Dulu saya pun seperti itu, kok. Tenang, kamu nggak sendirian karena saya bisa menemani pengalaman pahitmu itu. Tapi, kalau inget masa-masa seperti itu, melelahkan. Kenapa nggak saya coba lebih serius aja supaya keinginan terwujud? Akhirnya, kembali lagi kepada kekuatan kita melawan hawa nafsu. Makan banyak itu, kan nafsu. Kita sering nggak tahan karena nggak kuat melawan. Supaya bisa, bagaimana caranya? Sering puasa sunah biar kamu terbiasa menahan lapar dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Ah, malas puasa sunah mulu! Berarti keinginan kamu baru setengah-setengah.
Nggak Makan Nasi Sama dengan Belum Makan
Iyap! Kebiasaan orang Indonesia seperti ini. Kalau belum makan nasi sama aja belum makan. Padahal, meski tanpa nasi, kita nggak bakal mati kelaparan, kok. Makan bahan makanan lain sama mengenyangkan. Dan nggak harus komplit berupa nasi dan lauk.
Awalnya, saya juga merasakan hal yang sama. Kalau nggak makan nasi, kita nggak bakalan kenyang. Setiap hari harus makan nasi karena punya penyakit lambung dan sebagainya. Tapi, setelah ditinggalkan, justru saya merasa jauh lebih baik. Penyakit lambung juga nggak kambuh, Masya Allah. Atas izin Allah, saya merasa jauh lebih nyaman dengan meninggalkan nasi.
Sehari-hari, saya minum jus di pagi hari. Ditambah air putih dan beberapa butir kurma kalau masih lapar. Siangnya, barulah saya makan berat dengan mengonsumsi banyak sayuran, karbohidarat seperti singkong, nasi jagung murni, dan protein. Saya memang nggak membatasi diri soal menu. Semua saya makan asal diolah dengan benar. Sesekali makan yang dilarang pun pernah. Tapi, nggak jadi keseharian juga.
Cari Pengganti Nasi Putih Selain Beras Merah
Sudah pernah makan nasi merah? Kira-kira rasanya enak atau nggak? Saya jawab dengan tegas, nggak! Kwkwk. Saya nggak suka makan nasi merah. Karena, meski bentuknya seperti nasi yang biasa kita makan (hanya saja beda warna), tetapi tetap saja saya nggak bisa suka makan nasi merah.
Akhirnya dulu saya putuskan makan kentang, singkong, dan ubi sebagai pengganti nasi. Seiring berjalannya waktu, saya sering melihat postingan di Instagram yang diunggap oleh para pejuang diet. Di antara menu yang sering di-share adalah nasi jagung instan atau murni. Jadi kepikiran pengen nyoba juga dong. Secara sejak kecil saya sudah biasa makan nasi jagung, bedanya kalau dulu masih dicampur nasi putih. Sekarang murni nasi jagung. Rasanya? Nggak seburuk makan nasi merah.
Cocok untuk Penderita Diabetes
Bagi yang menderita penyakit diabetes, makan nasi jagung sangat dianjurkan. Kenapa? Karena dalam nasi putih terdapat gula tersembunyi yang nggak layak dikonsumsi penderita diabetes, maka nasi jagung jadi pengganti yang sangat tepat. Ada kerabat saya yang mengonsumsi nasi jagung murni, qadarallah penyakit gulanya nggak kambuh meski makan lauknya masih lumayan bebas. Akan lebih baik juga kalau makan yang alami seperti yang dikonsumsi mereka yang ikut JSR dan Diet Kenyang.
Murah Meriah, Tetapi Sulit Didapat
Nasi jagung instan atau empok kalau saya sebut, harganya sangat terjangkau. Sebungkus kecil hanya Rp. 3 ribu rupiah saja, Guys. Tapi, nyari nasi jagung instan nggak mudah. Begitu juga dengan nasi jagung biasa seperti di dalam foto. Di Jakarta, saya akhirnya mendapatkannya lewat toko online yang berlokasi di Jatinegara. Harganya per 500 gram adalah Rp. 12.500 rupiah. Lebih mahal daripada nasi jagung instan yang butirannya lebih halus.
Karena susah didapat, akhirnya hanya bisa pesan online saja. Alhamdulillah, beberapa minggu ini saya konsumsi nasi jagung murni atau instan. Nggak ada masalah sama penurunan berat badan bahkan saya harap sekarang bisa naik berat badan ini...kwkwk. Selain nasi jagung, memang ada nasi shirataki, tetapi pasalnya ini nggak ramah di kantong. Daripada repot nyari nasi yang nggak mudah dijangkau, mending kita konsumsi pangan lokal yang murah meriah ini.
Semoga bermanfaat dan menjawab kegalauan teman-teman yang sedang berusaha berhenti mengonsumsi makan nasi.
Salam,
Wah penting nih, secara saya menjelang paruh baya dan harus mulai mengurangi nasi konvensional, hehe.. boleh juga nih nasi jagung jadi pilihan, meski harus alokasikan dana khusus but it worthed
ReplyDeleteDulu nasi jagung, makanan keseharian saya karena tatkala itu beras tergolong mahal ya bisa dibliang terlalu elit lah.
ReplyDeleteKalau blum makan nasi, rasaknya kok tetap lapar saja, itu bagi saya.
Sudah makan roti, sudah makan singkong ealah, ttap saja itu lambung tampak belum kenyang.