Awalnya, saya sempat berpikir bahwa berkebun ala hidroponik ini cukup repot, mahal, dan tentu saja susah. Tapi, setelah mencobanya sendiri, kayaknya nggak sesulit yang dibayangkan. Bahkan dibanding saya berkebun pakai tanah di dalam pot, hasilnya sering nggak maksimal dan nggak pernah bisa panen. Paling ngeselin hamanya itu. Sayuran udah tinggi lebat, ada aja hamanya. Akhirnya nggak bisa dipanen. Atau, itu sayuran nggak berkembang alias kecil terus...hehe. Subhanallah, nguji kesabaran banget ya kamu, Sayur! :D
Ada beberapa catatan penting yang bisa saya share pada teman-teman yang berniat mau berkebun ala hidroponik,
Semai Benih Jangan di Tempat Gelap atau Tertutup
Jadi, sebelum saya nyoba menanam sayuran ala hidroponik, saya sempatkan nonton beberapa video di Youtube. Katanya, ketika menyemai benih sebaiknya ditutup. Jangan kena sinar matahari dulu. Dari situ saya berpikir bahwa benih-benih yang saya semai sebaiknya tetap berada di tempat gelap sampai siap dipindah ke netpot dan diletakkan di pipa. Kali aja ada yang berpikir sepolos saya...hehe. Membiarkan benih yang sudah tumbuh ada di dalam rumah sampai tinggi, tapi warnanya putih nggak ada ijo-ijo daunnya sama sekali. Tahu nggak, itu benih yang tumbuh mirip toge :D
Akhirnya, pada percobaan berikutnya, saya semai benih-benih sayuran di teras rumah. Awalnya ditutup kertas supaya gelap. Esoknya ketika biji-bijinya mulai pecah, saya biarkan terbuka dan terkena cahaya matahari terutama pagi. Dan kelihatan banget bedanya. Dua sampai tiga hari sudah muncul daun kecil dan nggak tinggi kurus gitu batangnya. Tumbuh seimbang nggak kayak kekurangan gizi. Ya Allah, pengen ketawa sendiri melihat kepolosan diri ini...hihi.
Nggak Harus Pakai Pompa
Jadi, pas suami bikinin rak-rak berisi pipa yang siap dipakai untuk berkebun ala hidroponik, rencananya bakalan pakai pompa supaya airnya bisa muter. Awal-awal mindahin bayam, pompanya dibiarkan nggak nyala. Toh baru percobaan, bahkan saya sendiri saja nggak yakin itu bayam bakalan gendut dan subur. Pas dipindah kurus banget soalnya :D
Ternyata, meskipun tanpa pompa menyala, hasilnya tetap maksimal, kok. Alhamdulillah, atas izin Allah, itu bayam subur banget, masya Allah.
Saya juga coba membuat di gelas air mineral yang disusun dan menggunakan media tanam tanah bukan rockwool. Hasilnya juga lumayan subur dan gendut-gendut.
Nggak usah repot-repot menyiapkan pompa kalau hanya berkebun sekadarnya seperti saya. Kalau hanya buat suka-suka dan menyenangkan hati, manfaatkan saja barang yang ada. Insya Allah hasilnya tetap maksimal, kok.
Perhatikan Tempat Air Nutrisi
Ini yang nggak kalah penting, ya. Soalnya banyak orang yang menanam dengan wadah dari botol bekas. Misal botol bekas air mineral, botol bekas minyak goreng, atau sejenisnya. Karena wadah yang dipakai transparan, ketika kena matahari bakalan gampang banget berlumut. Nah, kalau ada lumut, kita mesti rajin membersihkan karena bisa menghambat perkembangan si sayuran sendiri.
Solusinya, sebaiknya cat botol tempat air nutrisinya atau kalau saya pakai lakban biar gampang...hehe. Ketahuan banget malesnya, ya :D
Dengan begitu, botolnya jadi bersih dan nggak gampang lumutan. Menghemat energi juga supaya nggak terlalu sering membersihkan.
Harus Pakai Air Nutrisi?
Salah satu bagian penting dari hidroponik adalah air nutrisi yang digunakan untuk menanam sayuran. Emang nggak bisa pakai air biasa? Emang itu ada pupuknya? Pupuknya ditaruh di air aja atau disemprotkan ke sayurannya juga?
Kalau kita pakai air biasa, hasilnya nggak akan sebagus ketika menggunakan air nutrisi. Air nutrisi berupa AB mix ini bisa kita dapatkan di toko online. Harganya lumayan terjangkau dan digunakan hanya sedikit untuk campuran air nutrisinya nanti.
Jadi, dalam satu kemasan AB mix ini ada dua jenis pupuk. Kita bisa membeli jenis bubuk dan mencampurnya sendiri dengan air atau bisa beli yang cair. Nantinya, setiap 1 liter air bisa kita tambahkan 5 ml nutrisi A dan 5 ml nutrisi B. Ini sesuai takaran dalam kemasan yang saya pakai.
Sebenarnya, semakin besar usia sayuran, semakin tinggi kadar ppm pada air nutrisi yang diberikan. Masalahnya, ini agak ribet dan rempong kalau harus ngukur-ngukur airnya. Padahal saya sudah punya TDS, tapi nggak kepake juga dari kemarin.
Saya tetap pakai takaran dalam kemasan saja. Dan hasilnya tetap oke, kok. TDS jadi nggak terlalu penting, sama seperti pompa tadi, ya.
Awas Jentik Nyamuk!
Jadi, kemarin sempat ada jentik nyamuk di dalam air nutrisi. Kaget banget. Kirain nyamuk nggak bisa bertelur di air nutrisi karena ada pupuknya *polosnya daku :D
Jadi, setengah harian saya menguras semua pipa dan menggantinya dengan air nutrisi yang baru. Celah-celah kecil pada lubang netpot benear-benar harus ditutup apalagi pompa saya nggak nyala. Air jadi nggak berputar. Pastikan banget hidroponik kita bersih dari jentik. Jangan sampai jadi sumber penyakit, ya.
Cukup Mendapat Sinar Matahari
Dari sharing teman-teman, saya tahu bahwa kebutuhan sinar matahari untuk hidroponik ini begitu penting. Kalau kurang sinar matahari, tanaman bakalan layu dan lunglai gitu. Nggak sehat.
Jadi, saya usahakan betul rak hidroponik kena cahaya matahari terutama di pagi hari. Sampai saya letakkan dekat pagar rumah, karena di sinilah posisi paling pas supaya tanaman saya kena sinar matahari dengan maksimal.
Kalau kena hujan gimana? Qadarallah teras saya sudah tertutup bagian atasnya. Jadi nggak kena tampias air hujan kalau musim hujan. Jika hidroponik kena air hujan, kita mesti perhatikan air nutrisinya yang sudah berubah.
Semakin Besar Umur Tanaman, Semakin Banyak Menyerap Nutrisi
Kalau kata suami, semakin gendut ya semakin banyak minumnya *ngeledek banget, kan? Hehe.
Tapi, memang benar. Tadi, waktu saya cek, ternyata air nutrisi untuk bayam yang siap panen udah habis. Padahal, yang lainnya masih banyak. Artinya, kita mesti perhatikan betul air nutrisi bagi sayuran yang sudah tumbuh subur dan besar. Jangan sampai telat karena akhirnya jadi layu.
Nyoba Pakai Toples Selai, Bisa Nggak, ya?
Tadi, saya iseng menanam pakai toples selai. Karena kemarin suami sempat beli netpot lagi dalam jumlah banyak, akhirnya nyari tempat yang cocok buat menanam, tapi pengen yang mungil, kalau bisa cantik ketika diletakkan di meja atau di tempat lain.
Pilihannya jatuh ke toples selai...hehe. Ternyata netpot bisa masuk sempurna ke dalam toples selai ini. Tapi, karena wadahnya bening, kita mesti hati-hati supaya airnya nggak naik suhunya ketika kena panas dan gimana caranya biar nggak gampang berlumut. Saya buat lingkaran seperti pipa paralon dari kardus bekas yang nantinya bakalan saya pakai untuk menutup atau membungkus si toples ini. Biar nggak kena sinar matahari langsung. Hasilnya? Kita lihat beberapa minggu ke depan ya :D
Tadi saya tanam selada. Kebayang kalau sampai lebat betapa lucunya ini. Bisa dipindah ke meja buat pajangan juga. Ngehalu dulu, yaaa...hehe.
Yeay! Akhirnya Panen!
Alhamdulillah banget. Sore ini akhirnya panen juga setelah sekian lama menimbang dan memikirkan. Soalnya udah lebat malah sayang kalau dipanen. Soalnya, udah cantik masa mau dimasak? Hehe.
Tapi, waktu lihat beberapa daun mulai kering bagian tepinya karena umurnya udah lumayan, kok sayang juga ya kalau nanti nggak bisa dimakan dan kebuang? Akhirnya dipanen juga sore tadi :D
Lihat hasilnya, segendut ini bayam hasil hidroponik saya dong. Masya Allah tabarakallah. Senang dan happy banget bisa metik sayuran sendiri di halaman setelah penantian panjang *kayak nungguin jodoh aja...hehe.
Hari ini baru panen bayam, sayuran lainnya belum cukup besar karena umurnya memang nggak sama. Next saya akan sharing lagi untuk panen berikutnya. Ada selada, pokcoy, dan kangkung. Kalau seledri nggak subur-subur, nih. Masih mau dipelajari lagi karena bayam sudah panen, seledri masih mungil banget :D
Semoga postingan ini berguna ya buat teman-teman yang mau mencoba. Jangan patah semangat, kita coba terus sampai berhasil panen *kompor banget...hehe.
Salam hangat,
wah begitu ya, aku baru nyoab dan gagal total, jd bisa gak pakai pompa ya
ReplyDeleteKami juga lebih senang bertanam sistem.hidroponik nik.. hasilnya baguus..hehe..
ReplyDelete