Kebanyakan orang enggan dan takut berbagi. Sebab logikanya, ketika kita mengambil uang di dompet kemudian membagikannya kepada orang lain, tentu saja uang di dompet kita akan berkurang. Bagaimana jika dikerjakan setiap hari? Pastinya akan habis dalam waktu singkat. Orang-orang pun menjadi khawatir, bagaimana dia bisa makan besok? Bagaimana dia harus membayar kontrakan bulan depan sedangkan tanggal gajian saja masih jauh. Karena terlalu banyak mengkhawatirkan ini dan itu, akhirnya dia pun enggan berbagi.
Padahal, jika kita tawakal, menyerahkan semuanya pada Allah, pada Rabb yang menciptakan kita dan menjamin rezeki kita, pikiran seperti itu tidak akan datang. Urusan bersedekah, membagikan sebagian harta yang kita miliki pada mereka yang berhak tidak bisa disandarkan pada logika manusia. Pikiran kita tidak akan sampai ke sana.
Sedangkan Allah sesungguhnya telah menjamin akan melapangkan rezeki bagi orang-orang yang mau berbagi. Masya Allah, tapi kadang kita sendiri yang tidak percaya dengan janji Allah. Padahal, Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, berbeda dengan manusia yang bisa jadi akan ingkar.
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah kamu menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tahukah kamu? Sesungguhnya rezeki itu bergerak. Jika kamu punya uang, jangan biarkan dia diam di dalam rekening, sedekahkan sebagian uang itu, tunaikan zakatnya, maka rezeki lain Insya Allah akan datang.
Apakah besok uang kita akan bertambah berkali lipat? Rezeki itu tidak selalu berupa harta melimpah. Kadang, ada orang kaya, punya mobil banyak, uang banyak, tetapi tidak bisa menikmati karena penyakitnya yang sulit sekali diobati. Dia justru sibuk bolak balik ke rumah sakit. Dia tidak sempat makan di restoran mewah karena dokter melarangnya makan di luar. Dia tidak bisa menikmati mewahnya mobil termahal di garasinya karena dia tidak mungkin pergi traveling keliling Indonesia disebabkan penyakitnya.
Iya, rezeki itu memang tidak selalu berupa harta. Kesehatanmu juga merupakan rezeki. Sholeh dan sholehahnya putra putrimu juga adalah rezeki. Kita tidak perlu punya harta banyak, asalkan berkah, kita akan merasa tenang dan selalu merasa cukup dengannya.
Utamakan keluarga dan orang terdekatmu
Cobalah tengok orang-orang di sekitarmu, utamakan keluarga dekatmu sendiri. Bisa jadi ada saudaramu yang sedang kesulitan membayar SPP anaknya, atau malah orang tuamu masih punya keinginan yang belum terwujud hingga memasuki usia senja?
Sejak menikah dan menetap di Jakarta, saya dan suami berjuang untuk memiliki rumah sendiri tanpa harus merepotkan orang tua. Nyatanya tinggal di Ibu Kota dan jauh dari orang tua bukanlah perkara mudah. Kami memutuskan tidak akan membeli rumah dengan bantuan Bank meski sebenarnya terasa mustahil untuk membelinya dengan hanya bermodal uang tabungan yang ada.
Tapi, Masya Allah, Allah bantu niat baik kami supaya terhindar dari riba. Hingga berselang beberapa bulan setelah menikah, kami pun bisa segera membeli rumah tanpa pinjaman dari Bank sepeser pun. Allah kirimkan orang-orang baik di sekitar kami. Allah bantu kami dengan cara yang rasanya mustahil terjadi saat itu.
Selang beberapa tahun, Allah memberikan kami rezeki yang insya Allah sangat cukup bahkan berlebih. Jika mengikuti gengsi sebagai orang yang merantau di Ibu Kota, mungkin saat itu kami sudah memilih membeli sebuah mobil. Tapi, kami sadar, setelah memiliki rumah, bukan mobil tujuan utamanya, melainkan kewajiban menunaikan ibadah haji.
Haji memang diperuntukkan bagi orang yang mampu. Tapi, mampu di sini tentu saja harus diusahakan, tidak datang begitu saja. Sebelumnya, saya dan suami menyisihkan tabungan kami untuk membuka tabungan haji. Tidak banyak nominalnya, tetapi kami memberanikan diri memulainya. Saya pribadi percaya, Allah akan membantu niat baik dan kesungguhan kami.
Dan benar saja, 2014 kami diberikan kesempatan untuk mendaftar. Kami sempat memikirkan dua pilihan, apakah akan mendaftarkan haji bagi kami pribadi atau bagi mertua yang sangat ingin melihat Kakbah?
Usia mertua sudah sangat sepuh. Antrian haji bisa mencapai belasan tahun saat itu. Rasanya itu terlalu lama bagi mereka. Mustahil mereka harus mengubur lagi keinginan yang sudah lama disimpan. Mereka memang tidak pernah meminta pada kami. Mereka juga tidak pernah mengeluhkan apa pun. Tapi, kami paham mereka sangat ingin berangkat ke Mekkah dan melihat Kakbah.
Haji tentu saja tidak wajib bagi mereka berdua mengingat kondisi ekonomi memang sangat tidak memungkinkan. Saya berusaha memberikan saran terbaik pada suami, memberangkatkan umroh bagi mertua secepatnya.
Qadarallah, kedua mertua saat itu akhirnya bisa berangkat umroh dan bisa melihat Kakbah secara langsung. Dan kami, Alhamdulillah juga bisa langsung mendaftar haji. Betapa Allah sangat memudahkan urusan kami saat itu. Kalau mau pakai logika manusia, rasanya itu tidak bisa kami lakukan bersama sekaligus.
Orang tua atau mertua bukan termasuk orang yang berhak mendapatkan sedekah dari kita. Sebab mereka adalah kewajiban dan tanggung jawab kita. Saya sangat percaya, pintu rezeki kita datang lebih lebar dari mereka. Sebelum kita memuaskan keinginan pribadi, coba lihatlah orang tua sendiri, apakah mereka sedang kesulitan dan membutuhkan? Apakah ada keinginan yang belum tercapai? Jika ada, maka mengalahlah demi mereka.
Awal tahun 2018 lalu, bapak mertua akhirnya meninggal setelah sakit beberapa bulan. Jika ingat, pastinya kami sangat bersyukur karena beliau sudah berangkat umroh dan melihat Kakbah. Jika saja harus menunggu antrean haji, tentu saja beliau belum juga berangkat.
Orang tua pastinya pantang sekali mengeluh pada anaknya. Bahkan meski tak punya sebutir beras untuk makan sekalipun, mereka tidak akan meminta pada anak-anaknya. Maka tugas kita sebagai anak yang harus memahami keinginan dan kebutuhan mereka.
Melihat mertua sudah berangkat umroh, saya pun terbesit keinginan untuk berangkat. Tapi, tentu saja itu bukan keinginan yang mudah diwujudkan. Apalagi saya berkeinginan bisa berangkat bersama suami sekaligus anak-anak. Hampir sebulan penuh impian itu selalu saya lantunkan dalam doa usai shalat fardhu. Meski terdengar sangat mustahil, tapi saya tidak pernah ragu memintanya pada Allah. Sebab Allah yang punya langit dan bumi. Tidak sulit bagi Allah mewujudkan keinginan seorang hamba, sangat tidak sulit.
Qadarallah sebelum mertua sakit, ada kerabat mengajak kami umroh bersama. Awalnya suami menolak karena merasa itu terlalu berat apalagi jika harus membawa serta anak-anak. Tapi, pada akhirnya suami mengiyakan. Masya Allah, rasanya hampir tak percaya jika saya benar-benar akan berangkat umroh bersama keluarga kecil kami. Yang awalnya sulit kemudian dimudahkan. Yang awalnya seperti mustahil tiba-tiba Allah wujudkan. Yang awalnya tidak ada, kemudian Allah berikan.
Ketika kita membantu orang lain, maka jangan khawatirkan apa pun, sebab Allahlah yang akan membantu kita nanti. Dan itu sungguh sangat nyata terjadi. Selang hanya beberapa minggu setelah bapak mertua meninggal, kami pun berangkat umroh sekaligus ke Turki. Rasanya masih tidak percaya meski sebenarnya sejak lama saya memimpikan dan selalu berdoa. Bukan hanya umroh, kami bahkan menginap di Turki selama 3 hari dua malam.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al Baqarah: 261)
Betapa nyata janji Allah bagi orang-orang yang memercainya. Dan akan terdengar sangat mustahil bagi orang-orang yang mengingkari kebenarannya.
Bantulah orang lain sebisamu
Membantu tidak harus ketika kita punya banyak uang. Justru ketika kita sedang kesulitan, sebisa mungkin banyaklah bersedekah dan membagikan harta. Tidak harus berupa uang berjuta-juta. Lakukan sebisamu. Jangan khawatir, Allah sudah menjamin rezekimu.
Zaman sekarang, kamu tidak perlu mengunjungi daerah tertentu untuk menyampaikan donasi kepada mereka yang membutuhkan. Iya, saat ini sungguh banyak orang-orang yang sedang kesulitan, baik di negeri sendiri ataupun di negara lain seperti Timur Tengah.
Nah, tugas kita yang mampu dan lapang adalah saling membantu baik moril ataupun materiil. Tapi, bagaimana kita bisa menyalurkan bantuan atau donasi pada lembaga yang tepat?
Alhamdulillah, saat ini kamu bisa berdonasi dengan mudah lewat Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa merupakan Lembaga Filantropi Islam yang bersumber dari dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf atau dana-dana halal lainnya. Dana yang kamu kirimkan, baik berupa zakat, infak, sedekah atau dana lainnya akan dipergunakan dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui kegiatan humanitarian serta wirausaha sosial profetik.
Tidak hanya membangun lembaga-lembaga kesehatan yang diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan, Dompet Dhuafa juga membuka program-program pemberdayaan masyarakat sehingga dapat melahirkan entrepreneur dan membuka lapangan kerja baru, memutus rantai kemiskinan yang saat ini jumlahnya cukup tinggi di negara kita.
Meski zaman sudah semakin canggih, namun nyatanya, masih banyak anak yang putus sekolah akibat kurang mampu. Melalui Dompet Dhuafa, anak-anak yang putus sekolah bisa dibantu melanjutkan pendidikannya melalui beasiswa serta program pendidikan.
Tidak hanya itu, Dompet Dhuafa juga merangkul para relawan untuk terjun langsung membantu saudara-saudara kita yang sedang mengalami bencana atau musibah. Sebab kita adalah saudara. Sudah sepatutnya kita saling membantu meringankan beban orang lain yang sangat membutuhkan.
Jangan takut berbagi. Sebab dengan berbagi, kita bisa membantu meringankan beban saudara-sadara kita yang sedang ditimpa kesulitan. Dan dengan membantu meringankan kesulitan orang lain, kita bisa merasa jauh lebih bahagia dan berarti.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Salam,
Masyaallah sedekah ini efeknya dahsyat ya mba, kalau dipikir secara logika saya beli rumah kalau tanpa perencanaan yg matang akan terasa susah tanpa bantuan bank, juga kalau daftar haji dan berangkat umroh dalam waktu yang berdekatan juga menurut saya tidak mungkin ya klo pakai logika, sepertinya saya harus belajat banyak ttg ilmu ikhlas dan sedekah ini, terima kasih atas sharingnya ya mba muyas :)
ReplyDeleteBenar, Mbak. Janji Allah itu pasti dan memang kita harus yakin bahwa niat baik kita akan ditolong oleh Allah... :)
ReplyDeleteJangan takut berbagi karena kita tak akan miskin jika berbagi dengan sedekah, infak, dan lainnya. Insya Allah. Kalimat itu mestinya ditanamkan secara otomatis di dalam benak agar lebih banyak lagi orang yang ikhlas untuk membantu sesama.
ReplyDeleteSaya sedih masih ada insan egois yang menganggap berbagi itu hal memberatkan, syukurnya masih banyak yang peduli dan menyalurkan niat berbagi pada Dompet Dhuafa. Maknanya sangat mendalam dan memberi kebaikan bagi si pembagi untuk dunia akhirat.
Semoga menang lombanya, Mbak. Salam.
Subhanallah, berbagi tidak akan mengurangi ya mba, bukan perkarya uang saja, saya yakin tulisan dari blog yang bemanfaat akan mendapatkan kebaikan tak terduga bahkan saat kita tertidur, insya allah
ReplyDelete