Manajemen Waktu Bagi Seorang Penulis

Wednesday, December 18, 2019

Manajemen Waktu Bagi Seorang Penulis



Kemarin, sempat ada seseorang yang meminta saya untuk posting tema satu ini. Sebenarnya, saya juga nggak terlalu jago juga mengatur waktu, kadang bagus dan bener, kadang juga belepotan. Kadang rajin, kadang juga malas, sama seperti kalian. Jadi, hidup saya ini manusiawi bangetlah, nggak ada yang istimewa meski kadang sebagian orang bingung, kok, bisa menulis buku terus, update postingan blog juga lumayan rajin? Belum lagi masak, ambil foto, dll.

Kalian berlebihan...kwkwk. Saya juga manusia yang punya rasa capek, apalagi mengingat harus mengurus rumah dan segalanya sendiri. Seperti saat pulang dari Bandung kemarin, saya nggak memaksakan diri menulis atau update postingan di blog, padahal pengen banget, tapi saya sadar bahwa tubuh butuh istirahat. Maunya bangun dan lompat duduk depan laptop, namun saya urungkan.

Sudah kena minyak panas, badan lelah akibat macet di jalan, baru sampai rumah jam 10 malam. Apa yang saya mau tulis kecuali curhatan? Haha. Akhirnya benar-benar istirahat, apalagi besoknya saya masih ada kajian Bahasa Arab. Belum libur, Gaes.

Mungkin, kesalahan yang belum bisa saya benahi hingga sekarang adalah kurang mampu menulis di mana pun dan kapan pun. Saya itu belum bisa menulis di sembarang tempat, pakai ponsel, pakai buku tulis dan pulpen. Saya belum bisa seperti itu.

Saat menulis, saya harus duduk manis di kamar, di depan laptop, ini pun kalau bisa jangan pindah laptop atau notebook, karena pernah kejadian laptop lama rusak, saya nggak lancar menulis pakai notebook. Memalukan bangetlah pokoknya...kwkwk.

Andai saya bisa menulis di mana pun dan kapan pun, pasti waktu bisa lebih dimaksimalkan buat menulis. So, ketika saya pergi naik kereta atau main ke mana, saya lebih nyaman bawa buku bacaan karena bisa baca di mana pun ketimbang menulis di mana pun.

Sampai di sini, kalian masih mau membaca time management saya? Haha. Marilah kita bahas sesuai keseharian saya yang kadang lompat-lompat nggak karuan :D

Menentukan Skala Prioritas


Seperti biasa, terutama seorang pemula, rasanya ada banyak hal ingin dituliskan, namun kenyataannya nggak satu pun mampu diselesaikan secara tuntas. Why? Karena kamu nggak pernah fokus. Belum selesai satu target, kamu sudah pindah dan membuat target baru. Belum selesai satu naskah, kamu ingin mengubah jalan ceritanya. Pada akhirnya, tidak satu pun naskah atau target kamu selesaikan dengan baik.

Gaes, ada baiknya kamu memperhitungkan mana yang menjadi prioritasmu. Misal saya pribadi, saat santai, saya lebih memilih mengisi blog. Menulis di blog buat saya adalah hiburan yang sangat berarti. Sangat menyenangkan. Tapi, saat saya sedang menyelesaikan naskah buku, saya kesampingkan mengisi blog, nggak akan memaksakan menulis rutin karena prioritas pertama saya adalah naskah buku.

Menulis buku juga nggak bisa ambil serakah dan semaunya. Walaupun kelihatannya kita bisa menyelesaikan banyak sekaligus, namun lebih baik perhitungkan secara profesional. Karena nggak mungkin kita berkutat dengan naskah terus sepanjang hari. Ada saatnya kita bosan dan eneg, kemudian ingin istirahat. Kalau target kita terlalu banyak, bagaimana kita bisa mengambil jeda?

So, manusiawi sajalah kalau mengambil target menulis. Penting kita selesaikan secara profesional, jangan suka mengulur waktu apalagi jika sudah berjanji pada penerbit. Jangan juga menunda pekerjaan dan meremehkan. Karena kita nggak akan tahu, sehari atau dua hari ke depan bisa tetap sehat atau sakit? Masih selonggar sekarang atau sibuk?

Manfaatkan waktu dan peluang yang ada semaksimal mungkin.

Punya Waktu Khusus Untuk Menulis


Kamu sibuk, saya pun sibuk. Kita punya pekerjaan lain selain menulis. Saya, seorang Ibu Rumah Tangga tanpa ART. Segala pekerjaan rumah saya selesaikan sendiri. Bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak yang berangkat mulai jam 6 pagi. Menyiapkan bekal serta jus. Betapa riwehnya kegiatan saya di pagi hari...kwkwk.

Selain itu, saya harus memasak untuk makan malam, mencuci, membersihkan rumah, membereskan yang berserakan, setrika, dan tiba-tiba waktu sudah beranjak siang. Nggak terasa banget. Jadi, ketika kita berniat ingin menulis atau menjadi penulis, kita harus punya waktu khusus. Entah siang, sore, malam, tengah malam, atau di pagi buta. Kamu bisa pilih kapan waktu paling nyaman dan fleksibel.

Kalau kamu nggak bisa begadang, mending tidur lebih cepat dan bangunlah lebih awal. Saya pribadi juga memiliki waktu khusus untuk menulis, misalnya di siang hari saat si bungsu tidur siang, atau di malam hari jika anak-anak tidur tidak terlalu malam, bisa juga di pagi hari sebelum semua bangun.

Kita nggak bisa menunggu waktu luang karena memang kita selalu sibuk sepanjang hari. Bahkan waktu 24 jam rasanya terasa kurang dan kurang. Ingin punya waktu panjang untuk menulis, hanya saja waktu kita selalu sama, pintar-pintar kita saja memanfaatkannya.

Konsisten Menulis dan Disiplin Mematuhi Jadwal yang Telah Dibuat


Sebelumnya, saya pernah menulis tentang target naskah yang mesti dibuat supaya selesai tepat waktu. Kamu bisa baca di sini. Buat saya pribadi, wajib banget membuat jadwal serta target supaya naskah kita selesai dan nggak terbengkalai.

Kalau kamu sanggup selesaikan naskah dalam sebulan, maka selesaikan tepat waktu. Andai kamu nggak mampu, kamu bisa selesaikan dalam dua bulan, misalnya. Semua bisa terjadi asal kamu disiplin dan konsisten.

Saya melihat, kebanyakan dari kita susah menyelesaikan target karena sejak awal sudah salah menentukan ketebalan naskah dan kemampuan sendiri. Kita juga sering nggak disiplin dengan jadwal yang dibuat. Suka malas di tengah-tengah gitulah.

Gaes, percayalah, ketika kita menyelesaikan naskah dalam waktu yang lumayan cepat, kita bakalan terhindar dari rasa malas. Hal serupa saya baca juga di dalam buku Super Writer karya Ahmad Rifa’i Rif”an. Jadi, kalau kebanyakan istirahat, ditunda, ujung-ujungnya nggak pernah selesai dan yang ada malasnya bertambah-tambah.

Supaya kita bisa menyelesaikan naskah dengan cepat, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyakan referensi dan jangan ambil job terlalu banyak. Itu penting banget!

Alasan Kuat Untuk Tetap Menulis


Kalau kamu nggak punya motivasi kuat untuk menulis, ujung-ujungnya malah angot-angotan. Sekarang semangat, besok malas. Sekarang menulis, besok rehat. Kemudian lebih banyak rehatnya.

Memang benar, menulis itu perjuangan berat. Bahkan bagi penulis yang telah menulis puluhan buku, tetap saja menulis adalah perjuangan. Perjuangan menaklukkan rasa malas, bosan, dan banyak hal yang terjadi saat kita memutuskan menyelesaikan naskah atau memilih rutin ngisi blog. Ada saja rintangannya.

Karenanya, seperti sekarang bisa dilihat, memang lebih banyak pembaca ketimbang penulisnya. Karena tidak semua orang mampu menjadi penulis. Motivasi kuat harus lahir dari dalam diri sendiri, karena menjadi percuma kalau kita mengandalkan orang lain terus menerus, sedangkan semangat kita melempem mulu, Gaes, mirip rengginang kehujanan semalaman...kwkwk.

So, apa motivasi terbesar kamu saat menulis?

Ikut Kelas Menulis


Kalau kamu lihat di sini, sampai detik ini, saya masih aktif ikut kelas menulis terutama online. Dan nggak pernah merasa rugi mengeluarkan uang ratusan hingga jutaan atau memilih kelas free. Sebab ilmu itu nantinya bakalan kita pakai seumur hidup.

Bulan Desember ini, saya memutuskan ikut kelas menulis bersama KMO dan Ahmad Rifa’i Rif’an. Tujuannya apa? Selain ingin menyerap ilmunya, saya juga ingin memotivasi diri lagi supaya lebih semangat menulis. Ada saatnya saya merasa udahan, capek, bosan, pengen berhenti, dan semacamnya. Maka saya merasa perlu masuk kelas menulis lagi biar semangat kembali diisi.

Kalau kita nggak pintar-pintar mengurus hati supaya tetap semangat, maka mustahil kita bisa bertahan sampai nanti dan nanti meski kita punya satu alasan, yakni begitu cinta dan suka menulis. Saya rasa, semua itu bakalan layu jika tidak pernah diurus, tidak pernah dirawat.

Nggak masalah kamu istirahat saat merasa bosan dan lelah, tapi jujur saja, ketika saya terlalu lama istirahat, saya justru jadi pemalas. Kemudian sulit sekali memulai lagi. Karenanya, saya harus pandai-pandai mengatur waktu, kapan saya harus istirahat, kapan saya harus tetap menulis buku dan ngisi blog.

Pada akhirnya, kitalah yang paling tahu bagaimana mengatur waktu sehari-hari. Nggak bisa juga selalu melihat orang lain, sebab kesibukan kita berbeda. Hanya saja, seharusnya kita merasa malu dengan mereka yang lebih sibuk, namun tetap produktif. Apakah kita tidak punya waktu yang sama atau hanya karena kita terlalu teledor saja mengatur waktu sehingga tidak ada waktu untuk menulis?

Waktu kita selalu sama. Cara mengatur dan menggunakannya saja yang berbeda. Jika mereka bisa produktif, maka insya Allah kita pun mampu melakukan hal yang sama.

Salam hangat,

Featured image: Photo by Tran on Pexels

 

Comments

  1. Bener banget ni Mba semangat kadang kurang fokus kemana-mana jadi manajemen waktu emang perlu banget..

    ReplyDelete
  2. Iya, Mbak...betul sekali :)

    ReplyDelete
  3. Waktu kita sama 24 jam cuma bagaimana memanage waktu plus pikiran plus badan agar tetap bisa menulis. Kalau saya tulisan numpuk sampe lupa pernah nulis judulnya apa eh gak ke posting hahaha....

    ReplyDelete
  4. Benar, Mbak..haha. Bisa begitu ya :D

    ReplyDelete
  5. Bener banget mba. Aku udah lama berkutat dengan konsistensi menulis, dan posting ini jadi pencerahanku, ehehehe.
    Sayangnya, kesalahan utamaku adalah terlalu mudah dan kurang perhitungan dalam ambil job. Jadinya malah ga fokus, hiks. Semoga tahun depan bisa lebih baik!

    ReplyDelete
  6. Aamiin..semoga tahun depan bisa lebih baik :)

    ReplyDelete