Tahun ini aktivitas menulis artikel sudah jauh berkurang ketimbang tahun kemarin. Biasanya hampir setiap hari saya menulis artikel untuk dikirimkan ke beberapa media. Yag paling parah ketika aktif banget di UC News. Sehari bisa mengerjakan lebih dari 10 artikel pendek. Kok bisa banyak banget? Yup! Karena saat itu saya dan teman-teman sering mengerjakan proyek menulis artikel. Kadang 50 artikel untuk tiga hari dengan fee 100$. Kadang 100 artikel selama seminggu dengan fee berbeda. Dan pastinya semua juga ada target viewers hingga ratusan ribu.
Sebenarnya sejak awal saya tidak pernah membayangkan bisa menjadi penulis artikel. Saat masih di pesantren, saya hanya suka menulis puisi dan cerpen. Setelah berjalan, saya mulai penasaran dengan jenis tulisan nonfiksi. Salah satunya artikel ini. Belajarlah saya secara otodidak. Belum pernah masuk kelas menulis artikel kecuali setelah saya menekuni lebih jauh. Semua saya pelajari sendiri dengan membaca banyak artikel yang terbit di media.
Kenyataannya? Memang tidak mudah. Tapi, saya termasuk orang yang percaya bahwa kemampuan menulis tidak diturunkan sejak lahir. Iya, jika kamu ingin menjadi penulis, kamu bisa mempelajarinya. Ilmu menulis bisa dipelajari dan tidak tergantung pada bakat seseorang. Selama mau berusaha, mau mencari tahu, Insya Allah kamu juga bisa sebaik penulis lainnya.
Sebenarnya apa untungnya bisa menulis artikel terutama yang bisa terbit di media? Selain bisa dikenal oleh banyak orang, penulis artikel juga bisa mendapatkan banyak penghasilan. Jika dulu artikel saya hanya dihargai sebutir debu, sekarang satu artikel saja bisa dihargai hampir Rp. 500 ribu. Masya Allah. Nggak pernah membayangkan sebelumnya bakalan dapat penghasilan yang lumayan dalam waktu yang cukup singkat.
Tapi, jika kita menulis hanya karena uang dan uang, seperti yang sering saya katakan, itu bakalan bikin kita capek, hambar, dan nggak terlalu menikmati passion kita sendiri. Apalagi kalau sampai bertemu dengan platform yang nggak amanah alias nggak mau membayar hak kita sebagai kontributor. Emangnya ada? Banyak!
Jadi, mulai sekarang, sebelum kamu benar-benar berniat serius menekuni profesi ini, cobalah luruskan niatmu dulu. Sebenarnya saya menulis untuk apa? Apa hanya sekadar untuk mencari materi, biar tenar, atau apa?
Apa pun alasannya, tetap jadilah bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kamu. Pastikan setelah berhasil, jangan pelit-pelit berbagi ilmu pada juniormu. Ketika telah sukses, ujian kamu adalah mudah meremehkan orang yang belum paham, merendahkan, dan mengabaikan. Ingat, sukses kita bukan hanya karena usaha kita, tetapi sebab ada campur tangan Allah di sana. Tetap santun dan senang berbagi ilmu, Insya Allah apa yang kamu kerjakan tidak hanya akan memberikanmu kepuasan materi, tetapi juga bisa jadi amal jariyah untuk akhiratmu kelak.
Tapi, saya belum bisa menulis artikel. Bagaimana saya bisa memulainya?
Pada postingan kali ini, saya mau berbagi panduan lengkap bahkan mungkin paling lengkap yang pernah saya tulis, yang biasanya hanya saya berikan di kelas menulis artikel online saja. Silakan simak baik-baik dan perhatikan apa saja yang perlu kamu kerjakan supaya artikel kamu layak terbit dan bisa dibaca banyak orang.
1. Buat artikel bentuk listicle
Apa sih artikel jenis listicle itu? Listicle merupakan artikel bentuk daftar atau mencantumkan poin-poin di dalamnya. Contohnya ‘7 Hal yang BikinKesendirianmu Lebih Bermakna, Bukan Hanya Sekadar Jomblo Aja!' atau 'Hindari 5 Kesalahan yang Bisa Membuat Kamu Gagal jadi Penulis' yang diterbitkan oleh dua platform berbeda.
Kedua jenis artikel itu memuat daftar atau poin-poin tertentu. Kenapa harus pakai listicle? Karena pembaca di dunia maya itu biasanya hanya meluangkan waktu sebentar untuk membaca artikel di smartphone-nya. Mereka juga akan jenuh dan bosan jika artikel yang disuguhkan tidak berupa daftar. Coba kamu bayangkan jika tulisanmu padat merayap seperti jalanan ibu kota, pastinya bikin puyeng dan nggak bisa fokus pada poin tertentu yang ingin disampaikan.
Dan lagi, artikel jenis listicle ini lebih mudah ditulis terutama bagi pemula karena kamu nggak perlu menulis poin tertentu sepanjang rel kereta api. Cukup tulis penjelasan singkat pada tiap poin. Karena itu, buat pemula dan ingin menulis untuk media seperti Estrilook, IDN Times atau Hipwee, sangat disarankan menulis dalam bentuk listicle.
2. Bagian-bagian artikel bentuk listicle
Apa saja yang perlu kamu tulis dalam artikel bentuk daftar selain poin-poin? Pertama kamu harus membuat minimal dua paragraf pembuka. Menjelaskan secara singkat dan menarik apa yang akan kamu bahas selanjutnya. Kedua, kamu harus membuat daftar berupa poin-poin yang akan kamu angkat pada artikel tersebut. Urutannya apakah ada aturannya? Itu semua tergantung pada tema yang kamu angkat. Ketiga, kamu harus membuat minimal satu paragraf penutup. Jangan main pergi saja tanpa salam penutup, ya.
Pengalaman selama menerima artikel dari para kontributor di website Estrilook, ada beberapa artikel yang tidak menggunakan paragraf penutup. Iya, jadinya editor juga malas dong mau menerima karena di platform kami sudah ada panduan menulisnya juga. Jadi, perhatikan baik-baik apa yang akan kamu tulis nanti.
3. Tulis artikel minimal 300 kata
Ya Allah, buat pemula, menulis 300 kata itu susah banget! Baru menulis satu kalimat saja sudah dihapus tulis beberapa kali. Eits! Kalau mau jadi penulis, tolong jangan mengeluh. Kalau kebanyakan mengeluh, mending kamu ambil bantal dan selimut, kemudian tidur yang nyenyak…haha.
Awalnya pasti nggak mudah menulis dalam jumlah yang banyak. 300 kata itu standar yang diberikan di beberapa media. Minimal 300 kata. Bahkan kalau sekarang, blogger cenderung menulis minimal 500 kata supaya lebih mudah dikenali oleh mesin pencari. Yang pemula pastinya sering mentok menulis di angka 100 atau bahkan kurang.
Kenapa bisa begitu? Karena kamu tidak terbiasa menulis setiap hari. Jika kamu membiasakan diri menulis lebih sering, membaca lebih banyak buku, pastinya kemampuanmu menulis akan semakin bertambah juga, kok.
Nah, mulai sekarang, banyaklah berlatih supaya tulisanmu bisa panjang mengular, tetapi poin-poin pentingnya bisa tetap didapatkan.
4. Tulis judulmu semenarik mungkin dan dengan ejaan yang tepat
Bagaimana cara menulis judul yang tepat? Judul harus ditulis dengan huruf besar kecuali kata penghubung. Kata penghubung itu apa saja? Seperti ‘yang’, ‘di’, atau ‘dan’ serta masih banyak yang lain.
Penulisan judul yang kurang tepat akan membuat artikelmu kurang menarik. Pemilihan kata yang kurang tepat juga bisa membuat orang malas membaca artikelmu. Judul itu ibaratnya pandangan pertama. Kalau judulmu menarik, orang akan melanjutkan membaca isinya. Jika tidak, kamu harus rela ditinggalkan oleh mereka.
5. Bagaimana cara menulis sub judul pada daftar artikelmu?
Sebenarnya, ada dua cara menulis sub judul pada poin-poin dalam artikel. Pertama sama seperti membuat judul utama, kedua seperti yang saya tulis dalam postingan ini. Lalu yang benar yang mana? Saya sebenarnya lebih cenderung yang pertama. Beberapa editor yang saya tanya juga menjawab hal yang sama. Tapi, setiap kali saya kirimkan artikel ke beberapa media, selalu mereka ubah jadi seperti yang saya pakai sekarang ini. Jadi, kamu bisa pertimbangkan keduanya. Selalu pakai bold supaya bisa lebih fokus.
6. Cantumkan sumber referensi
Sumber referensi ini biasanya bisa kamu tulis ketika mengutip sebuah kalimat dari artikel lain. Jangan gengsi menulis sumber artikel, sebab itu adalah sebuah keharusan, kecuali kamu menulis artikel berupa pengalaman pribadi dan tidak memakai referensi artikel lain sama sekali.
Di beberapa media terutama di UC News, menyebutkan sumber referensi itu perlu dan wajib. Kalau tidak, artikel kamu tidak akan lolos dan ditolak seketika.
Nah, untuk penulisan sumber referensi ini, kamu bisa melakukannya dengan dua cara. Pertama, sumber yang ditulis di dalam artikel secara langsung. Contohnya, “Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus seperti dilansir muyass.com."
Dan yang kedua ditulis di akhir paragraf penutup atau di akhir. Misalnya setelah paragraf penutup, kamu sebutkan semua sumber referensi yang sudah dipakai dengan cara seperti ini,
Sumber:
www.muyass.com
dll
7. Gunakan gambar menarik dan cantumkan sumbernya
Artikel tanpa gambar itu akan sangat hambar. Iya, seperti sayur tanpa garam. Pengalaman visual seseorang itu amatlah penting. Saya pribadi entah karena merupakan tipe belajar visual atau gimana, ketika membaca artikel tertentu, gambar itu akan sangat menentukan juga apakah artikel menarik atau tidak.
Jadi, setiap kamu menulis artikel, baik di platform tertentu ataupun di blog, cobalah perhatikan gambar yang kamu pilih. Jika kamu masih bingung bagaimana cara mendapatkan gambar yang bagus. Situs gambar gratisan itu bisa banget kamu pakai untuk keperluan menulis artikel. Jika tidak ada yang cocok, kamu bisa mencarinya di Google.
Tapi, jangan lupa, kamu juga harus menuliskan sumbernya di bawah foto tersebut. Misalnya seperti sumber gambar yang saya pakai dalam postingan ini. Kamu bisa cek langsung, ya!
8. Pakai aplikasi serba bisa ‘Canva’
Untuk mengubah ukuran gambar, mencari gambar-gambar lucu dan menarik, serta menambahkan text pada gambar, kamu bisa banget pakai aplikasi Canva yang bisa digunakan di smartphone hingga di laptop. Bagi seorang blogger, aplikasi satu ini berharga banget karena saya rasa memang serba bisa dan dapat diandalkan *seperti teman hidup kwkwk. Selain itu, buat saya pribadi yang suka menggambar, ada satu lagi aplikasi menarik lainnya, yakni Ibis Paint X. Saya menggambar dan membuat header blog ini dengan Ibis juga. Kedua aplikasi ini perlu kamu tahu. Jika memang nantinya tidak diperlukan saat menulis artikel, keduanya bisa berguna ketika kamu mulai ngeblog.
9. Apa itu rewrite?
Apa itu rewrite? Jika kamu merupakan penulis pemula dan ingin sekali menulis artikel, kamu bisa membuat artikel rewrite. Iya, kamu bisa menulis artikel dengan tema yang sama seperti yang ditulis oleh orang lain, tapi dengan gayamu sendiri, dengan bahasamu sendiri. Rewrite juga punya aturan, nggak sembaranga artikel bisa kamu pakai seenaknya.
Ada baiknya kamu tetap membuat artikel yang unik dan berbeda. Bagaimana caranya? Coba kamu cari minimal 5 artikel dengan tema yang sama, tetapi dengan gaya berbeda. Baca semua artikel tersebut dengan sungguh-sungguh hingga kamu paham maksudnya.
Setelah itu, tutup semua artikel itu dan mulailah menulis. Meski hal semacam ini dibolehkan, tetapi seorang penulis yang baik tetap harus menjaga etika jangan asal nyontek artikel orang lain. Bagi kami yang berjuang keras untuk menulis, disontek itu sakit banget, lho…haha. Saya juga pernah blogwalking ke blog seseorang, dan karena dia pernah nyeletuk suka copas, akhirnya saya benar-benar cek artikelnya. Dan jeng jeng…haha. Beneran dia hanya copas dari artikel lain.
Meski itu bukan artikel saya yang dicopas, saya merasa itu nggak beretika. Iya, untuk apa disebut blogger kalau kerjanya hanya sontek sana sini. Mending jadi diri kamu sendiri dan tulis apa yang kamu mampu dan kamu kuasai. Itu jauh lebih baik.
10. Pastikan artikelmu lolos cek plagiat
Zaman sudah secanggih ini. Nggak akan sulit melihat artikel seseorang, apakah itu hasil copy paste dari artikel orang lain atau benar-benar hasil jerih payah sendiri. Iya, saya bahkan bisa tahu artikel itu awalnya ambil dari situs mana. Bisa dari Facebook, artikel di beberapa media, atau situs lain.
Sebelumnya, apakah kamu paham apa itu plagiat? Plagiat adalah pencurian karya orang lain. Yang namanya mencuri sudah pasti nggak ada izin, ya. Dan pencurian karya berupa tulisan itu banyak banget terjadi terutama artikel di media online. Jadi, sebelum kamu mengirimkan artikel, cobalah langsung cek sendiri apakah artikel kamu masih termasuk artikel plagiat atau tidak.
Cara ceknya bagaimana? Copas saja artikel kamu ke sini dan klik ‘chek plagiarism’. Pastikan artikelmu lolos 100%, jika pun terdeteksi plagiat, itu hanya untuk kutipan sedikit atau berupa hadist serta ayat Alquran. Selebihnya usahakan tidak ada.
11. Bagaimana supaya artikelmu tidak termasuk plagiat?
Seperti yang saya katakan sebelumnya pada poin ke-9, kamu harus membaca baik-baik semua sumber referensi dan tutuplah. Tulis dengan gaya bahasamu sendiri. Ada baiknya kamu hanya menulis apa yang kamu kuasai, jadi nggak ribet-ribet mencari sumber referensi, kan? Dengan begitu, artikelmu bisa lebih mudah diselesaikan tanpa harus sontek ke sana kemari.
12. Bagaimana saya mendapatkan ide?
Bagaimana saya bisa mencari ide? Buntu! Mentok! Haha. Ide itu ada di mana-mana. Iya, semua bisa jadi ide tulisan yang menarik asalkan kamu mampu mengolahnya dengan benar. Sebaiknya, jangan ribet-ribet mencari ide yang berat, karena justru nanti hasilnya garing banget. Coba kamu ambil tema yang kamu kuasai.
Misalnya, untuk seorang guru, kamu bisa menulis tentang pendidikan, seorang dokter bisa menulis artikel kesehatan, seorang IRT tanpa ART bisa menulis managemen waktu atau parenting, dan masih banyak lagi ide menarik lainnya yang bisa kamu tulis.
13. Modal menulis artikel yang harus kamu punya
Saya nggak punya bakat menulis, bisanya baca tulisan orang saja. Yup! Itu selalu dikatakan oleh mereka yang ingin memulai, tapi kadang belum percaya diri. Menulis itu bukan bakat, tetapi kemampuan yang bisa dipelajari, kok. Kamu hanya perlu berani memulai saja. Modalnya apa? Banyak menulis dan banyak membaca! Iya, kerjakan saja keduanya tanpa banyak alasan.
14. Dapatkah saya menulis artikel lewat smartphone?
Sejak mengenal UC News, saya dipertemukan dengan teman-teman yang aktif menulis dengan hanya bermodalkan smartphone saja. Jujur saja, mereka keren banget. Saya pribadi mencoba beberapa kali sudah pusing karena harus lebih telaten.
Jadi, jika kamu nggak memakai laptop, nggak ada masalah. Itu bukan alasan untuk berhenti berkarya. Zaman dulu masih di pesantren, saya bahkan hanya menggunakan buku tulis dan pulpen saja. Itu bisa jadi beberapa novela dan kumpulan cerpen.
Lalu bagaimana cara mengirimkannya? Kalau mau kirim ke platform tertentu, kamu bisa langsung menulis di website mereka. Misalnya seperti di Estrilook.com, UC News, IDN Times, atau Hipwee. Nah, jika kamu harus mengirimkan artikel lewat email, tentu kamu harus menyimpannya dulu di ms word menggunakan aplikasi WPS Office. WPS ini bisa kamu gunakan dengan mudah. Kamu bisa menulis dan menyimpannya di smartphone kemudian mengirimkan file-nya lewat email atau Whatsapp.
15. Lupakan dulu SEO dan fokuslah menulis
Ya, ya. Kalau jadi blogger memang penting tahu SEO karena itu jalan terbaik untuk meraih posisi page one Google. Tapi, buat kamu yang berniat mengirimkan artikel ke media online, ada baiknya kamu abaikan dulu SEO ini sebelum buyar semangat menulismu. Biasanya di beberapa media sudah ada sendiri yang mengatur SEO ini, jadi kamu hanya perlu menulis dan menulis saja, ya!
Eh, memangnya SEO itu apa? SEO adalah search engine optimization yang merupakan pengoptimalan mesin penelusur dan berguna meningkatkan peringkat website atau blog kita.
16. Jangan malas mengedit artikelmu sendiri
Setelah berhasil menulis artikel, kamu perlu mengeditnya dulu sebelum dikirimkan ke media. Iya, editor tugasnya hanya membenahi sedikit saja kesalahan pada tulisan kamu, bukan mengubah. Dan perlu kamu ingat, editor itu sangat eneg kalau sampai melihat artikel orang yang berantakan..haha.
Bayangkan saja, mereka harus menerima banyak banget artikel, kalau di platform populer seperti Hipwee dan IDN Times, sehari bisa berapa artikel masuk, dan tiba-tiba bertemu artikel yang berantakan, nggak diedit, pastinya mereka langsung auto nolak..hehe.
Bisa mengedit tulisan sendiri itu perlu banget. Saya termasuk orang yang tidak menomorduakan ilmu ini. Sempat ikutan kelas editor juga karena merasa ngedit naskah minimal punya kita sendiri adalah hal penting. Ini juga menentukan apakah naskah kita akan diterima atau ditolak.
Sampai sekarang, ketika menulis, saya masih membuka KBBI online juga untuk membenahi dan memeriksa kata-kata yang nggak sesuai ejaan. Capek, ya? Kalau kamu memang suka menulis, hal semacam ini menyenangkan, kok.
17. Tunjukkan artikelmu pada orang lain, tanyakan pendapat mereka
Ada baiknya kamu tunjukkan dulu pada teman dekatmu dan minta dia membacanya. Biasanya, ketika baru menulis, kita nggak peka sama kesalahan sendiri. Sedangkan orang lain tentu sangat pandai menilai apakah artikel kita layak, nyaman dibaca, atau bikin mual? Hihi.
18. Beberapa jenis artikel yang bisa kamu tulis
Untuk pembahasan satu ini, saya hanya akan membahas beberapa kategori artikel yang biasa terbit di media. Kamu bisa menulis artikel traveling, kuliner, parenting, kesehatan, dunia hiburan, atau inspirasi. Banyak banget ide yang bisa kamu ulik dari beberapa kategori tersebut.
Karena alasan kecintaan saya pada profesi satu ini, akhirnya saya memutuskan menulis banyak hal dalam buku yang Insya Allah akan terbit dalam waktu dekat. Yup! Buku 'Jago Nulis Artikel, Ubah Hobi jadi Profesi' merupakan buku keempat saya setelah 'Agar Suami Tak Mendua'.
Nah, kira-kira itulah beberapa poin yang harus kamu pahami sebelum memutuskan menulis artikel. Satu postingan ini sudah lebih dari 2500 kata…kwkwkwk. Mohon maaf jika terlalu panjang karena keadaan yang memaksa *drama deh. Semoga postingan ini bisa bermanfaat dan dapat memotivasi kamu. Yuk, terus berkarya dan jangan lupa bahagia.
Salam,
Wow... Kerreeenn... Kerreeen bingiitt. Lengkap. Syukron, Ukhtiiii
ReplyDeletetipsnya bagus mbak, apalagi buat pemula seperti saya, yang nulisnya masih acakacaknya,,,
ReplyDeleteMaa syaa Allah.
ReplyDeleteBarakallahu fiik, Mbak Muyass.
Trims tipsnya mbak, akan saya coba terapkan
ReplyDeleteOh mbanya nulis di UC News jg to. Saya baru mulai sebulanan ini, sedang jatuh bangun krn poin kredit dikurangin terus (kesalahan saya krn tidak mempelajari betul2 aturannya). Di platform semacam UC News, artikel2 ringan tapi informatif memang banyak banget viewnya. Memainkan artikel dengan poin-poin jg bikin pembaca enjoy. Nice sharing mba :)
ReplyDeletekak, bukunya bisa dibeli di mana? saya pengen baca..
ReplyDeleteMasya Allah...afwan :D
ReplyDeleteTerima kasih...
ReplyDeletewa fiik barakallah :)
ReplyDeleteSama-sama...
ReplyDeleteSaya sudah setahunan di UC, sekarang sudah kurang aktif. Poin kredit kalau berkurang berbahaya..hehe..kalau poin indeks masih mending mudah naiknya...
ReplyDeleteBisa dibeli di Shopee juga ada kok...
ReplyDeleteMantap, bisa di coba terimakasih kak ilmunya
ReplyDelete