Saya mungkin termasuk orang tua yang tidak pernah merasakan susahnya ngajarin anak membaca. Sempat membayangkan gimana cara saya mengajari si sulung membaca sedangkan untuk mengeja saja saya nggak pandai? Haha.
Tetangga dekat juga sempat buru-buru cari tempat les membaca sebelum anaknya masuk SD. Saya? Nggak sampai ke sana. Jadi, sebenarnya apa perlu kita mengajari anak segera pandai membaca pada usia dini? Misalnya usia TK?
Saya termasuk orang yang nggak setuju jika ada orang tua mengajari anaknya belajar membaca terlalu dini. Memang kesannya seperti sangat pintar, cerdas, membanggakan. Tapi, sebenarnya itu tidak selalu baik bagi anak-anak, lho.
Sejak anak-anak masih kecil, saya membiasakan mereka gemar membaca dimulai dari seringnya saya membacakan buku-buku sebelum mereka beranjak tidur, bahkan jauh sebelum mereka mengenal huruf dan angka. Saya lebih suka melakukan itu ketimbang harus mengenalkan huruf satu per satu.
Ada banyak anak pandai membaca, tetapi belum tentu mereka menyukainya. Kalau sudah begitu, apa yang bisa orang tua lakukan? Bukankah yang penting adalah menanamkan budaya gemar membaca ketimbang hanya sekadar lekas bisa?
Si sulung bisa membaca saat masuk TK B. Itu pun tanpa perjuangan keras dari saya dan guru-gurunya. Masya Allah, gurunya bahkan sempat heran kenapa tiba-tiba dia bisa membaca kalimat pada sebuah papan di tengah jalan tepat saat dia dan teman-temannya pergi berwisata bersama.
Sedangkan saya juga tak pernah menyangka kenapa dia bisa secepat itu pandai membaca padahal sebelumnya tidak bisa. Setelah membaca beberapa sumber, kemungkinan besar itu bisa saja terjadi karena sejak kecil saya sudah mengenalkannya dengan buku, membiasakan membacakan cerita sebelum tidur, kadang meminta dia bercerita sesuai versinya. Kita selalu punya cara untuk bersenang-senang dengan buku.
Si sulung saat ini usianya sudah masuk 8 tahun. Setelah bisa membaca, dia jadi senang sekali berburu buku. Setiap ke mall, saya mengajaknya mampir ke toko buku dan menyuruhnya memilih satu atau dua buku untuk dibaca saat tiba di rumah. Sampai sekarang, kebiasaan kecil seperti ini selalu menarik bagi kami. Jadi, tujuan ke mall nggak pernah mampir beli mainan, tapi beli buku…haha.
Nggak pernah merencakan sebelumnya akan seperti sekarang di mana dia mencintai buku dan suka membaca. Jika sudah membeli buku, dia akan membacanya seharian sampai selesai. Kadang lebih gila daripada emaknya. Kebiasaan membacanya itu kadang bikin takjub juga. Tapi, dia bukan kutu buku juga yang selalu bermain bersama buku. Dia punya kehidupan normal, suka nonton televisi, bermain sepeda, atau membuat prakarya dari barang bekas. Bahkan akhir-akhir ini, dia senang menulis cerita dan membuat komik.
Nggak bisa dipungkiri, kesenangannya membaca diawali dari perkenalannya dengan buku-buku sejak usia dini. Seingat saya, dia dapat menghapal teks pada buku bahkan sebelum usianya 2 tahun. Saat itu dia tidak bisa membaca, dia hanya menghapal saking seringnya dibacakan buku…haha. Dan hal semacam ini terulang pada si bungsu yang sekarang berusia 3,5 tahun.
Sebelum tidur, dia mengambil 4 buku berseri dari Tiga Ananda dan dua kumpulan cerita dari BIP. Dia akan berhenti meminta saya membaca jika semua buku itu sudah saya bacakan…haha. Kadang capek juga, kan? Tapi, bukankah ini yang diinginkan oleh hampir semua orang tua?
Membuat anak-anak senang membaca buku buat saya tidak dengan cara membuat mereka pandai membaca sejak usia dini, melainkan membuat mereka menyukai buku terlebih dulu. Dia kadang menghabiskan satu buku sambil bercerita menggunakan versinya.
Nggak heran, jika belanja buku setiap bulan jauh lebih banyak ketimbang belanja mainan. Sampai akhirnya saya memilih untuk lebih sering membeli buku anak-anak ketimbang buku untuk saya sendiri. Dan ujung-ujungnya saya pun belajar lebih banyak tentang buku anak-anak dari buku-buku mereka. Ketika main ke toko buku, saya langsung menuju rak buku-buku anak. Iya, buku itu bisa jadi bacaan untuk anak-anak, bisa juga untuk referensi saya sebagai penulis buku cerita anak.
Buku adalah jendela dunia. Dengan mengenalkan buku sejak dini pada anak-anak, kita pun akan terbantu karena proses sederhana itu akan membantu mereka pandai membaca tanpa perlu dipaksa, tanpa harus masuk bimbel, dan apa pun itu. Beruntung, sekolah si sulung tidak menilai kemampuan anak-anak dari seberapa pandai mereka membaca, melainkan melalui kesiapan mereka belajar di kelas nanti.
Jadi, nggak heran jika kelas 1 SD masih ada yang belum lancar membaca, tetapi lolos masuk SD di sana. Mereka belajar pelan-pelan. Anak-anak paling nggak boleh dipaksa meski kelihatannya mereka pasti bisa. Jadi, penting mana mengenalkan buku sejak dini dan membuat mereka suka membaca atau membuat mereka segera pandai membaca?
Salam,
kalo ditanya lebih penting mana berarti salah satu sj ya mba , kyknya lebih penting gemar membaca deh, kalo gemar sudah pasti bakalan ngerti dengan apa yg dibaca, sedangkan pandai membaca sj belum tentu gemar dengan apa yg dibaca....haduh panjang amat yakk.
ReplyDeleteSetuju bun, mending meningkatkan minat baca dulu ya, mulai dari emaknya dulu heheh karena anak peniru ulung
ReplyDeleteaku pun klo udh pnya anak nanti pgnnya ngajari gemar membaca,, karena klo pandai membaca yakin deh klo udh sekolah pasti semuanya pandai..
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu