Ah, Mbak Muyass bisa ngomong gitu karena nggak pernah ngalamin sendiri, kan?
Tunggu dulu, kayaknya hampir semua orang di dalam hidupnya selalu merasakan perasaan berbeda yang saling bersisian. Hari ini happy, besok nyesek. Termasuk juga saya. Tapi, beberapa bulan terakhir saya merasa perlu banget membenahi cara berpikir saya yang salah selama ini.
Contohnya dalam kasus di atas. Nggak harus kita benci sama masa lalu kita apalagi sampai menyalahkan takdir. Karena Allah yang mau kita menjalani hal semacam itu, terus kita mau apa? Menolak apalagi melawan akan membuat hati semakin sesak. Sedangkan penerimaan kita dalam setiap masalah, apalagi sama masa lalu yang udah lewat, akan membuat langkah kita jauh lebih ringan. Iya, berdamai aja.
Dan satu lagi, waktu memang benar-benar ampuh menghapus semua luka. Setahun lalu, kita nangis kalau inget seseorang, entah saking dzalimnya dia sama kita atau bisa jadi kita yang melakukan kesalahan sama orang lain. Hari ini, kita bisa lihat hal menyakitkan itu nggak terlalu perih lagi diingat. Bahkan jika mau memaafkan, kita bisa jauh lebih santai ketika mengingatnya lagi.
Tapi, buat melupakan apalagi santai memang susah, Bambang! Ya, nggak akan semudah itu tiba-tiba kita amnesia dari sakit hati yang baru kemarin. Tapi, percayakah kamu bahwa semua rasa sakit itu akan Allah gantikan dengan bahagia di hari yang lain? Asal kamu pastikan bukan kamu yang nyebelin sama orang, asal kamu pastikan juga bahwa kamu nggak jahat juga sama yang lain. Kalau memang kamu benar-benar sebaik itu, maka nggak perlu khawatir dengan rasa sakit yang tumpang tindih datang silih berganti. Allah ganti dengan yang lebih baik, insya Allah.
Melihat Masalah dari Sudut Pandang Berbeda
Yups! Kalau dulu gampang banget baper kalau disentil orang, mulai sekarang pikirkan sisi berbeda selain sakit hatinya. Misalnya saja, ketika saya sempat aktif menulis artikel dulu, kemudian merasakan fee yang nggak cair, bukan hanya dari satu platform saja, bahkan dua sekaligus, sebenarnya itu mengajarkan saya, “Jangan sampai kamu ngelakuin hal yang sama karena itu menyakitkan banget!”
Atau ketika ingin belajar menulis, beberapa penulis senior mungkin terlalu sibuk menanggapi pertanyaan saya atau bahkan saya belum nanya aja udah ogah duluan...kwkwk. Sampai di titik sekarang saya selalu ingat kejadian itu dan berpikir keras supaya tidak melakukan kesalahan yang sama pada orang lain.
Terasa sakit nggak kalau diingat? Kejadian setahun silam bisa saya senyumin, kejadian dua hari yang lalu masih ngilu. Nah, di sini memang benar-benar butuh proses, ya. Tapi, selama kita belajar untuk mencari hikmahnya, insya Allah nggak akan ada penyesalan berat atau terlalu sedih. Just do it!
Masalah yang Allah antarkan itu sebenarnya mengajarkan kita untuk lebih kuat, lebih sabar, lebih neriman sama takdir Allah. Jangan hanya memandang masalah dari sisi negatifnya saja, karena Allah kirimkan itu sebenarnya buat pengingat dan pembelajaran supaya kita hidup lebih baik lagi.
Maafkan, Lupakan
What? Nggak salah denger? Nggak gampang maafin orang yang udah nyakitin kita. Ini bencinya udah sampai ubun-ubun, lho. Kwkwk. Please, jangan nelen saya...haha. Saya paham banget ketika kita disakitin, alami banget setelah itu kita benci sama orang tersebut. Apalagi kamu udah di-PHP sekian lama. Tega banget, kan si ikhwan ini mendekati kamu, ngasih harapan, abis itu kabur aja tanpa permisi. Salah kamu di mana?
Tapi, dendam akan membuat beban hidup kita semakin berat. Nggak mudah memang memaafkan orang lain, tapi coba kita pakai lagi poin pertama tadi, lihatlah masalah dari sudut pandang berbeda. Jangan lihat negatifnya saja, tapi lihat sisi positifnya.
O, rupanya Allah sedang melindungi kamu dengan cara menyakitkan itu. Sebab ikhwan itu ternyata memang tak layak mendampingi kamu. Ada seseorang yang jauh lebih baik yang kemarin mungkin masih Allah sembunyikan hingga membuat kamu berpikir jelek terus sama Allah, kemudian dia muncul dan membahagiakan kamu. Sesempurna itu. Barulah kamu sadar bahwa Allah sayang banget sama kamu. Iya, kan?
Berterima kasihlah pada orang-orang yang membuatmu belajar untuk berpikir lebih dewasa lagi dari sebelumnya. Kemudian katakan pada diri kamu, kamu maafin orang-orang yang nyebelin itu...haha. Dan katakan pada Allah,
“Saya memaafkan dia. Seburuk apa pun sikapnya pada saya selama ini. Saya berharap Engkau memberikan kebaikan dan hidayah padanya.”
Tahukah setelahnya kamu merasakan apa? Lega! Beban kamu berkurang. Rasa sakitmu perlahan hilang. Ajaib banget, kan? Dan sebenarnya ini sudah saya lakukan. Insya Allah antigagal pokoknya *dikira bikin kue cubit antigagal? Kwkwk.
Ketawain Aja
Kalau disenyumin terlalu sederhana dan manis, ya udah, ketawain aja masa lalu kamu yang ngilu itu. Kalau kamu sudah melewati tahapan-tahapan dari mulai poin pertama hingga kedua, maka kamu akan berada di poin ketiga, dan benar kamu bisa menertawakan masa lalu itu, lho.
Dulu, kita nyesek nangis sehari semalam karena perlakuan buruk orang terhadap kita. Apalagi orang itu sudah kamu anggap orang tua, guru, dan sangat kamu hormati. Tiba-tiba dia nendang kamu, wajar dong kalau kesal dan sakit hati? Tapi, itu dulu, kok. Sekarang jangan mau terus menerus terkurung dalam rasa yang sama. Rugi saja hidup kita kalau terus menangisi hal serupa.
Padahal kamu bisa lihat sekarang, Allah ganti semuanya yang hilang dengan yang lebih baik. Hidup kamu semakin istimewa dan luar biasa. Hal-hal sepele di masa lalu tak usah kamu bawa-bawa. Tinggalkan saja, buang masa lalu pada tempatnya. Cukup ambil hikmah di balik masalah itu. Sederhana, ya?
Sekarang, saya bisa menertawakan dan lebih santai ketika mengingat yang sudah-sudah. Kadang juga lucu dan menggemaskan *sambil ngasah pisau...kwkwk, dan saya pikir lagi, nggak berguna juga dibawa terus rasa sakit itu. Apalagi jika mereka tidak berpengaruh terhadap masa depan kita, mereka hanya numpang lewat di dalam hidup kita. Lantas buat apa dipikirkan berat-berat?
Hari ini kamu menangis, besok kamu harus belajar tersenyum. Awalnya memang harus dipaksa, kemudian pelan-pelan kamu akan terbiasa. Lantas waktu akan memudarkan semua luka. Dan Allah selipkan hikmah di dalamnya, masya Allah, kan?
Semoga kamu bisa memaafkan masalah yang sudah-sudah, kalau dulu sering dibawa ngambek, sampai nangis guling-guling karena kesal dan sakit hati, mulai sekarang cukup dinikmati aja rasa sakitnya. Nangis manusiawi, tapi nggak perlu lama-lama. Karena kamu nggak nangis aja Ibu Kota udah banjir, apalagi ditambah air matamu itu. Sungguh mengerikan...*auto digetok royalti...haha.
Salam hangat,
Featured image: Photo by Oliur Rahman on Pexels
Ciehhh bijak banget sekarang tulisannya....
ReplyDeleteKok sekarang ngomongnya kaya youtuber-youtuber ya mbak? Gaes.. gaes.. aneh aja gitu, wkwkwkwk
Hidup itu dinikmati aja. Biarkan mengalir, jangan dipikir pusing. Kalo dapet cobaan hidup ya tinggal istirja' terus memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa. Bukan pasrah lo ya, tapi memasrahkan diri.
Saya juga gitu, sekarang hidup tak bikin santai. Gak mau terlalu ngoyo.
Kwkwk, perasaan udah lama deh nulis 'Gaes' gitu. Mau pakai apa kan bingung...haha.
ReplyDeleteIya, bener, Mbak...sakit hati buat numpang lewat aja yaa :D
ReplyDelete