Kalau saya yang ngasih tips, pasti udah biasa. Iyess, biasa dianggurin...kwkwk. Nah, bagaimana kalau yang ngasih tips menulis adalah penulis novel-novel best seller seperti bang Tere Liye? Sudah kenal dong dengan penulis satu ini? Atau jangan-jangan masih ada yang menyangka kalau bang Tere Liye ini seorang perempuan saking nggak pengen eksisnya beliau sampai-sampai banyak orang salah paham...hihi.
Bang Tere Liye (saya panggil begitu supaya lebih sopan, Guys. Jangan panggil sekadar nama pada orang yang lebih tua*uhuk) ini adalah sosok penulis yang sangat sederhana, ketika kebanyakan penulis sekelas beliau senang tampil terbuka di depan umum, memperkenalkan dirinya, siapa mereka dan sebagainya, beliau justru nggak tertarik dengan yang begitu-begitu. Beliau nggak suka berfoto bareng. Aneh? Sedikit. Tapi, seperti itulah beliau yang saya pahami dari kalimat-kalimat beliau dalam beberapa video yang saya lihat di Youtube.
Kadang, jadi terkenal dan banyak dipuja puji memang menjadi sesuatu yang menarik bagi sebagian orang, tapi karena niatnya memang menulis, maka keinginan seperti itu pun akhirnya surut dan berlalu pada sebagian yang lain. Hmm, tapi, zaman sekarang, menjadi penulis beken bukan hanya karena jago menulisnya, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh jumlah followers juga. Asal dianggap bisa laku di pasaran, bisa nggak bisa bakalan disulap jadi bisa menulis buku. Pernah berpendapat serupa?
Persamaan dari beberapa pendapat bang Tere Liye dengan pendapat saya adalah tentang seorang penulis yang mustahil menjadi hebat hanya dalam waktu semalam alias instan. Penulis yang hebat tidak lahir dalam sekejap, ia melalui banyak proses panjang. Dipuji, dicaci, diterima, ditolak, bahkan ditikam dari belakang *horor...kwkwk. Banyak proses panjang yang mesti dijalani dengan sabar oleh seorang penulis yang kelak menjadikannya sebagai penulis luar biasa. Bahkan kalimat sederhananya bisa menjadi begitu istimewa. Ya, semua itu menurut bang Tere Liye nggak ada rumusnya selain terus menulis selama bertahun-tahun bahkan kalau bisa hingga puluhan tahun.
Lantas, apa saja tips menjadi penulis hebat ala bang Tere Liye yang novel-novelnya bisa membuat hati kita meleleh?
Penulis Hebat Tidak Lahir dalam Semalam
Iyess! Jika kamu berpikir bahwa menjadi penulis bisa dilakukan dalam semalam, menjadi hebat bisa dikerjakan dalam sekejap, mungkin mulai sekarang kamu perlu membasuh wajahmu dan bercerminlah, katakan bahwa itu mustahil terjadi!
Jika kita mau menjadi penulis, maka menulislah setiap hari. Mulailah dengan niat kuat karena kebanyakan calon penulis yang saya kenal sekarang terlalu banyak beralasan *abis ini dibully penulis sekampung...kwkwk. Seperti yang kemarin terjadi saat saya membuka kesempatan belajar bareng menulis buku dalam sebulan. Bisa dibayangkan karena sifatnya free, yang ngisi list banyak banget, Guys. Sampai-sampai saya puyeng juga memindahkan data mereka ke Facebook. Tapi, beberapa hari berlalu, sebagian memang dengan baik hati berpamitan sambil menjelaskan berbagai macam alasan, sebagian besar lainnya nggak muncul juga bahkan meski sekali saja untuk setor laporan. Terus, karepmu piye?
Sadarlah saya, inilah risiko kelas free. Banyak yang menganggap nggak terlalu penting karena memang mereka tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Tapi, seharusnya mereka mengerti bahwa kami tidak berpangku tangan saat membuka kelas ini. Saya pernah katakan ketika ada yang bertanya, "Syaratnya apa, ya, Kak saat mau ikutan Sebulan Menulis Buku?" Saya katakan cukup dengan niat. Iya, karena saya sangat berharap mereka yang ikut benar-benar serius. Kalau memang terbentur banyak kesibukan dan merasa mustahil menyelesaikan bahkan sampai bikin hidup kamu nggak bahagia, kenapa mendaftarkan diri? *emak-emak emosi...kwkwk.
Itu adalah salah satu alasan kenapa saya bisa mengatakan bahwa banyak sekali calon penulis bahkan penulis yang terlalu banyak beralasan. Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman yang serius dengan janjinya ketika mereka mendaftarkan diri. Bagaimanapun sejak awal meski tidak berbayar, tetapi sejatinya kalian telah berjanji akan menyelesaikan tantangan ini minimal usaha dulu. Karena di awal saya telah menyebutkan beberapa syarat berkaitan dengan komitmen dan disiplin mengerjakan targetnya.
Melihat fenomena alam semacam ini, saya pun mulai berpikir seribu kali untuk membuka Sebulan Menulis Buku atau SMB yang kedua bulan depan. Mungkin saya harus ambil jeda dan menenangkan diri saja di kutub utara...kwkwk.
Menulis dengan Rutin
Tips paling berat dari bang Tere Liye adalah menulis minimal 1000 kata per hari selama 180 hari. Jika sehari saja kita lalai entah karena lupa atau ketiduran dan sebagainya, bang Tere meminta kita memulai lagi dari awal. Menurut beliau, setelah 180 hari, kita bisa menjadi sehebat beliau atau minimal bisa menerbitkan buku. Simpel banget, ya? Tapi, masa iya kita sanggup? Kwkwk. Pesimis duluan membayangkannya. ODOP atau One Day One Post saja sudah klenger di tengah jalan, apalagi ini...hiks.
Eits, tapi, jangan dengarkan kalimat saya barusan. Jika kita memang benar-benar berniat menjadi penulis hebat, dengarkan anjuran tersebut dan buktikan sendiri di hari ke-180! Meski berat, setidaknya kita mau berusaha dan jangan mudah menyerah pada keadaan. Menulis saat sakit memang nggak nyaman, menulis saat rempong mengurus yang lain memang berat banget, tetapi saya melihat masih banyak yang tetap menjaga janji pada dirinya untuk tetap menulis, kok, meski dalam keadaan yang tidak memungkinkan sekalipun. Dan itulah ujian yang sebenarnya!
Penulis yang Baik Punya Sudut Pandang Berbeda
Tema-tema seragam pastilah banyak di pasaran. Satu tema bisa diangkat oleh beberapa penulis sekaligus, tapi, Guys, penulis yang baik pasti punya sudut pandang sendiri yang membuatnya istimewa dan berbeda. Kita mesti pintar-pintar mencarinya.
Bang Tere Liye sempat memberikan contoh menarik, semisal ada banyak penulis menulis tentang kata ‘hitam’. Sebagian besar menuliskan ‘hitam’ sebagai warna hitam. Sedangkan ada sedikit yang menuliskannya menjadi berbeda selain daripada itu. Maka yang berbeda serta jumlahnya sedikit itulah yang paling baik di antara yang lain karena punya sudut pandang berbeda.
Apakah kita bisa? Insya Allah siapa pun bisa asal terus berlatih dan banyak membaca, ya!
Belajar dari Karya Penulis Sebelum Kita
Bagaimanapun, kita harus rajin membaca karya-karya penulis sebelum kita karena dari karya merekalah kita lahir. Menulis tanpa membaca memang terdengar sangat hambar. Artinya, kita akan sangat sulit menyelesaikan tulisan jika selama ini kita hanya menulis tanpa membaca. Kita bakal kehabisan bahan dan ide.
Sedangkan para penulis yang banyak membaca akan terlihat kaya sekali bahasanya. Bahkan idenya sangat menarik yang bagi sebagian orang nggak pernah terpikirkan.
Kira-kira itulah beberapa tips dari bang Tere Liye yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat dan jangan lupa bahagia, Guys :)
Salam,
Saya dulu pernah punya keinginan menjadi penulis. Tapi sulit, nyoba nulis naskah, tapi ditolak penerbit mulu. Nyoba self publish, tapi nga da yang beli. Akhirnya memilih untuk memupuskan keinginan, namun tidak berhenti menulis :D
ReplyDeleteNoted mba, makasih udah berbagi
ReplyDeleteHihi, sekarang pun masih tetap menulis berarti bukan kabar buruklah ya :D
ReplyDeleteSukses selalu, semoga suatu hari bisa terwujud impiannya...aamiin
Tere Liye ini sedikit publikasinya. Justru karyanya yang menderas. Ini menarik karena beliau ini bisa menulis berbagai genre dan mengambil sudut yang nggak biasa.
ReplyDeleteIya, Mbak. Bener banget. Makannya beliau selalu bilang, penulis yang bagus selalu mempunyai sudut pandang berbeda..
ReplyDeleteiya mba ...klau mba sendiri bagaimana ? apakah mampu untuk menulis 1000 kata perhari selama 180 hari ? heheeh
ReplyDeleteSaya belum pernah coba menantang diri dan menghitung sampai 180 hari. Selama ini hanya menulis sesuai target yang saya buat, Alhamdulillah tepat waktu.
ReplyDelete