BTW, kamu ngikutin nggak, sih perkembangan covid-19 di Indonesia? Di rumah kebetulan jarang banget nyalain televisi. Sedangkan saya pribadi agak kurang semangat baca-baca informasi yang berseliweran di sosial media, terutama info yang sering di-share di Whatsapp. Why? Karena kebanyakan hoax dan jujur malah bikin kita tambah parno dan khawatir berlebihan.
Saya pribadi sejak awal nggak menganggap remeh virus satu ini. Apalagi melihat perkembangannya semakin melesat aja di negeri kita. Tapi, kebanyakan menyerap informasi nggak jelas bikin kesehatan mental kita juga ikut terganggu. Kadang, ada orang yang senang share informasi bahkan sebelum dia tuntas membacanya *jangan tanya apakah dia tahu itu berita bener atau nggak.
Nah, informasi seperti ini sebenarnya agak kurang berguna juga, menumpuk di dalam grup dan akhirnya malah membuat informasi penting jadi nggak kebaca. Informasi yang benar juga jadi ikutan kelelep gitu, lho. Lebih parah bikin kita jadi parno. Tanpa informasi semacam itu aja, kita bersin aja takut, kan sekarang? Ngaku, deh kamu...haha.
Kemarin eyang bersin-bersin sampai sampai 3 kali. Kita panik dan buru-buru nanya.
“Eyang flu?”
“Nggak, kok. Abis nuang bon cabe.”
Duh eyang...hihi.
Duh, segitu paniknya kita, sampai hal-hal kecil yang biasa kita anggap biasa sekarang menjadi begitu serius dan horor. Sedikit cerita itu dialami oleh teman saya...haha. Dan saya pun merasa sekhawatir itu kalau dengar suami bersin berkali-kali atau saya bersin mulu.
Covid-19 yang sekarang sedang dibicarakan banyak orang ini merupakan virus yang tingkat penularannya cukup tinggi. Gimana caranya supaya kita terhindar dari covid-19 selain tetap di rumah dan menjaga kebersihan? Beberapa orang menganjurkan kita supaya mengonsumsi vitamin, obat penambah daya tahan tubuh yang sekarang mungkin banyak diincar konsumen kesehatan. Tapi, apakah obat semacam itu benar-benar efektif meningkatkan sistem imunitas di dalam tubuh kita?
Benarkah Sudah Terbukti Dapat Meningkatkan Daya Tahan Tubuh?
Kok kemeruh, Mbak? Punya pabrik obat nggak, dokter bukan, kok ngomongin obat-obatan segala?
Kalau bicara tentang kesehatan, minimal konsumen kesehatan harus ngerti dikit-dikit. Karena yang belajar soal beginian nggak hanya dokter aja, kok. Minimal kamu tahu kapan anakmu harus rawat inap dan kapan kamu harus menolak dokter yang memaksa anakmu dirawat. Itu bekal penting banget, sih buat saya pribadi meskipun pada kasus tertentu bisa jadi saya menyerahkan seluruhnya kepada dokter.
Sama seperti soal obat-obatan. Sedikit-sedikit kita juga harus paham. Setelah periksa ke dokter, cek dulu obat-obatan apa yang memang diperlukan dan mana yang tidak sebelum kamu menebusnya. Bukan, ini bukan nasihat saya, ini nasihat dari beberapa dokter RUM (Rational use of medicine) di milis sehat kepada kami anggota milis sehat yang hampir semuanya merupakan orang tua. Yess! Orang tua yang awalnya suka panikan kalau anaknya demam dan sakit.
Meskipun disebut aman, seaman-amannya obat gitu, sudah pasti ada efek sampingnya. Apalagi kalau kita nggak bijak menggunakannya. Contoh mudahnya antibiotik. Di negeri kita, batpil aja dapat bekal antibiotik, lho. Kadang kita nggak bisa nyalahin dokter selamanya, karena pasiennya pun juga salah, sih. Suka banget nuntut obat kalau datang ke dokter. Padahal, ke sana bisa aja hanya konsultasi aja, kan?
Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Hermina Jatinegara pernah bilang ke saya, beliau bakalan ngasih obat tergantung sama pasiennya. Kalau pasiennya minta obat ini itu, beliau tinggal tulis tuh di resep. Tapi, kalau pasiennya bantu dokter supaya tetap RUM, insya Allah obat-obatannya pun akan sesuai sama kebutuhan. Jadi, salah siapa dong?
Kembali lagi soal obat penambah imunitas ini, apakah memang benar sudah terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh? Baik yang katanya berasal dari herbal atau tidak. Sebelum menulis ini, saya sempat gooling sebentar dan dapatlah satu informasi menarik dari salah satu website yang lumayan bisa dipercaya. Yups! Di Alodokter disebutkan manfaat salah satu obat penambah imunitas. Di sana disebutkan bahwa obat tersebut berasal dari ekstrak tumbuhan bla bla bla yang diduga efektif mengurangi gejala batpil dan diduga mampu memperkuat imun tubuh kita.
Nah, dari sini seharusnya kita paham bahwa obat-obat semacam ini sebenarnya memang belum terbukti bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Apakah dulu saya pernah pakai? Pernah, kok. Bahkan sempat konsultasi ke salah satu rumah sakit di Menteng dan dapat oleh-oleh obat ini dari spesialis alergi. Waktu itu anak-anak batpil ping pong sampai parah banget. Saya dan Mas konsultasi ke mana-mana, hingga akhirnya tes alergi di Rumah Sakit Hermina Jatinegara.
Awalnya, saya yang sudah hampir menyerah dengan kondisi anak-anak sempat mencoba segala cara, apa pun itu. Sampai diet ketat seperti yang disuruh salah satu dokter di Menteng. Dan memang sempat nyobain obat yang katanya bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Sampai akhirnya sadar juga semua cara itu nggak pernah berguna...kwkwk.
Dulu, di milis sehat sempat ada yang menyinggung soal obat ini dan pahamlah saya bahwa obat semacam ini memang nggak terbukti meningkatkan daya tahan tubuh kita. Kata dokter waktu itu, obat semacam ini selain nggak terbukti, juga kebanyakan hanya bisa dijumpai di negeri kita tercinta. Wow banget, kan?
Dan kemarin, ya, baru kemarin ketika di milis sehat sedang ramai pertanyaan soal covid-19, dokter Wati akhirnya menjawab juga dengan tegas bahwa obat semacam ini memang nggak terbukti bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Pinter-pinter orang jual obat aja. Begitu katanya...haha. Mak jleb banget, kan? Kwkwk.
Tingkatkan Daya Tahan Tubuh dengan Rajin Konsumsi Buah dan Sayur
Bukan karena saya pernah diet dan telah menerbitkan buku tentang diet sehat *Buku Simple Diet for Muslimah sudah bisa kamu dapatkan di Gramedia, yaa...kwkwk. Eits, tapi memang cara terbaik untuk meningkatkan daya tahan tubuh tak lain adalah dengan mengonsumsi buah dan sayuran beragam dan lebih banyak, ditambah sumber protein. Nasi ketemu sebulan sekali pun nggak masalah kata dokter Wati. Kuat nggak, nih pisah sama nasi? Hihi.
Belajar dari pengalaman sejak diet tahun lalu, jujur aja atas izin Allah, ketika saya menjaga makanan saya, konsumsi makanan sehat, imunitas memang jauh lebih bagus daripada sebelumnya yang dikit-dikit demam dan batpil.
Konsumsi apa saya waktu diet? Pagi minum jus, makan buah, siang makan berat, itu pun tanpa nasi (kalau kamu udah kurus, nggak perlu musuhan sama nasi...kwkwk), misalnya siang makan telur rebus, sayuran rebus atau lalapan, karbonya kadang kentang kukus atau singkong, malam sih menunya nggak jauh beda. Kebanyakan sayuran. Ngemilnya nggak berhenti, tapi hanya kurma sama kacang tanah...kwkwk. Pernah juga bikin granola sendiri. Simpel bangetlah diet saya waktu itu.
Selama hampir 6 bulan diet, atas izin Allah saya memang tidak pernah sakit yang mengharuskan minum obat. Misal agak pusing, siangan udah baikan sendiri. Misal mau flu, meriang suhu 37an, besoknya udah nggak masalah.
Jadi, memang benar, kok. Kalau kita jaga pola makan, kasih makan badan kita dengan benar, insya Allah dia bakalan sehat atas izin Allah. Jadi, bagi yang sekarang panik dan bingung soal covid-19, salah satu ikhtiar yang bisa kita coba adalah dengan mengonsumsi makanan sehat.
Kalau tubuh kita fit, kena covid-19 insya Allah nggak seberapa parah ngaruh sama kesehatan. Kemarin dokter Windhi di milis sehat juga bilang kalau infeksi covid-19 ini bisa berbeda bentuknya,
- Sehat
Tapi pembawa virus dan dia bisa menularkan pada orang lain.
- Sakit Ringan
Demam, batpil.
- Sakit Sedang
Disertai sesak dan dirawat dengan bantuan oksigen.
- Sakit Berat
Perlu masuk ICU, ancaman gagal napas dan kematian.
Semua kondisi di atas dapat menularkan kepada orang lain dan yang paling rentan mendapat situasi ‘sakit berat’ adalah manula. Karena itu, jangan egois mentang-mentang kita sehat dan baik-baik aja, hanya bersin-bersin doang, kemudian seenaknya keluar rumah. Ingat, kita punya risiko menularkan covid-19 ini ke orang lain kalau kita memang positif. Dan kalau nggak ada gejala sampai parah, kitanya kan, nggak akan tahu kalau sudah membawa virus tersebut.
Kata orang, orang Indonesia ini ‘merasa’ sakti. Dikasih libur malah pulang kampung, wisata, masih ngumpul-ngumpul di jalan sama temennya. Kenapa sih kita nggak mau tahu dan nggak mau peduli?
Saya tinggal di Jakarta, sudah seminggu ini nggak pernah keluar rumah kecuali ke warung sayur deket rumah buat belanja kebutuhan sehari-hari. Itu pun dua hari sekali aja. Meskipun pengen banget keluar sebentar, sekadar mampir ke supermarket misalnya, tetap itu nggak saya lakukan.
Sebisa mungkin selalu masak makanan sendiri di rumah. Anak sekolah di rumah. Kerjaan semakin menumpuk pokoknya. Tapi, hei, insya Allah kita bisa lewatin ini semua, yaa. Tetap di rumah demi membantu orang-orang yang sedang kepayahan memulihkan keadaan negeri kita, kota kita. Kalau kitanya bandel, mereka akan lebih kewalahan. Kalau kitanya nggak peduli dan mau benar sendiri, bisa-bisa kita juga yang celaka.
Please, apa susahnya menahan diri di saat seperti ini? Tanpa harus melihat berita di telivisi pun kita tahu bahwa kondisi sekarang benar-benar buruk. Shalat Jumat aja harus di rumah. Nggak kebayang beneran bakalan seperti sekarang situasinya. Kemarin kita lihat negara lain yang pontang panting, sekarang kita yang ngerasain. Subhanallah, ya. Semoga wabah ini bisa segera diatasi dan kita bisa puasa Ramadan dengan tenang, bisa tarawih di masjid, dan mudik ke kampung halaman.
Tetap di rumah, ya sampai kondisi membaik :)
Salam hangat,
Featured image: Photo by Polina Tankilevith on Pexels
untuk saat ini sudah semakin parah nih.. dah sampai 49 orang meninggal. wahh banget
ReplyDeleteSetuju banget, menjaga pola makan itu penting sekali
ReplyDeleteKalau saya sering minum jus jeruk
Makan sayur-sayuran juga banyak manfaatnya
Jangan mudah panik, sekarang jamannya gimana , emang kalau ada orang batuk saja, kanan kirinya pada lihat semuanya. kayak heboh gitulah.
Semoga saja, virus ini cepat berlalu, ini adalah ujian