Pernah nggak nulis artikel tapi fee nggak dibayar? Padahal menulis itu meski kelihatan gampang, kenyataannya lebih sering bikin orang mual. Ya, menulis itu butuh banyak persiapan. Harus cari sumber yang benar, harus cari beberapa referensi, harus banyak membaca, harus menulis yang rapi, butuh waktu yang kadang ngorbanin waktu istirahat. Dan cuma penulis yang tahu rasanya ini. Betapa ini tidak mudah.
Kemudian, ketika hak sebagai penulis nggak dikasih, gimana rasanya? Eneg, mual, sebal, kesal, marah. Tapi, biasanya sebagian besar penulis meskipun berada pada posisi seperti ini, tidak bisa banyak melakukan apa-apa kecuali hanya berusaha untuk sabar dan meyakinkan diri sendiri bahwa ini adalah sebagian dari ujian untuk naik kelas. Drama dan lebay banget, nggak, sih? Nggak juga kok. Ini manusiawi banget terjadi. Saya yakin, siapa juga yang nggak kecewa ketika ini terjadi setelah perjuangan yang nggak mudah itu?
Hal semacam ini pasti banget terjadi pada beberapa penulis. Baik itu penulis buku ataupun artikel. Apakah saya pernah mengalami? Apa saya perlu membeberkannya di sini? Hihi. Saya nggak selebay itu kok. Menulis itu memang sudah menjadi passion buat saya. Menulis itu sungguh menyenangkan hati. Belakangan mulai merasakan jika menulis tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menghasilkan.
Tapi, sungguh sebal ketika fee kita nggak cair. Karena kadang saya menulis artikel hingga larut, kadang hanya tidur beberapa jam saja ketika harus mengerjakan artikel. Apakah semua demi materi? Ketika ada orang berharap untuk itu pun saya merasa itu bukan kesalahan. Semua orang memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Ada yang menjadikan profesi menulis sebagai pemasukan untuk memenuhi biaya hidup. Ada yang menulis hanya untuk menyalurkan hobi. Dan saya? Menyalurkan kegemaran dan ingin menghasilkan dari profesi satu ini.
Lalu bagaimana ketika ada orang yang nggak amanah, yang nggak memenuhi kewajibannya kepada penulis? Kebetulan, kamu ada di posisi sebagai penulis yang nggak dipenuhi haknya. Tarik napas dulu sebelum melanjutkan! hihi.
Kamu Nggak Sendiri
Ya, kamu tidak sendiri dalam hal ini. Saya yakin, hampir semua penulis pernah mengalami lika liku dalam dunia literasi yang cukup menguras air mata, bikin nyesek, bikin marah tapi nggak tahu harus apa, bahkan ada yang sampai difitnah teman sendiri. Yakinlah kamu nggak sendiri karena di sekitar kamu, tanpa kamu tahu juga banyak yang mengalami ini.
Hanya saja, kebanyakan dari penulis lebih suka mendiamkan setelah sebelumnya berusaha meminta haknya. Penulis tugasnya menulis, bukan berdebat. Bukan pula ngeyel soal siapa yang benar dan salah. Kadang percuma juga menagih berkali-kali tapi ujung-ujungnya nggak ada solusi. Apalagi jika sampai berbulan-bulan lewat.
Apakah saya pernah mengalami? Pernah. Bahkan beberapa kali. Fee satu juta lebih nggak cair setelah memenuhi kewajiban. Editor pun nggak bisa membantu. Menyerah karena itu keputusan atasannya. Lalu saya ngapain? Sebal? Banget. Kesal? Iya dong! Manusiawi banget, saya bukan malaikat. Tapi, setelah itu kita pun harus belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Kadang orang yang terbiasa tidak jujur dan nggak amanah dengan omongannya sendiri pasti juga sulit berubah. Apalagi tiba-tiba berubah.
Selain itu, apakah pernah mengalami hal serupa? Pernah. Bahkan untuk platform yang sebelumnya membayar tepat waktu kemudian nggak menepati kewajibannya. Pernah jadi juara tapi nggak dapat hadiahnya? Pernah kok *kenapa jadi bangga banget seperti menyebut prestasi..kwkwk.
Tapi, percayalah, masih ada banyak job buat kamu di tempat lain. Yang lebih nyaman dan nggak bikin nyesek. Hei! Kamu nggak sendiri. Ada banyak orang yang senasib denganmu. Yuk, belajar mengikhlaskan itu. Mungkin itu bukan rezeki kamu. Sebab yang namanya rezeki tentu tidak akan tertukar apalagi nggak sampai.
Belajar Ikhlas dan Sabar
Ini ujian buat kamu. Silakan raut pensil 2B, ya! Hehe. Untuk naik kelas, kamu harus melewati ujian. Dan inilah salah satu bagian dari ujian yang kamu hadapi sekarang. Setelah nulis sampai larut dan mual-mual, tiba-tiba nggak dibayar. Wow! Tega sekali.
Mungkin kamu mulai berpikir bahwa orang itu nggak punya hati. Apalagi nggak satu dua penulis yang dibohongi. Tapi, percayalah, semua itu akan ada balasannya masing-masing. Yang sekarang kamu simpan dalam hati, yang bikin kamu nyesek dan sakit hati itu akan terbuka tanpa perlu kamu koar-koar ke sana kemari. Allah itu nggak tidur. Yang bohong akan ketahuan belangnya.
Ikhlasin, sabarin. Ini ujian buat kamu karena kamu bakal naik kelas! Saya yakin, ada rezeki lain yang lebih berkah, lebih besar daripada yang hilang dan akan menggantikan kecewa dan sedihmu itu. Kuy, sabar!
Pengalaman Seperti Itu Akan Menguatkan Kamu
Setelah jatuh bangun, jungkir balik, dikerjain orang lain, dikatain, diremehkan dan semua yang bikin nyesek, insya Allah kamu akan berubah jadi pribadi yang lebih kuat. Masalah itu ada buat menguatkan kamu, lho. Bukan sebaliknya.
Seperti tubuh bayi, ketika terkena infeksi virus, dia akan membentuk antibodi yang kemudian membuat dia lebih kuat sehingga bisa melawan infeksi ketika usianya lebih besar dan imunnya lebih kuat. Maka seperti itu pula pengalaman menyedihkan yang harus kamu lewati. Ya, karena di depan kamu akan ada jurang yang lebih dalam, tanjakan yang lebih tinggi. Jika sejak awal kamu belajar dari masalah, ke depannya kamu akan lebih kuat menghadapi yang lebih besar daripada sebelumnya.
Pelajaran Untuk Tidak Melakukan Hal Serupa
Kamu tahu apa ujian orang yang udah di atas dan jago? Pertama, sombong. Kedua dia bisa jadi meremehkan orang yang kemampuannya di bawah dia. Ketiga, dia nggak menghargai orang lain. Keempat, bisa jadi dia bermain-main sama juniornya karena menganggap orang lain bukan apa-apa. Kelima? Nggak amanah karena merasa bisa melakukan apa pun kepada orang lain tanpa merasa orang benar-benar dirugikan karena ulahnya.
Semua itu jadi pelajaran berharga buat kamu. Jangan sampai ketika kamu ada di posisi itu kemudian melakukan hal serupa. Kamu boleh tinggi setinggi-tingginya, tapi jangan lupa berpijak. Nggak susah buat Allah mengubah posisi orang yang sekarang di atas kemudian jadi di bawah banget. Nggak susah. Jadi, cobalah profesional ketika bekerja. Dan itu juga perlu kamu lakukan ketika sudah ada di atas. Ingat, profesional!
Allah Nggak Tidur
Orang yang ‘merasa’ benar biasanya menganggap dirinya paling benar, sedangkan orang yang benar nggak pernah berpikir dirinya paling benar. Orang benar nggak perlu banyak membuktikan dan bicara pada banyak orang untuk membuktikan dirinya benar, sebab sejatinya dia paham, kebenaran punya cara sendiri untuk bicara.
Allah itu nggak tidur. Karena itu, jangan sedih karena hak kamu belum dipenuhi. Sebab Allah pasti akan membayarkannya tunai di dunia dan akhirat. Gusti Allah mboten sare. Yakinlah, Allah tahu dan mendengar doa hamba-Nya yang didzalimi.
Gimana, masih nyesek? Hehe. Sebenarnya ketika mengalami ini saya pun susah buat ikhlas dan sabar. Rasanya pengen bicara panjang lebar di media sosial. Tapi, ketika dipikir lagi, ngapain juga. Berarti itu bukan rezeki saya. Ketika kamu belajar untuk ikhlas, insya Allah, Allah ganti dengan yang lebih baik. Yuk, tetap semangat menulis dan menebarkan kebaikan. Jerih payahmu nggak akan sia-sia. Suatu saat akan berbuah manis, Yakinlah!
insyaAllah diganti lebih baik, bahkan diganti 3x lipat. Pengalamanku 😊
ReplyDeleteSuper sekali, bun. Semoga kita termasuk ke dalam orang2 yang selalu memegang amanah. Jangan sampai seperti mereka yang lalai. Aamiin
ReplyDeleteLuruskan niat menulis supaya apa pun yg terjadi terasa ringan adanya
ReplyDeletePesan yang bijak, buat bekal di masa yang akan datang ... terima kasih, Mbak.
ReplyDeleteSemoga bisa sekuat mbak Muyass dan semangatnya menular ke aku supaya tetap semangat nulis
ReplyDeletePerbaharui niat, kuatkan tekad dan ikhlas, itu mungkin ya mbak biar tetap bisa konsusten nulis. Hehehe
ReplyDeleteHuhu..teganya ya Mba.. padahal ITU kan hak orang lain ya..zalim.. terimakasih ya Mba..bisa jadi pembelajaran nih buat penulis supaya lebih meluruskan niat dlm Menulis juga lebih berhati-hati
ReplyDeletePenulis tugasnya menulis, bukan berdebat. Bukan pula ngeyel soal siapa yang benar dan salah 😂
ReplyDeleteTambah nyesek baca tulisanmu, mbak 🙈😅
Ya nyesek banget mbak klo 1 juta ga dibayar gitu. Aku aja 100rb klo ga dibayar2 diarep2 terus 😂
ReplyDeleteTapi emang kok mbak rejeki itu ga mungkin ga sampai. Kalau dibohongi dan akhirnya ga dibayar ya jelas memang bukan rejekinnya. yg penting sudah berjuang untuk haknya.
Jeng jeng jeng, siapakah dia yang tega mendzalimi emak estrilook ini? Siapa pun dia, pastinya Allah tidak tidur. Satu orang menutup pintu rezeki kita, seribu pintu akan dibuka Allah untuk kita.
ReplyDeleteSiapakah diaaa yang tegaaa hihihi tetap semangat ya Mbak Muy, in syaa Allah diganti berlipat aamiin
ReplyDeleteIya... solusinya belajar ikhlas dan sabar, sama kayak mantan yang udah nikah sama cowok lain, hehe
ReplyDeleteMasyaallah,semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Saya nulis satu artikel aja berhari-hari gak kelar. Nggak kebayang bikin artikel segitu banyaknya tapi gak dibayar.
ReplyDeleteYa Allah... Kok tega ya, padahal penulis sudah mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga. Penuh perjuangan saat membuatnya. Smg Allah mengganti yg lebih baik. Aamiin
ReplyDeleteAamiin, iyaa mbak..
ReplyDeleteAamiin, selalu ingatkan saya jangan sampai begitu :D
ReplyDeleteBetul, Mbak..
ReplyDeleteSama-sama, Mbak..
ReplyDeleteAamiin, Mbak..semangaat yaah :)
ReplyDeleteSetuju mbaak :)
ReplyDeleteSama-sama, Mbak..semoga tetap semangat
ReplyDeleteKwkwk, apa sih bun :D
ReplyDeleteKalau mau bener sendiri ya repot deh pokoknya. Lelah ngadepin orang begini. Tahu sendiri kek apa yang begini mah :D
Betul sekali, Mbak...hihi. Bukan rezeki..dan disuruh belajar sabar supaya ingat kita sebenarnya juga lemah dan nggak sehebat apa
ReplyDeleteBetul sekali, Bun..masya Allah..jadi ingat tiap didzalimi orang satu per satu naskah di-acc sampai nggak ada naskah tersisa di penerbit *artinya belum kirim lagi hihi
ReplyDeleteHaha..jeng jeng jeng nggak penting siapa itu ya mbak..yang penting gimana kita belajar dari semua itu
ReplyDeleteHaha..bisa aja beloknya ke mana :D
ReplyDeleteAamiin, Mbak..hihi..iya mbak..mual bikin artikel kadang karena waktu kita sebagai IRT sebenarnya nggak banyak. jadi curi waktunya malam..kurangi waktu istirahat
ReplyDeleteAamiin, Mbak..kadang orang seperti itu memang tidak mengerti betapa beratnya menulis.. :D dikira seenak membalik telapak tangan...
ReplyDeleteSubjudul: belajar ikhlas itu lebih dari sekedar dari menjelaskan.
ReplyDeletePernah pas awal2 dulu sebagai ghost writer buku ttg polisi yg mendadak viral sm buku ttg masa kecil obama d menteng
ReplyDeleteSampai sekarang bahkan belum
Pengin ngelupain tp baca ini jd inget wkk
Yang sabar ya Boss
ReplyDeleteBaca ini terus terang saya jd semakin bersemangat lagi buat nulis. Selama kuliah kemarin sangat sedikit waktu menulis yang luangkan, karena sibuk sana sini. Sekarang setelah lulus hasrat menulis kembali menggebu-gebu dan mau membayar apa yg belum saya capai sebelumnya. Sekarang saya siap mengalami lika liku menjadi penulis dan siap untuk belajar terus menerus.. :)
ReplyDelete"Allah tahu dan mendengar doa hamba-Nya yang didzalimi" betul sekali, Mba. Semoga Allah menggantinya dengan yang jauh lebih baik, ya. Dan menjadikan kita senantiasa menjadi orang-orang yang sabar.
ReplyDeletenasehat bijak:"Allah Nggak Tidur"
ReplyDeletethank you atas tips-nya
Oke..
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteKwkwk..sama, Mbak. Saya juga udah ngelupain tapi kadang banyak yang bikin inget...haha
ReplyDeleteHaha..kalau nggak sabar udah lapor :D
ReplyDeleteBetul sekali..
ReplyDeleteMasya Allah..semoga bisa terus bersemangat dan istiqomah menulis hal yang baik..
ReplyDeleteAamiin..
ReplyDeleteSama2..
ReplyDelete