaya kemarin…kwkwk.
Murni Untuk Donasi
Buat teman-teman yang sudah bergabung dan bersedia menyisihkan uang untuk infak lewat Yatim Mandiri dan berkenan mengikuti kelas ini, saya sangat berterima kasih. Uang yang masuk murni untuk donasi atau infak yang nantinya akan disalurkan langsung oleh Yatim Mandiri. Semoga berkah, ya :)Ketika pandemi seperti sekarang, saya bersyukur karena justru semakin banyak orang yang nggak egois dan mementingkan diri sendiri. Semakin pesat perkembangan teknologi, semakin bersemangat pula orang-orang untuk berbagi meskipun kondisi diri sendiri saja belum sebaik apa.
Kita bisa lihat, banyak banget penggalangan dana di mana-mana, membuktikan bahwa masih banyak orang yang membutuhkan bantuan dan begitu banyak pula orang yang mau berdonasi meskipun nominalnya nggak selalu besar.
Saat kita berbagi, saat kita mau berinfak, sebenarnya kita sedang menolong diri kita sendiri, kita sedang membahagiakan diri kita sendiri, karena semua uang yang kita donasikan akan kembali pada diri kita sendiri. Entah hari ini atau esok saat kita telah meninggal.
Dan, berbagi itu nggak harus selalu berjuta-juta jika memang angka itu nggak ada di kantong kita. Nggak harus nunggu sekayah rayah Baim Wong juga, kan? Kita bisa berbagi dalam bentuk apa pun, dan sebesar yang kita mampu.
Nanti Kita Belajar Apa Aja?
Rencananya kelas kali ini akan lebih lama waktunya karena ada masa pendampingan selama kurang lebih 2 minggu. Jadi, teman-teman yang masih mau bertanya ini dan itu, insya Allah masih bisa dijawab di grup. Lebih santai, kan? Nggak buru-buru pokoknya.Selain belajar menggambar dengan aplikasi Ibis Paint X, saya juga akan isi dengan materi lainnya termasuk cara menulis buku dan menerbitkan karya kita ke penerbit hingga buku kita masuk ke toko buku.
Jadi, ini kelas nulis apa kelas gambar, Kak? Kwkwk. Ini kelas beda pokoknya. Saya pengen teman-teman nggak hanya sekadar bisa menggambar, tapi juga bisa mencari peluang hingga mendapatkan penghasilan dari ilustrasi atau gambar yang sudah dibuat.
Iya, keren banget, kan kalau bisa bikin buku sendiri dengan ilustrasi kita sendiri? Apalagi kalau bisa terbit mayor dan majang di Gramedia? Selama ini, masih banyak orang yang nggak paham bagaimana cara membuat buku solo dan menerbitkannya. Jalannya bermacam-macam. Bisa lewat Bandung, bisa lewat Jakarta, bisa juga lewat Bogor…kwkwk. Atau, kita bisa dapat peluang lain yang nggak kalah kerennya, masya Allah.
Selain itu, kita juga bakalan belajar branding di sosial media. Kita mau dikenal sebagai siapa, nih di sosial media? Jasa apa yang pengen kita tawarkan sehingga orang-orang datang tanpa kita minta? Kita nggak akan dikenal sebagai ilustrator kalau media sosial kita isinya hanya curhatan panjang kali lebar atau isinya hanya foto selfie 24 x sehari. Jadi, tiap jam posting foto. Foto lagi nyapulah, foto lagi nyuci, masak, makan, kwkwk. Bercanda :D
Paling penting adalah kita butuh motivasi dan tentunya teman-teman yang seirama supaya bisa saling support dan menyemangati. Insya Allah kamu bakalan dapetin di kelas ini, ya.
Kelas Menggambar Khusus Pemula
Kita akan belajar menggambar dari dasar banget. Dari yang nggak bisa menggambar, dari yang nggak kenal aplikasi menggambar digital, dari yang nggak tahu apa-apa pokoknya :D
Apa bisa kalau nggak ada bakat? Hampir semua orang bisa melakukan suatu hal karena mau berlatih. Walaupun punya bakat seabreg, tapi nggak mau latihan, jangan harap bisa pandai. Karena pada dasarnya kita mesti berproses, nggak ada yang instan bahkan meski memakai aplikasi menggambar digital.
Ketika teman-teman masuk kelas menggambar, latihan akan menjadi kunci. Mau ikut kelas berapa kali pun, kalau sehari-harinya nggak mau latihan, ya jangan harap bisa bagus hasilnya. Suka gemes, kan kalau ketemu sama orang yang nggak sabaran dalam berproses dan maunya lekas jadi dan bagus. Karena orang lain itu latihan sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, eh kita datang sehari doang, tiba-tiba mau sebagus itu hasilnya? Please, saya mau pingsan dengernya :D
Siapa, sih Yatim Mandiri Itu?
Buat teman-teman yang belum tahu, Yatim Mandiri ini merupakan lembaga sosial yang mengelola zakat, infak, sedekah, serta dana sosial lain yang melalui program-program pemberdayaan masyarakat, khususnya yatim dan dhuafa.Beberapa waktu lalu, Yatim Mandiri sedang menangani kasus muallaf yang kehilangan penglihatannya. Lebih sedih lagi, beliau merupakan lansia, nggak punya siapa-siapa lagi. Kebayang nggak, sih betapa beratnya harus menjalani hari-harinya selama beberapa tahun terakhir? Ditambah beliau mengalami katarak.
Yatim Mandiri akhirnya membawa beliau periksa ke dokter spesialis mata. Namun, karena keterbatasan ekonomi, baliau belum dioperasi. Targetnya, di bulan Oktober lalu, dana diharapkan sudah terkumpul dan segera dilakukan tindakan operasi untuk memulihkan penglihatannya.
Ini baru satu kasus saja, kita nggak bisa menghitung berapa banyak kasus lain yang mungkin lebih sulit dan lebih buruk lagi. Bersyukur sekali, ada banyak lembaga sosial yang mau membantu, menjangkau hingga ke pelosok dan memberikan bantuan secara langsung bagi yang membutuhkan, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Yatim Mandiri.
Jika kita tidak bisa turun langsung, kita bisa mendonasikan uang yang kita punya untuk meringankan beban sesama melalui Yatim Mandiri. Saya catat betul dalam hati, nggak akan Allah biarkan kita kekurangan hanya karena kita sering sedekah. Nggak akan. Jadi, jangan takut buat berbagi, ya :)
Patungan Wakaf Untuk Pembangunan Pesantren Tahfidz Alquran
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim)
Sedekah jariyah itu yang seperti apa? Sedekah yang manfaatnya nggak akan terputus. Terus bersambung manfaat yang diberikan. Contohnya wakaf tanah dan Alquran. Selama benda-benda itu masih ada, selama itu pula manfaatnya akan terus ada. Dan insya Allah, pahalanya akan tetap mengalir bagi kita.
Saya berpikir, banyak hal kita lakukan untuk diri sendiri, tapi, rata-rata semua itu hanya dilakukan untuk duniawi semata. Iya, kita makan di restoran dan membeli baju-baju yang mahal, semata-mata demi kepuasan duniawi saja. Nggak ada manfaat lain selain ya sebatas itu.
Apakah yang begitu nggak boleh? Tentu saja boleh. Kita tidak diperkenankan pelit terhadap diri sendiri, selama kita mampu dan membutuhkannya, lakukan yang kita mau. Nah, lantas bagaimana dengan hidup kita setelah di dunia? Apakah harta kita hanya akan dihabiskan untuk yang itu-itu saja? Entah kapan kita akan dipanggil, hanya menunggu giliran.
Jadi, nggak ada salahnya mulai menyisihkan harta untuk tujuan yang lebih kekal manfaatnya. Misalnya untuk sedekah jariyah yang pahalanya bakalan terus mengalir sampai kita meninggal nanti. Kita bisa ikut patungan wakaf membangun pesantren tahfidz bersama Yatim Mandiri di Sragen. Semoga harta yang kamu sisihkan untuk turut serta membangun pesantren tahfidz ini bisa menolongmu di akhirat kelak.
Cara Daftar Kelas Menggambar Bersama Yatim Mandiri
Bagi kamu yang pengen belajar menggambar bersama saya, bisa klik di sini untuk daftar kelasnya. Ada beberapa paket infak yang bisa kamu pilih. Semoga kebaikanmu diganjar berkali lipat oleh Allah. Yuk, kita belajar bareng di kelas menggambar digital yang insya Allah bakalan diadakan awal Desember nanti. Kamu belajar, saya pun belajar.
Sampai ketemu di kelas nanti, ya :)
Salam hangat,
Wednesday, November 4, 2020
Tetap Waras! Ini Dia 5 Ide yang Bisa Kamu Lakukan Selama Pandemi
Siapa, nih yang masih betah di rumah terutama saat liburan beberapa hari kemarin? Hampir semua orang sudah bosan, bahkan mungkin sampai lupa kalau kondisi sedang pandemi. Karena kelamaan di rumah aja dan jarang banget update berita soal covid-19, tiba-tiba saya merasa kalau pandemi, tuh udah berakhir. Nge-haluu bentar kayaknya saking bosannya di rumah.
Nah, buat yang betah atau lebih tepatnya ngebetah-betahin tetap di rumah kecuali bepergian karena mendesak, kira-kira ngapain aja selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu yang telah berjalan hampir setahun terakhir ini?
Rata-rata berkebun, baking, dan tentu saja mengurus rumah. Tapi, sebenarnya ada hal-hal lain yang masih bisa kita kerjakan dan tentu saja membuat kita lebih bahagia. Misalnya melakukan hobi lama yang tertunda? Jangan bilang kalau hobi kamu nge-baking, ya? Hehe.
Dan, ini dia 5 ide yang bisa kamu lakukan selama pandemi dengan tujuan menjaga kewarasan terutama sebagai ibu-ibu yang harus mendampingi anak-anaknya PJJ :D
1. Lakukan Hobi Lama yang Sempat Tertunda
Tadi sempat saya singgung, kita bisa banget memulai hobi lama yang sempat tertunda karena rutinitas yang terlalu padat. Misalnya saya sendiri, sejak pandemi akhirnya berani mengeluarkan tablet yang sudah lama nggak dipakai dan mulai ngegambar lagi.
Terhitung sejak pertengahan Mei lalu saya rutin menggambar hingga hari ini. Happy? Iya, karena tanpa disangka, banyak yang support dan mendoakan. Akhirnya jadi punya banyaak teman baru. Masya Allah.
Saya melakukannya karena bosan dan apa salahnya gambar-gambar lagi karena DL nulis pun nggak sebanyak dulu. Nggak tahunya malah jadi rutin. Nilai positifnya, saya benar-benar belajar dan tahu banyak teknik menggambar meskipun ini masih jauuh jalannya :D
Jadi, kenapa kamu tidak melakukannya juga? Hobi apa, sih yang sempat tertunda karena kesibukan bisa banget kamu mulai saat pandemi. Siapa tahu bermanfaat juga buat kamu. Bukan hanya bikin happy dan menghilangkan stres, bisa juga mendatangkan peluang baru.
2. Membaca Buku
Lebih sibuk mana, sih antara pandemi atau sebelum pandemi? Kayaknya, sih lebih sibuk sebelum pandemi, ya? Kita nggak harus menyiapkan bekal untuk anak sekolah, setrika baju aja jarang karena kita pun jarang pergi keluar rumah, dan sekilas lebih banyak santai pokoknya. Tapi, ternyata setelah dijalani kayaknya nggak sesederhana itu.
Saat pandemi, karena semua di rumah aja, akhirnya kita jadi sibuk di dapur mulu menyiapkan sarapan, makan siang, hingga makan malam. Waktu kayaknya cepet banget berlalu, padahal baru ngapain aja seharian?
Demi menjaga kewarasan, saya rutin membaca buku terutama motivasi setiap hari. Nggak harus berlembar-lembar, cukup beberapa halaman aja asal dikerjakan dengan santai banget. Hasilnya? Seperti sedang memompa semangat buat diri sendiri.
Buku-buku banyak banget dibeli, tapi belum sempat kebaca seluruhnya. Saatnyalah kita tuntaskan *sambil nunjuk diri sendiri…huhuhu.
3. Membersihkan Rumah dari Sudut ke Sudut
Nggak banget, sih idenya? Nggak ada kerjaan lain yang lebih menghiburkah? Kwkwk. Karena bakalan di rumah selama berbulan-bulan bahkan kita sudah melewatinya hampir setahun, akhirnya rumah menjadi tempat istirahat sekaligus nyari hiburan. Karena nggak mungkin ke mana-mana, mau nggak mau kita harus membuat rumah tempat tinggal mejadi hunian paling nyaman.
Mumpung lagi di rumah, nggak ada salahnya kita menata ulang ruangan atau membersihkan sudut rumah yang kotor dan perlu ditata lagi. Biar lebih nyaman dipandang dan ditempati. Saya tipe orang yang senang kalau lihat rumah bersih dan rapi walaupun nggak harus sesempurna itu. Tapi, kayak jadi hiburan banget kalau rumah bersih :D
4. Menulislah!
Tulislah apa yang bisa kita tulis. Karena itu bisa membantu mengurangi stres juga. Nggak usah nulis yang berat-berat, tulislah sebelum tidur tentang hal-hal yang paling kamu syukuri atau tentang impian yang belum terwujud.
Iya, jadi kita rutinkan menulis hal-hal positif bahkan mentor saya menyalin sebuah buku motivasi dengan tulisan tangan untuk disimpan (bukan dikomersilkan). Biarin dibilang kayak ABG lagi karena nulis diary kayak gini asal tidak menulis aib teman aja…kwkwk.
5. Istirahat
Iya, beneran istirahat. Bukan hanya tidur yang cukup, tapi juga beranjak sejenak dari bisingnya media sosial. Kadang, kita capek kalau terus menerus mengikuti yang kayak gitu. Butuh istirahat yang benar-benar istirahat. Merem yang benar-benar nyenyak dan nggak peduliin notifikasi dulu apalagi kalau kurang penting.
Biar hilang lelah kita dan setelahnya kita bisa kembali lagi dengan kondisi hati dan perasaan yang jauh lebih fresh dan bersemangat tentunya.
Meskipun pandemi sudah berlangsung begitu lama, tapi pada akhirnya kita bisa melalui itu dengan perasaan lebih baik dari hari ke hari. Meskipun banyak sekali yang terdampak dan saya yakin itu nggak mudah, tapi percayalah Allah akan gantikan kemuraman itu dengan bahagia yang lebih lega di hari mendatang. Aamiin.
Bukan kondisi baik yang mesti kita punya. Boleh jadi kita termasuk yang mengalami kesulitan saat pandemi. Maka, buatlah kondisi yang kurang menyenangkan itu menjadi lebih baik dengan tidak melulu mengeluhkannya dan perbanyak bersyukur. Karena dengan mengeluh apalagi mencaci keadaan, kondisi yang diharapkan tak mudah juga berbalik ke arah kita.
Iya, ini sulit. Tapi, Allah akan kuatkan. Yuk, bismillah. Insya Allah kita bisa lalui semua ini dengan baik.
Salam hangat,
Subscribe to:
Posts (Atom)