Photo by Aaron Burden on Unsplash |
Karena alasan itulah, saya mau berbagi tentang kedua jenis penerbit ini. Semoga postingan ini bermanfaat dan bisa dijadikan pilihan terbaik bagi yang sedang galau ingin mengirimkan naskah. Buat saya pribadi, prioritas utama pastilah ke penerbit mayor dulu. Siapa yang tidak mau lolos di penerbit mayor? Pastinya semua sangat ingin meskipun prosesnya bisa jadi sangat panjang. Tapi, ada kepuasan tersendiri ketika buku terbit dan majang di toko buku.
Selama ini, saya juga pernah menggunakan agensi naskah untuk mengirimkan naskah. Buat saya, memang fee kita jadi berkurang, tapi jawabannya atau kepastian diterima memang memakan waktu jauh lebih singkat ketimbang kita mengirimkan secara mandiri. Tapi, ke depannya sudah pasti tidak mau juga bergantung pada agensi. Meskipun Insya Allah tetap akan menggunakannya.
Selama ini, saya juga pernah menggunakan agensi naskah untuk mengirimkan naskah. Buat saya, memang fee kita jadi berkurang, tapi jawabannya atau kepastian diterima memang memakan waktu jauh lebih singkat ketimbang kita mengirimkan secara mandiri. Tapi, ke depannya sudah pasti tidak mau juga bergantung pada agensi. Meskipun Insya Allah tetap akan menggunakannya.
Lalu apa saja perbedaan di antara agensi naskah, penerbit mayor, dan penerbit indie sejauh pengetahuan saya?
1. Agensi Naskah
Buat penulis pemula, memakai agensi naskah bisa jadi pilihan yang sangat tepat. Alasan dulu kenapa saya menggunakan agensi, karena sejak awal saya kurang percaya diri untuk mengirimkan naskah secara langsung atau mandiri. Padahal, biasanya sok pede saja, kan? Haha. Ada kalanya ingin juga mencoba. Dan qadarallah, naskah kedua diterima oleh salah satu penerbit mayor.
Selanjutnya saya mencoba lagi sekitar awal 2019. Alhamdulillah, 3 naskah sekaligus di-ACC oleh penerbit mayor dan sedang proses pengerjaan ilustrasi untuk saat ini.
Sebelum kamu mengajukan naskah lewat agensi, ada baiknya kamu tahu apa saja yang akan dilakukan oleh sebuah agensi naskah ini? Istilah mudahnya, agensi ini membantu menjembatani penulis dengan penerbit. Naskah kamu yang masuk agensi biasanya akan diedit dan dirapihkan dulu sebelum dikirimkan ke penerbit. Setelah ada kabar diterima, naskah akan diproses dan diserahkan pada penerbit untuk proses layout dll. Enaknya, kalau lewat agensi, kita bisa kirim outline dulu, lho. Setelah jelas diterima, barulah kita selesaikan naskah tersebut sampai lengkap.
Tapi, ketika menggunakan agensi, kita juga harus mau berbagi royalty kepada mereka. Biasanya sebanyak 3% akan diserahkan pada pihak agensi, selebihnya untuk penulis. Komunikasi pun harus berjalan baik. Jangan segan-segan menanyakan kabar buku kamu atau mungkin fee yang sudah berbulan-bulan belum dibayarkan. Karena bukannya nggak mustahil justru ada kesalahan seperti lupa. Sebab saya mengalaminya juga.
Soal uang ini sensitif sekali memang. Kebanyakan orang sungkan menanyakannya pada agensi atau penerbit. Bahkan ilustrator buku saya memilih diam daripada nanya setelah setengah tahun buku terbit. Saya pikir, nggak berlebihan, kok menanyakan hak kita. Kalau kita sudah menunaikan kewajiban, nggak ada yang salah ketika meminta hak di kemudian hari. Dan agensi sebenarnya mesti memperhatikan juga dan mengurusnya. Jangan karena penulis diam, akhirnya jadi dibiarkan. Hal kayak gini benar-benar bikin nggak nyaman.
2. Penerbit Mayor
Kalau belum dicoba, pasti tidak akan pernah tahu, apakah kita berhasil atau sebaliknya. Karena itu, saya selalu mencoba mengirimkan naskah ke penerbit mayor dulu, meskipun kadang nggak pede dan kemungkinan ditolak lebih besar.
Apa keuntungan mengirimkan naskah ke penerbit mayor? Sama seperti ketika mengirimkan ke agensi, kita nggak dipungut bayaran sepeser pun alias free. Justru kita diberi bayaran tergantung kesepakatan bersama penerbit. Ada yang memberikan 10% atau 8%. Bisa juga lebih atau kurang. 10% itu dihitung dari harga jual buku dikalikan jumlah cetak kemudian dikurangi pajak sebanyak 15%. Yup! Pajaknya guede, Sodaraah…haha.
Sistem pembayaran pada penerbit mayor juga bisa dilakukan dengan dua cara. Bisa dengan sistem jual putus atau royalty. Jual putus di sini maksudnya penerbit hanya akan membayar naskahmu sekali saja. Sedangkan sistem royalty akan dibayar bertahap sesuai jumlah penjualan di toko buku. Selain itu, kita juga diberikan sejumlah bukti terbit berupa 5 buku (bisa kurang, bisa juga lebih).
Jadi, sebagai penulis, kita nggak punya keleluasaan memiliki banyak buku kecuali kita membelinya. Karena itu, suka bingung juga ketika banyak teman-teman minta dikasih gratisan. Mati gaya seketika…kwkwk. Karena seperti kamu tahu, penulis bukan pemilik toko buku, ya.
3. Penerbit Indie
Secara umum, penerbit indie ini bisa diartikan media menerbitkan buku secara mandiri. Meskipun jenisnya bisa berbeda, bisa pakai jalur seleksi atau tidak, tetapi buat saya keduanya nggak terlalu banyak perbedaan. Hampir samalah intinya.
“Kak, memang kita bisa ya menerbitkan buku di penerbit indie kemudian didistribusikan ke toko buku?”
Beberapa penerbit indie sudah melakukan ini. Nggak mustahil karena beberapa penerbit indie punya pintu juga ke toko-toko buku. Jadi, kamu nggak perlu khawatir soal itu mengingat semua kemungkinan juga bisa saja terjadi pada penerbit indie. Kemungkinan apa? Kemungkinan buku dijual di toko buku dong…hehe. Tapi, sebelumnya kamu bisa pastikan dengan menanyakannya langsung sebelum memutuskan menerbitkan buku di sana.
Biasanya, ketika ingin menerbitkan buku pada penerbit indie, kita harus membayar sejumlah harga sesuai paket yang diinginkan. Misalnya kita mau cetak berapa dengan harga berapa. Bisa juga kita hanya membayar saat memesan buku dan daftar ISBN seperti yang ada di Bitread. Teman-teman bisa cari referensi lain karena penerbit Indie jumlahnya sangat banyak untuk saat ini. Jenis dan cara transaksinya pun akan berbeda.
Nah, itu dia sedikit bayangan tentang agensi naskah, penerbit mayor, dan penerbit indie. Kira-kira apakah masih ada yang bingung soal ini? Semoga bisa dipahami dengan mudah, ya. Untuk email-email penerbit, kamu bisa cari di Google atau kunjungi website dan sosial media mereka. Yuk, tetap semangat menulis dan jangan lupa bersyukur.
Salam hangat,
Jadi makin jelas deh bedanya, yhanks mbak
ReplyDeleteIya, Mbak...sama-sama :)
ReplyDelete