Tapi, setelah beberapa orang membaca dan tahu apa itu Jurus Sehat Rasulllah atau JSR, mereka kemudian bingung, bagaimana cara memulainya? Susah nggak? Harus ngapain dulu biar berhasil sehat dan menurunkan berat badan? Yups! Karena pertanyaan itulah, postingan ini ada *eaaa.
Saya jadi suka menulis tentang JSR karena merupakan pengalaman yang saya terapkan sendiri. Bukan sontek dari Mbah Google apalagi Mbah yang lain. Kalau sudah nyobain sendiri, rasanya bisa lebih detail menceritakannya. Bisa lebih ‘dapet’ juga, ‘kan?
Alasan ikutan JSR, selain mau langsing, saya juga mau sehat. Tinggi saya 150an kurang sedikit (yakinlah, saya ini memang pendek…kwkwk), BB awal saya 49 kg sebelum akhirnya saya mengubah pola makan menjadi lebih sehat. Iya, BB segitu memang masih terbilang normal meskipun udah kelihatan genduts. Tapi, yang bikin ngeri bukan cuma itu, BB segitu masih naik terus dan membuat saya takut…hiks. Belum lagi usia saya yang sudah 29 tahun, gimana nanti pas sudah masuk usia 30 tahun? Tubuh pasti tidak bisa bekerja sebaik dulu. Makan sesuatu yang salah bisa jadi masalah besar. Karena dua alasan itulah, saya mulai diet. Dan kabar baiknya, BB saya sekarang sudah di angka 42 kgan. Masya Allah. Nggak nyangka bisa menurunkan BB sebanyak ini. Turunnya pun pelan, tetapi pasti.
Sedikit pengalaman saya semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman yang ingin mulai hidup sehat ala Jurus Sehat Rasulullah.
Mulailah Bertahap Sesuai Kemampuan
Setiap orang punya kemampuan masing-masing untuk beradaptasi dengan hal baru. Termasuk saat diet. Sudah memasuki bulan kedua saya tidak makan nasi, tetapi bukan berarti sejak awal saya tiba-tiba meninggalkan kebiasaan itu. Saya memulainya dengan cara bertahap. Diawali dengan makan nasi sehari sekali saja. Kemudian lanjut mengurangi porsi nasi dan banyakin lauknya. Sampai akhirnya saya berani benar-benar tanpa nasi sama sekali.
Itu saya lakukan dengan santai banget. Kalau tiba-tiba ingin makan nasi, saya nggak menahan diri sampai segitunya untuk tidak makan, saya akan makan, tetapi dalam jumlah sedikit. Dengan cara seperti itu, saya bisa lepas dari nasi dengan ‘damai’. Bahkan sampai bulan kedua dan lebaran sekalipun, saya tetap tidak ingin makan nasi apalagi ketupat. Sama sekali.
Begitu juga buat yang ingin menghindari gula. Lakukan bertahap dimulai dari rajin minum air putih atau infused water (pengganti minuman manis), kemudian hindari camilan mengandung gula dan tepung-tepungan seperti cookies. Untuk kebutuhan kita sehari-hari, manis bisa didapatkan dari buah-buahan dan madu. Jika mau, bisa juga pakai gula aren. Tapi, saya belum pernah pakai gula aren, ya. Jika nggak terpaksa, saya nggak seenaknya komsumsi manis meskipun itu dari madu dan gula aren sekalipun. Biar apa? Biar tubuh kita belajar menyukai rasa alami dari semua bahan makanan.
Dulunya, saya suka banget minum minuman manis dan dingin. Apalagi udara Jakarta sepanas ini, jadi mendukung banget minum sirup Marjan plus es batu. Tapi, sejak tahu itu nggak baik buat kesehatan (lebih tepatnya sejak saya sadar), saya menghindarinya. Meninggalkan gula bukan hal berat buat saya meskipun dulunya saya suka. Masih lebih berat ninggalin nasi sama gorengan.
Kalau gorengan gimana, nih? Kita sama-sama tahu, Guys, gorengan itu selain minyaknya yang nggak sehat, kandungan gluten dalam tepungnya pun bikin semua jadi sempurna untuk layak ditinggalkan. Selama ini saya hobi banget masak camilan berbahan dasar tepung, tetapi, sejak mendengar kajian-kajian dari ustadz Zaid, saya jadi merinding dengan efek samping yang nantinya akan ditimbulkan. Sudah mengandung gluten, masih digoreng pula. Duh, ngeri.
Tinggalkan juga bertahap. Jika kita sudah mencoba, tetapi tiba-tiba pengen, makan ajalah satu atau dua. Setelah itu kita nyesel sendiri, kok. Kwkwk. Rasa enaknya nggak sebanding dengan efek buruk yang akan kita peroleh.
Suatu ketika saya menggoreng bakso buat berbuka untuk si sulung, tiba-tiba saya pengen banget makan. Ya, saya makan satu dua. Kemudian saya menyesal..kwkwk. Mudah banget saya tergoda gitu? Hiks. Pas lebaran kemarin juga begitu. Saya mengunjungi Kediri, di sana, suami ngemil tahu Kediri goreng yang masih hangat. Naluri pencinta gorengan dalam diri saya berontak...kwkwk. Akhirnya saya makan beberapa buah tahu goreng. Setelah itu? Ya, udah. Nggak kalap sampai yang gimana-gimana. Dan saya maafkan kesalahan sedikit itu, kemudian kembali pada pola makan yang biasa saya jalankan.
Pahami Bahwa Rasa Lapar Itu Baik Bagi Tubuh
Tidak setiap kita merasa lapar itu merupakan tanda bahwa kita memang sedang butuh makan. Ingat ini, ya. Bisa jadi itu tanda bahwa kamu sedang butuh cairan atau dehidrasi. Kalau saat memulai JSR kamu sering merasa lapar, coba ganjal dulu dengan minum air putih. Sebab, rasa lapar itu sebenarnya baik, lho.
Dengan banyak menahan lapar, produksi hormon HGH akan meningkat, dan ini bagus banget buat proses pembakaran lemak dalam tubuh. Selama ikut JSR nanti, ada baiknya kita ganti camilan dengan banyak minum air putih. Kalau lapar, ganjal dulu sama air putih. Rasa lapar Insya Allah akan hilang.
Dengan cara seperti itu, kita bisa makan lebih sedikit, bisa mengurangi ngemil yang biasanya tidak terkontrol juga. Kalaupun akhirnya benar-benar ingin makan sebelum waktunya makan, bisa banget dengan makan sayur dan buah. Percaya, kalau semuanya udah benar, makanan yang masuk udah bagus atau real food, makan banyak pun nggak bakalan bikin tubuh menggenduts.
Konsumsi Hanya Real Food
Apa, sih, real food itu? Kok, dari tadi nyebut itu terus? Gampangnya makanan yang alami, belum melalui proses yang berlebihan, masih dalam bentuk aslinya. Apa saja itu? Makanan yang tumbuh dari dalam tanah dan disinari oleh matahari. Bisa sayuran yang jenisnya sangat melimpah, umbi-umbian, hingga buah-buahan yang tidak hanya enak, tetapi juga sehat.
Jika mau memulai JSR, coba makannya dibanyakin yang alami dulu meskipun belum benar-benar lepas dari nasi, gula, dan gorengan. Jumlah makanan sehatnya ditambah terus sampai akhirnya bisa menggantikan makanan lain yang harus ditinggalkan.
Saya sendiri sekarang malah nggak tergantung sama umbi-umbian yang dulunya menjadi sumber karbohidrat bagi tubuh saya. Ketika awal-awal nggak makan nasi, saya ganti dengan singkong atau kentang. Sekarang, tanpa itu pun saya kenyang asal ada sayuran rebus yang cukup.
Makan berat saya nggak selalu harus ada protein juga. Tanpa itu pun saya merasa baik-baik saja, kok. Dan itu juga yang dikatakan oleh dr. Zaid, bahwa makan itu nggak melulu harus ada karbohidrat, protein, dan seperti yang biasa kita konsumsi dulu. Nggak perlu sekaku itu. Ketika sudah terbiasa, kita akan belajar dan memahami, kok. Jangan buru-buru, percayalah kamu pasti bisa melalui proses ini. Pelan-pelan saja. Santai dan nikmati supaya tidak hanya jadi diet musiman, tetapi menjadi pola hidup sehat yang bisa diterapkan seterusnya.
Rajin Puasa Sunah
Nabi anjurkan puasa sunah, seharusnya sejak dulu kita ikuti karena kebaikannya akan kembali pada kita sendiri. Sayangnya, kita sering malas kecuali puasa saat bulan Ramadan, ya. Kadang puasa sunah, kadang nggak. Mungkin ini saya aja, ya?
Kalau sudah ikutan JSR, hati-hati jangan sampai salah niat puasanya, ya. Rajin puasa bukan karena ikutan JSR ya, melainkan karena taat kita pada Allah. Dengan taat, kita peroleh manfaat berupa sehat, Insya Allah.
Puasa sunah bisa dikerjakan mulai dari sekarang ketika kita mengikuti puasa sunah di bulan syawal, puasa hari Senin dan Kamis, serta puasa ayyamul bidh. Setelah dicoba dan dibiasakan, pasti nyaman banget.
Dr. Zaid pernah melontarkan pertanyaan, orang struk itu awalnya suka banyak makan atau sedikit makan? Suka puasa sunah atau tidak? Jawabannya sebagian besar pasti tidak melakukan keduanya. Iya, pasti mereka suka makan dan jarang puasa sunah. Sebab, memang sebagian besar penyakit dan masalah dalam tubuh awalnya dari pencernaan kita yang tidak baik.
Kalau makanan yang kita konsumsi sehat, seharusnya tubuh bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jika makanan yang masuk ke dalam tubuh kita benar, real food, berat badan pun akan turun sendiri dan kembali pada berat normal. Dan itu sudah dibuktikan oleh banyak orang. Termasuk saya pribadi.
Sediakan Kurma di Rumah
Sejak dulu, saya kurang suka konsumsi kurma. Iya, selain kayak ngilu di gigi, rasanya juga eneg. Mungkin manisnya kurma dikalahkan oleh rasa makanan lain yang sudah banyak ditambahi perasa ini dan itu. Lidah saya sudah nggak karuan. Nggak peka.
Sejak ikut JSR, saya jadi senang banget konsumsi kurma. Insya Allah, kurma nggak bikin kamu genduts, kok. Konsumsi secukupnya, sewajarnya. Jika kamu lapar tiba-tiba, makan kurma. Manfaatnya yang besar akan membuatmu lebih bertenaga. Bukan hanya buat buka puasa, untuk sahur, di perjalanan, atau di mana saja, kamu bisa dengan mudah mengonsumsinya.
Saya juga suka menyeduh kurma dalam gelas dengan air panas. Itu enak dan lumer banget, lho. Menu ini biasa saya makan saat sahur. Masya Allah, enak.
Memilih kurma sebaiknya yang pilih belum berkaramel atau dipenuhi gula, ya. Nggak usahlah yang mahal-mahal, Guys. Yang penting namanya kurma, meski memang rasanya nggak akan selalu sama, ya. Saya orangnya nggak rewel...hihi.
Tadi, saya order kurma di Tokopedia. Kurma Sukari, 3 kg 190 ribu. Itu murah karena belinya sekaligus banyak. Kalau eceran, malah lebih mahal. Jadi, sekilonya 60an ribu lebih. Mungkin ini bisa jadi referensi juga bagi teman-teman yang bingung nyari kurma di luar bulan Ramadan, ya.
Kalau Nggak Makan Nasi, Kita Makan Apa?
Salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh banyak teman. Kalau nggak makan nasi, terus makan apa? Nggak kebayang kalau harus makan tanpa gula dan garam, gimana rasanya? Dan masih banyak hal lain yang sebenarnya bisa dibuat menjadi jauh lebih simpel ketika mengikuti JSR.
Untuk menu sehari-hari, cobalah ambil dari makanan yang paling disukai. Misalnya jika senang makan sayur mentah, bisa sering makan salad sehat. Jika suka rebusan, bisa sering makan sayur rebus dicocol sambal atau diurap. Buat semua jadi simpel, temukan menu favorit kamu dalam bentuk lain yang lebih sehat.
Saya suka makan telur ceplok atau telur dadar. Zaman masih suka makan apa saja, saya sering konsumsi menu satu ini. Sekarang, kalau sedang ingin makan, saya coba memanggangnya di teflon. Iya, tanpa garam dan tanpa minyak. Dan itu tetap nikmat, lho. Percaya, deh!
Saya bisa memberikan contoh buat teman-teman yang mungkin bingung menyusun menu hariannya. Pagi, setelah bangun tidur dan belum beranjak dari tempat tidur, saya biasakan minum air putih. Sekitar 500 ml saja. Karena saya memang kuatnya segitu atau malah kurang. Ini pun saya baru belajar, ya. Sudah coba dilakukan rutin, sekarang sudah nggak eneg lagi ketika minum banyak setelah bangun tidur.
Kemudian kita aktivitas seperti biasa. Pagi saya bisa tanpa sarapan asalkan minum banyak. Kalau sedang puasa, saya biasa sahur dengan rendaman kurma. Kalau tidak puasa, pagi paling minum jus sayur dan buah. Udah begitu saja. Sesekali ngemil beberapa butir kacang tanah.
Siangnya, baru saya makan sayuran rebus. Bisa dicocol sambal tanpa garam (bisa pakai garam Himalaya), bisa urap, terancam, telur rebus, atau apa pun yang penting real food. Porsi makan sayur saya pun nggak sedikit, ya. Sesuai kebutuhan.
Sayuran rebus buat saya ibarat pengganti nasi. Kalau sudah makan menu ini, bahkan tanpa apa pun, saya sudah puas dan merasa sudah makan berat. Saat ini, saya sudah tidak menyediakan kentang kukus atau singkong untuk makan. Berbeda ketika baru lepas dari nasi. Ini kemajuan luar biasa dong. Alhamdulillah banget, saya bersyukur bisa melaluinya. Tanpa harus keliyengan apalagi sampai pingsan. Kalau masih lapar, saya akan makan. Di satu waktu, kadang laper mulu. Ya udah, saya penuhi itu. Intinya, kalau saya pribadi, nggak mau memaksakan diri hingga akhirnya malah gagal dan nggak karuan. Ikuti dulu alurnya, pelan-pelan, sabar, semua pasti berproses.
Hidup Sehat Bukan Alasan untuk Hidup Boros
Karena sudah menjalani hidup sehat, kita jadi seenaknya menghabiskan uang untuk belanja ini dan itu. Alasannya, yang penting ‘kan sehat? Oh, tidak. Insya Allah saya tidak seperti itu. Meskipun kita ikut pola diet apa pun, kita harus tetap menyesuaikan dengan isi kantong. Kalau hanya demi makan, rasanya saya masih enggan mengeluarkan banyak uang misal demi membeli kacang-kacangan super mahal. Saya tidak sampai hati melakukan itu.
Saya konsumsi apa yang ada di sekitar saya. Saya yakin, semua orang punya kesempatan dan berhak hidup sehat dengan cara masing-masing. Kalau mampu silakan, jika tidak, ada baiknya konsumsi makanan yang ada di sekitar kita. Insya Allah itu sudah cukup.
Dan saya terapkan itu, Guys. Saat ini, buah-buahan seperti apel sedang mahal. Penjual buah langganan sampai menyediakannya sedikit. Solusinya? Kita bisa gunakan buah lain yang lebih murah untuk dikonsumsi secara langsung atau dibuat jus. Nggak ada masalah. Saya bisa beli belimbing besar-besar yang harganya jauh lebih murah. Malah karena ikut JSR seperti ini, saya lebih pilah pilih ketika membeli buah dan makanan lain. Hemat sama pelit beda dikit, ya…kwkwk. Saya nggak mau membebani suami dengan alasan mau sehat…hiks. Semua harus berjalan sewajarnya. Dan ternyata, itu bisa, Insya Allah!
Rajin Konsumsi Jus Sayur dan Buah, Pilih Juicer atau Blender?
Saya termasuk orang yang rajin minum jus, lho. Rasanya nggak buruk meskipun warnanya hijau, aneh, bahkan meski dicampur brokoli sekalipun. Jika ditanya, ngejus pakai blender atau juicer? Saya pakai juicer dengan harga murah meriah merk Miyako. Itu pun saya dapat hadiah ketika ngeblog…hihi. Berisik, sih. Tapi, fungsinya tetap nggak jauh beda sama juicer yang harganya di atas satu juta. Sampai detik ini, belum ingin beli yang mahal.
Kenapa harus pakai juicer? Karena blender sedikit lebih sulit menghaluskan sayuran yang keras seperti wortel misalnya. Saya pun tidak minum jus bersama ampasnya. Jadi, juicer ini berguna banget buat saya pribadi.
Alasan lainnya, jika harus pakai blender, kita harus menambahkan air ke dalamnya. Atau jika mau tanpa ampas, kita harus menyaringnya dan itu makan waktu. Ketika saya coba bikin jus pakai blender di rumah Ibu, warna jusnya sudah nggak segar lagi. Warna hijaunya sudah berubah, lho.
Juicer atau blender sama-sama boleh kamu pakai. Nggak sedikit orang malah sengaja minum jus bersama ampasnya. Bahkan Ibu saya sendiri melakukan itu. Jika mau pakai yang mudah, tetapi murah, pilih saja juicer seperti yang saya gunakan. Merk bisa berbeda-beda, ya. Harganya sekitar Rp. 300 ribu saja.
Rajin Minum Infused Water
Di JSR, banyak banget resep infused water. Karena nggak mau terlalu pusing dan susah banget menghapal resep sebanyak itu, saya membuat sesuai bahan yang ada di rumah. Bikin infused water dari rempah-rempah adalah favorit saya. Misalnya, saya pakai jahe, kunyit. Rendam selama minimal 6 jam. Ketika akan diminum, tambahkan perasan jeruk nipis dan sedikit madu. Rasanya segar banget, terutama ketika akan dipakai berbuka puasa.
Sesekali saya menambahkan kayu manis, kapulaga, bahkan cengkeh. Tapi, khusus kayu manis, saya nggak bikin sering-sering karena setiap minum rutin beberapa hari, saya suka keliyengan.
Selain rempah, kamu juga bisa membuat infused water dari buah dan sayuran. Misalnya dari daun mint, mentimun, nanas, atau apel. Insya Allah semua punya manfaat masing-masing yang baik untuk tubuh kita.
Nikmati dan Syukuri
Kalau kita tidak bisa menikmati apa yang sudah dijalankan, mustahil kita bisa melakukan pola hidup dengan JSR ini hingga nanti. Padahal, pola hidup sehat seperti ini nggak boleh hanya dilakukan ketika ingin kurus saja, lho. Iya, akan jauh lebih baik jika dikerjakan dari sekarang hingga kita menua nanti.
Karena itu, coba nikmati dan syukuri proses yang sudah kita lakukan. Berterima kasihlah pada Allah karena sudah disadarkan, beri apresiasi pada dirimu sebab sudah mau berusaha dan berjuang dengan keras demi hidup sehat. Dengan seperti ini, Insya Allah, kita bisa melakukan semua dengan menyenangkan dan lebih konsisten.
Maafkan Jika Kamu Makan Menu yang Salah
Semua orang pernah melakukan kesalahan. Begitu juga dengan kita ketika menjalankan JSR. Bisa jadi, suatu waktu, kamu makan gorengan karena terpaksa. Entah karena benar-benar ingin, atau memang karena nggak ada makanan lain. Maafin diri kamu. Itu bukan dosa besar. Setelah itu, kembalilah ke jalan yang benar…kwkwk.
Dalam JSR, kita dianjurkan menghindari nasi, gula, olahan minyak, susu dan produk turunannya, dan tepung-tepungan mengandung gluten. Nah, kalau suatu saat kamu melanggar, ya udah, maafin diri kamu dan coba mulai lagi. Saya pun pernah melakukan itu bahkan memang sengaja. Karena saya pengen banget, sedangkan menu itu nggak setiap hari bisa saya makan. Misalnya saat makan ayam kampung dalam kuah opor buatan Ibu. Menu ini spesial banget, Guys. Kalau bukan karena pulang kampung, mana mungkin saya makan..hihi. Tapi, saya juga tahu diri, meskipun hanya sekali-kali, saya tetap nggak makan nasi bersama opornya, saya juga nggak ngabisin opor satu panci, kok…haha.
Berpikirlah Positif dan Percayalah Bahwa Semua Orang Punya Kesempatan yang Sama untuk Hidup Sehat
Ah, nggak mungkin! Pasti saya nggak bisa langsing. Ini udah bawaan lahir. Tulang saya gede, lho. Pernah dengar kalimat semacam ini? Iya, memang ada sebagian orang yang sejak kecil sudah gemuk dan genduts. Tapi, itu bukan berarti kamu nggak bisa kurus, lho. Ubah pola berpikir kamu, deh. Lihat, Dewi Hughes dulu juga pernah berpikir seperti itu, hingga akhirnya dia menganggap bahwa gemuk itu tetap cantik, mencari pembenaran sehingga dia gagal dan gagal terus untuk sehat. Sekarang, kamu bisa lihat sendiri, dia bisa kurus, cantik, dan langsing, lho dengan makan real food. Sok kenal banget, saya, ‘kan? Haha. Itu karena saya sudah membaca dua bukunya…hihi.
Dulu, saya berpikir, bahwa saya juga kayaknya bakalan gagal terus kalau mau diet. Karena saya doyan makan, apalagi kalau nggak makan nasi, apa kabar dunia, Guys? Ternyata, setelah banyak mendengarkan kalimat positif, saya bisa melakukannya tanpa harus dipaksa, lho. Suami saya mungkin juga takjub, sebab sebelumnya porsi makan istrinya setara dengan supir truk…kwkwk. Bahkan lebih kali, ya? Meski badannya nggak segede apa, tetapi sudah jadi kebiasaan di keluarga saya, makan nasi itu harus banyak. Sekarang, ketika tiba-tiba seperti ini, saya merasa sangat takjub, Masya Allah. Mudahnya Allah mewujudkan semua ini. Suka terharu aja *lebay…kwkwk.
Percayalah, Makanan yang Kelihatannya Enak di Lidah, Belum Tentu Baik untuk Tubuh
Seperti ketika saya menulis postingan ini, suami muncul dan mengajak saya ke depan. Ternyata, di depan ada tukang es, Guys…kwkwk. Ya ampun, itu es zaman jadul, dengan cup kerupuk dan roti tawar yang kelihatan sangat enak. Mas nawarin, tapi, saya mikir dua kali untuk menyantapnya…kwkwk. Karena, saya mikir, makanan yang enak di lidah pastilah hanya sesaat saja, kok. Selebihnya kita butuh yang benar-benar dibutuhkan oleh tubuh, bukan hanya enak di lidah.
Insya Allah, kamu juga bisa, kok. Postingan ini bahkan lebih banyak ngasih motivasi kayaknya ketimbang informasi…hihi. Saya tipe orang yang senang dengan hal semacam ini. Beberapa teman sempat japrian atau DM di Instagram, menanyakan proses, menu, dan banyak hal. Saya suka mendengar cerita mereka, antusias, berusaha mengubah pola makan mereka menjadi lebih sehat. Dan percayalah, semua ini ada prosesnya. Nggak akan tiba-tiba runtuh dari langit.
Jadi, pelan-pelan, coba lagi, berdamailah dengan perubahan yang bisa jadi di awal akan sedikit lebih sulit. Jangan mudah menyerah dengan hal semacam itu. Sehat yang didapat sungguh jauh lebih nikmat. Jarang kena flu dan batuk yang biasanya selalu mampir, nggak pernah telat apalagi kalau ping pong dari anak-anak. Saya pasti kena. Alhamdulillah, qadarallah, saya sekarang lebih fit. Happy banget, dong, Masya Allah.
Selain itu, badan jauh lebih enteng. Saya makan tidak sedikit, kalau lapar saya makan. Biarkan tubuh menyesuaikan diri pelan-pelan. Justru kita juga harus paham kalau tubuh kita butuh nutrisi yang cukup. Jangan sampai karena ingin lekas kurus, kita makan sedikit banget. Bukan saya banget itu…kwkwk.
Ah, sudah panjang banget postingan ini, Guys…hihi. Semoga bermanfaat, ya. Jadi diri sendiri, pahami kebutuhanmu. Jangan hanya ikut-ikutan saja. Kalau yang lain bisa, kamu juga Insya Allah bisa, kok. Yuk, semangaat!
Salam,
Mbak, Muyass garam Himalaya di mana bisa dapetin itu, apa bedanya sama garam dapur biasa?
ReplyDeleteSatu lagi masak telur di teflon tanpa minyak enggak lengket gitu pas telurnya dibalik? Hehe, maafkan nanya ini
Alhamdulillah ikut JSR dari bulan ramadhan. Semoga bisa istiqomah ^^
ReplyDeleteBisa di toko online, Mbak. Saya beli di Tokopedia banyak...Bedanya, garam dapur yang biasa kita gunakan kandungan mineralnya sudah jauh berkurang, sedangkan him salt ini kaya akan minera gt.
ReplyDeleteAgak lengket, kalau teflon baru nggak..hihi. Katanya sih lebih bagus kasih minyak dikit, Mbak. Misal minyak kelapa atau kasih air jadi ceplok di atas air..hihi. Sy baru tahu ini..
Aamiin. Alhamdulillah, senangnya, Mbak..sy juga mulai serius pas Ramadan kemarin.. :)
ReplyDeleteMakasih buat penjelasannya. Sip, deh.
ReplyDeleteAssalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
ReplyDeleteMba, aku busui nih. Anakku baru 5bln. Mau coba jsr, tapi masih ragu takut anakku kekurangan asi. Adakah saran menu biar ga mengganggu produksi asi?
Mbak.. Mungkin bisa mulai dengan menu yg diolah dg lebih sehat seperti ditumis, direbus, kurangi yang digoreng, kurangi tepung dan gula dg menu yg sama seperti biasa. Semoga membantu ya mbak..
ReplyDelete