Sebagai orang tua, tentu saja kita nggak akan pernah tega menyuruh anak melakukan pekerjaan di luar bermain dan hal-hal sederhana yang mereka sukai. Tapi, lama-lama saya mulai berpikir, apakah yang dimaksud 'sayang' juga seperti ini? Atau jangan-jangan saya salah mengartikannya?
Melatih anak supaya mandiri bukan berarti menyiksa mereka. Justru sebaliknya, anak-anak jadi belajar bertanggung jawab, disiplin, dan paling penting, ketika tiba-tiba tidak ada kita di sisi mereka, anak-anak tidak akan kelimpungan sampai nggak tahu mau ngapain dan harus bagaimana menghadapi situasi di depan mata mereka.
Saya merasa salah besar ketika membiarkan anak-anak tidak belajar mengerjakan pekerjaan rumah yang sebenarnya sangat sederhana dan tidak memberatkan. Contohnya, saya mengajari mereka meletakkan piring kotor di bak cuci piring, tapi saya tidak membantu mengajari mereka mencucinya sampai bersih.
Bukankah ini hanya pekerjaan sederhana dan anak seusia si bungsu 4 tahun pun bisa mengerjakannya dengan senang hati. Lalu, kenapa tidak?
Bukankah ini hanya pekerjaan sederhana dan anak seusia si bungsu 4 tahun pun bisa mengerjakannya dengan senang hati. Lalu, kenapa tidak?
Sejak membaca status seorang teman, saya pun menyadari, mungkin saja saya terlambat memulainya sekarang. Harusnya dari dulu-dulu, harusnya sebelum si sulung sebesar ini. Sempat nyesel dan menyalahkan diri sendiri, tapi, tidak ada kata terlambat untuk mengubahnya.
Sebelum memulai, saya menjelaskan bahwa menjadi mandiri adalah pekerjaan yang baik. Jika dia sedang tidak bersama dengan saya, tentu saja semua pekerjaan bisa dengan mudah diselesaikannya. Dia tidak perlu menunggu Bunda dan Bunda hanya demi mencari seragam untuk sekolah hari ini. Dia tidak perlu teriak ketika lapar, cukup ke dapur dan ambil saja makanan.
Awalnya, dia sempat menolak dengan “eugh” ...hihi. Nggak setuju karena merasa punya pekerjaan baru selain bermain, tapi selebihnya dia cukup bertanggung jawab dengan pekerjaan baru yang saya berikan.
Untuk urusan mandi dan ke kamar mandi, anak-anak sudah terbiasa sendiri. Si bungsu yang baru 4 tahun pun Masya Allah bisa melakukannya, mulai dari BAK, sikat gigi, keramas, mandi, hingga mengambil baju dan memakainya.
Sebenarnya, anak-anak adalah peniru ulung dan jika diberi kesempatan, mereka bisa diandalkan. Misalnya saat saya mengepel lantai, mereka berdua berebutan mau membantu, entah alasannya benar-benar ingin membantu, mencoba, atau bermain-main. Apa pun itu, jika kita mau memberikan mereka kesempatan, dengan senang hati mereka akan belajar tanpa disadari, lho.
Nah, kesalahan banyak orang tua termasuk saya adalah tidak memberikan mereka kesempatan karena merasa akan sangat merepotkan mengerjakan pekerjaan bersama anak-anak yang tingkahnya ajaib. Rasa lelah ingin segera selesai membuat saya sering menolak permintaan mereka mentah-mentah dan menyuruhnya hanya duduk dan menunggu. Ini, kan, salah parah…hiks.
Saat mencuci piring pun demikian, karena tak ingin ada air luber dan cipratan di lantai, saya meminta mereka hanya menaruh piring kotor saja di bak cuci piring. Pekerjaan bisa saya atasi sendiri, pikir saya saat itu. Tapi, setelah mengerti betapa perlunya mengajari mereka mandiri dan bertanggung jawab pada diri sendiri, saya dengan senang hati meminta mereka melakukan apa yang mereka inginkan yang dulunya sering banget saya tolak.
Lalu, bagaimana memulai dan mengajari mereka supaya bisa mandiri di usia dini?
Dimulai dari Hal-hal Kecil
Mulailah dari pekerjaan sederhana, dari hal-hal kecil yang sesuai dengan usia mereka. Misalnya, sejak kecil kita biasakan anak BAK dan BAB di kamar mandi. Mulai latihan ke toilet meski mereka sama sekali belum mengerti dan belum bisa bicara. Misalnya saat usianya sudah 2 tahun, bahkan ada anak seorang teman di usia 18 bulan sudah pandai sekali mengisyaratkan keinginan ke kamar mandi untuk BAK dan BAB.
Meskipun tidak mudah, tetapi jika kita konsisten, insya Allah, lelahmu akan berbuah manis. Setelah mereka pandai mengutarakannya sendiri, kita mulai ajari mereka melakukannya sendiri. Kita ajari, kita ingatkan terus bagaimana caranya dan selalu berikan apresiasi setiap kali mereka berhasil.
Mereka akan sangat bangga ketika bisa melakukan banyak hal sendiri seperti orang dewasa. Besoknya, mereka akan melakukannya lagi, dan lagi hingga menjadi kebiasaan.
Biarkan Anak Belajar Bertanggung Jawab
Caranya dengan memberikan mereka tugas-tugas kecil yang sudah diukur sesuai kemampuan. Misalnya untuk si sulung 8 tahun, dia bertugas mencuci piringnya sendiri, barakallah, sekarang apa pun yang ada di bak cuci piring dia selesaikan dengan senang hati tanpa diminta, dia juga bertugas menyiapkan seragam dan buku-buku sebelum tidur, tujuannya supaya saat pagi, dia sudah tidak kerepotan apalagi sampai teriak-teriak manggil Bundanya, kan bisa heboh dunia…hihi.
Selanjutnya, dia punya tugas menyimpan pakaian yang sudah disetrika ke lemarinya sendiri, dia juga berhasil menyampul bukunya meski awalnya tidak percaya diri. Banyak hal bisa mereka lakukan asal kita mau memberikan kepercayaan. Yang sering terjadi, biasanya orang tua sudah tidak percaya duluan dengan kemampuan anak sehingga menolak ketika mereka mau membantu.
Terus Ingatkan jika Mereka Lupa
Saat awal-awal memulai, saya terus mengingatkan supaya dia mau melakukan tugasnya dengan baik. Misalnya urusan menyimpan sepatu, dia paling nggak suka. Sampai rumah lepas sepatu di depan pintu kemudian ngeluyur masuk rumah. Padahal, seharusnya dia menyimpannya dengan baik di tempatnya. Saya pun harus berulang kali mengingatkan hingga akhirnya dia mulai terbiasa.
Berikan Apresiasi dan Lihat, Anakmu Luar Biasa!
Selain meringankan beban kita, saat anak terbiasa mandiri, rasanya bikin terharu dan asli pengen mewek. Proses ini baru berjalan kurang dari sebulan, tetapi si sulung sudah sangat baik membantu meringankan pekerjaan Bundanya.
Dia yang sebenarnya suka cuek sama adiknya bahkan sekarang mau membantu adiknya yang sudah selesai BAB (ketika tahu bundanya sedang shalat). Padahal saya tidak pernah meminta dia melakukannya, dia sendiri yang menginginkan. Belum lagi ketika dia membantu mencuci piring bukan hanya miliknya, tetapi milik Ayahnya atau piring sisa lain. Bunyi air kran dan gerakannya bikin saya pengen nangis :(
Nggak pernah membayangkan dia sudah beranjak sebesar ini dan sudah mau membantu saja. Masya Allah, sungguh rasanya luar biasa. Jika mereka sudah melakukan tugas dengan baik, jangan gengsi dan sungkan memberikan apresiasi untuknya. Nggak perlu berlebihan. Sederhana saja dan katakan apresiasi atas apa? Dari hal-hal sederhana seperti ini, kita bisa memotivasi mereka, lho.
Itulah beberapa hal yang selama dua mingguan ini sedang saya lakukan di rumah. Lucunya, bahkan si bungsu saja sangat antusias membantu. Kalau dulu saya melihatnya sangat merepotkan, kali ini bangga dan terharu, Masya Allah. Terus sehat dan berhati baik, ya, Nak pada semua orang. Bunda menyayangi kalian.
Salam hangat,
Comments