PAS atau Penilaian Akhir Semester di sekolah si sulung semakin dekat. Alhamdulillah, kemarin bisa hadir dalam parenting sebelum ujian dimulai. Menariknya, kali ini ada Ustadz Eri Setiawan yang merupakan wakil pimpinan Pesantren Al-Quran Terpadu Ruhul Jadid serta Master Trainer “Super Study Skills” yang sudah tak diragukan lagi kemampuannya.
Tema kali ini adalah tentang komunikasi yang tepat antara orang tua dan anak. Wah, bener-bener jleb banget parenting yang diadakan pada Sabtu, 17 November kemarin. Kebayang, zaman sekarang gimana cara berkomunikasi dengan anak-anak? Ada yang bilang, beda banget dengan anak-anak zaman dulu yakni di masa kita. Kalau dinasihati pasti takutnya setengah mati, nurut, dan diem aja. Lain dulu lain sekarang, kalau dinasihati anak-anak zaman sekarang cenderung lebih banyak membantah, atau masuk telinga kanan, dan keluar dari telinga kiri.
Padahal, kita pun harus menyadari bahwa semua itu tidak melulu soal mereka yang hidup di zaman sekarang, tetapi juga sebab orang tuanya pula yang hidup pada zaman ini. Kalau orang tua zaman dulu udah pasti lebih banyak fokus sama anak, nggak main smartphone, nggak banyak nonton drakor..hehe.
Nah, karena itulah banyak komunikasi yang keliru. Anak-anak dinomor duakan, dikalahkan dengan dunia maya yang sebenarnya bikin candu dan nggak banyak gunanya. Keberadaan anak-anak menjadi tidak penting, nggak berarti. Kalau nyuapin sambil buru-buru, karena keburu pengen pasang foto selfie di sosial media. Jangan-jangan itu saya? Kwkwk.
Apa Saja Kesalahan Orang Tua Saat Berkomunikasi dengan Anak-anak?
Pernahkah kamu menyadari, jika kita sering sekali abai sebagai orang tua. Kita sering nggak konsisten sama aturan yang kita buat sendiri, kita sering memerintah, tetapi kita lupa ngasih contohnya. Dan lebih parah, kita nggak sadar kalau kita sudah salah sehingga nggak habis-habis menyalahkan anak. Lalu, apa saja kesalahan populer orang tua dalam membesarkan anak-anak?1. Memerintah
Kalau soal memerintah, kita paling jago. Tapi, giliran ngasih contoh ternyata nggak bisa. Dan gaya mendidik seperti ini pasti tidak dilakukan oleh sedikit orang tua saja, tetapi banyak. Contohnya seperti, “Bunda nggak mau tahu dan nggak mau denger lagi. Cepetan kamu masuk kamar, kerjakan PR kamu dan bereskan kamar kamu sekarang!”
Terus mukanya sambil dimiring-miringin, matanya melotot, duh, kek zombie banget..kwkwk. Gimana anak-anak nyaman kalau punya orang tua begini. Pasti komunikasi jadi nggak efektif lagi.
2. Menyalahkan
Padahal orang tua itu bukan malaikat, tapi hobi banget ngerasa paling benar, sedangkan anak-anak kita yang masih kecil selalu salah. Pliss, sadari kesalahan kecil yang mereka lakukan kadang wajar aja dilakukan oleh anak seusianya, tetapi kadang kita sering berlebihan ngasih label. Yang nakal, yang bandel, nggak mau dengerin. Ujung-ujungnya kita sendiri yang menyesal karena sudah mengatakan itu sehingga menjadi sugesti bagi anak-anak. Dan akhirnya? Mereka benar-benar nakal gara-gara orang tuanya sendiri!
Contoh kecil misalnya ketika mereka berlarian di teras, tentu itu wajar dong. Tapi, orang tua mulai gusar melihat, sehingga melarang mereka berlarian dengan alasan takut jatuh. Kalimat itu ternyata bisa jadi sugesti, lho. Ketika mereka jatuh, kita biasanya mengatakan, “Nah, jatuh ‘kan? Apa Bunda bilang. Nggak mau denger!” bilangnya sambil manyun pula, udah gitu nggak nolongin. Gemes nggak lihat ibu begini?
3. Meremehkan
Sering kita nggak sadar rupanya ucapan kita ternyata sedang menyakiti anak sendiri. Salah satunya dengan meremehkan kemampuan mereka. Padahal anak-anak bukan orang tua yang lebih banyak serba bisanya. Wajar mereka kadang masih belajar mengenakan baju atau sepatu. Tapi, tanpa hati orang tua sering berkata, “Pakai sepatu aja nggak bisa! Kamu bisanya apa, sih?”
4. Membandingkan
Percaya, deh, yang namanya dibandingkan dengan orang lain apalagi saudara sendiri itu rasanya nggak enak banget. Bisa-bisa anak dendam banget sama orang tuanya karena dibandingkan secara terus menerus. Gaya seperti ini sering tidak disadari, nyeplos gitu aja tanpa saringan..hehe. Padahal, percayalah setiap anak itu unik. Ada yang usia satu tahun sudah bisa berlarian, ada yang usia 16 bulan baru bisa berjalan. Itu contoh anak-anak saya sendiri. Selain itu, kemampuan mereka yang lain pun pastilah berbeda. Percayalah, nggak enak kok dibanding-bandingin dengan istri tetangga, begitu kata ustadz Eri kemarin. Jadi sadar kalau digituin, ya?
5. Memberi Cap
Ucapan adalah doa. Dan ucapan yang sering dilontarkan kepada anak-anak bisa jadi sugesti. Kalau baik, tentu akan menumbuhkan rasa percaya diri, ibaratnya vitamin bikin sehat. Kalau kalimatnya negatif, tentu seperti racun, bikin sakit, bikin kerdil sehingga anak-anak tumbuh tidak sebagaimana mestinya. Meskipun mereka nggak bisa diem, sering nyubitin anak tetangga, dan bikin heboh satu kelas, pliss jangan sebut mereka nakal atau bandel. Sebab itu akan tertanam dalam alam bawah sadar mereka dan membuat mereka benar-benar menjadi apa yang orang tua sebutkan.
6. Mengancam
Karena merasa kita lebih berkuasa, bisa melalukan apa pun, kita pun nggak sadar kalau kita sering mengancam anak-anak demi memuaskan keinginan kita. Ujung-ujungnya ngancem supaya mereka menurut. Padahal yang seperti ini justru berbahaya. Mereka takut dan menurut hanya karena ada kita, kalau nggak ada kita?
7. Membohongi
Yah, kena sentil! Membohongi ini sering dilakukan untuk meredam ketakutan dan kekalutan anak-anak. Semisal ketika diajak ke dokter, supaya mereka tidak takut, kita pun membohongi mereka dengan mengatakan bahwa disuntik itu tidak sakit, hanya seperti digigit semut. Padahal tahukan rasanya? Sampai sekarang saja saya tidak berani dan takut banget disuntik..hihi. Lalu harusnya bagaimana? Silakan disebutkan saja sewajarnya, tanpa menakuti juga. Karena jika sering diancam demi dengan alasan akan ada dokter datang menyuntik mereka, maka anak-anak pun akan trauma ketika benar-benar diajak ke dokter. Bahkan dokter pun kesel ketemu orang tua yang begini sama anaknya…hehe.
8. Menghibur
Kesalahan populer yang saya pun pernah melakukan adalah menghibur. Duh, sejak ada si bungsu, drama kakak adik ini kental banget di rumah. Kayaknya jarang denger mereka nggak ribut dan berebut. Sampai sampah pun kalau di pegang salah satu dari mereka, pasti berubah jadi emas..haha. Dan ternyata itu nggak boleh dilakukan. Misalnya kakak menghabiskan susu UHT si bungsu, saya akan bilang, “Besok kita beli lagi, ya? Besok Bunda belikan yang lebih besar ukurannya.” Dan ini cukup ampuh bikin mereka diam. Tapi rupanya tidak baik bagi mereka.
10. Menasihati
“Makannya kalau makan jangan sambil jalan, nanti tersedak.”
Duh, itu saya yang sering bilang. Sok bijak banget kayak mamah Dedeh..haha. Padahal cara seperti ini nggak dibolehkan, lho.
11. Mengeritik
Sering nyindir anak-anak dan mengeritik? Mengatakan jika tulisan mereka seperti anak TK padahal dia sudah SD, lho. Sakit nggak digituin? Pastinya sakit banget, tetapi kadang kita tak menyadari bahwa itu sebenarnya melukai mereka, ya.
12. Menyindir
“Bagus, ya. Habis mandi dan ganti baju malah main lumpur.”
Yang denger langsung melirik dan kabur kayaknya. Haha. Kalau kotor ya dicuci lagi saja ‘kan? Pasti anak sesimpel itu mikirnya. Tapi, emaknya sering berlebihan mikirnya, sehingga suka berlebihan pula ngasih reaksi sama anak-anak.
13. Menganalisa
Suka menganalisa? Kayaknya saya juga pernah melalukan ini. Kalau kebanyakan salah gini, bisa jadi nilai rapot saya merah semua karena banyak salah dalam mendidik anak-anak...hiks. Contoh menganalisa itu seperti apa? Misalnya ketika buku anak kita hilang, kemudian kita mengatakan berarti buku itu bukan diambil temanmu, tetapi tertinggal di kelas.”
Nah, lho. Jleb banget ‘kan semuanya? Belajar jadi orang tua memang nggak ada sekolahnya, tetapi pada kenyataanya ujianya pun nggak ada kelarnya, ya. Sebagai orang tua, kita perlu memosisikan diri supaya menjadi orang tua yang dapat mengambil hati mereka, asyik diajak curhat, nyaman, dan bikin mereka aman.
Ketika anak menerima kita, merasa nyaman dan aman dengan kita, maka mereka tak perlu mencari orang lain. Anak-anak yang kebanyakan berulah dan bertingkah, cenderung membantah biasanya disebabkan karena mereka merasa tidak lagi berhaga di mata orang tua. Sehingga mereka mencari orang lain yang dapat mendengar dan mengakui keberadaan mereka. Dan itu bahaya banget, jangan sampai terjadi pada anak-anak kita.
Anak itu adalah masa depan kita. Jika sejak kecil kita menjadikan mereka penting, berharga, maka saat dewasa nanti, mereka pun akan menyanyangi dan menghormati kita. Anak-anak yang tumbuh dengan utuh, akan menjadi pribadi penuh syukur, bahagia, dan luar biasa meskipun mereka kehilangan mata untuk melihat.
Apakah saya terlambat? Apakah kita terlambat memperbaiki yang sudah terjadi? Tidak ada kata terlambat. Cobalah meminta maaf jika selama ini sering berbuat salah kepada anak-anak. Maaf itu akan mengurangi luka mereka. Berikan kasih sayang, rasa nyaman. Dengarkan mereka, beri kesempatan mereka untuk bicara, jangan selalu menyalahkan tanpa mau mencari tahu dulu masalahnya.
Di akhir parenting kemarin, saya nggak sanggup nahan tangis. Nyesek banget lihat ada orang tua begitu hebatnya membesarkan anaknya dengan utuh meskipun anak itu spesial, kekurangan, dan tidak sesempurna anak-anak kita. Lalu, kenapa kita tidak bisa sedangkan anak-anak di rumah sempurna tanpa cacat?
Jadi harus gimana mba, kadang kalo lagi byk kerjaan n pms pengennya momster terus jadinya hahha duh taubat taubat ah, semoga kita senantiasa sehat dan sabar ya mba aamiin, tfs lho
ReplyDeleteBener banget ya. .
ReplyDeleteJleb sebanget-bangetnya (halah bahasa apa tuh? 😂)
Kalau menurut saya, semua penyebabnya adalah kurangnya kesabaran ortu.
Contohnya saya yang gak bisa sabaran menghadapi anak.
Ya Allah, semoga diberikan kekuatan buat menjadi ibu yang sabar dan baik :)
Terima kasih udah dijewer pagi-pagi. Semoga diri ini bisa menjadi sebaik-baik ibu bagi anak-anak kita. Aamiin.
ReplyDeleteMendidik anak memang tak semudah membalikkan telapak tangan, perlu banyak belajar apalagi menghadapi anak2 zaman now. Semoga kita semua diberi kemampuan untuk menyiapkan dunia dan akhirat mereka. Aamiin
ReplyDeleteJleb banget tulisannya mbak Muyass, ah ternyata saya belum sempurna menjadi orang tua. Saya kira dengan anak saya memiliki prestasi yang luar biasa di sekolah dan di lingkungannya saya merasa sudah OK jadi ortu,, ternyata belum, meski banyak belajar lagi, semoga semuanya belum terlambat...SEmangat mendidik anak-anak kita menjadi generasi islami....
ReplyDeleteYa Allah, jadi Ibu itu ternyata tugasnya sangat WoW ya kakak
ReplyDeleteJleb banget ini mbak... Semoga kita semua bisa memperbaiki diri dan mulai menjadi orang tua yang bijaksana dalam mendidik dan selalu dirindukan oleh anak-anak.. Aamiiin...
ReplyDeleteApa yang kita ucap hari ini, ternyata punya pengaruh besar ke karakter anak di masa depan. Apalagi ituuuuu hal hal yang diterimanya saat 5 tahun pertamanya
ReplyDeleteTerkadang tanpa disadari orang tua Melakukan kesalahan. Mumpung belum terlambat, yuk, sama-sama memperbaiki diri.
ReplyDeletekalimat penutupnya qo nyindir saya hiks
ReplyDeleteKenapa saya jadi malu ya baca tulisan mbak Muy? Apa daya raport saya jadi orang tua merah semua :(
ReplyDeletePelajaran untuk orang tua khususnya untuk ibu itu banyak juga yaa..jleb baca tulisan mb Muyass..
ReplyDeleteitu ya kalau orang tua melakukan itu, kasian lho anaknya kalau udah gedhe. bisa susah nemuin arah hidup, bahkan terjebak pergaulan bebas. ya karena nggak nyaman di rumah kan. mana ada yang mau dibegitukan sama orang. mau cerita juga nggak bisa karena tahu bakal dimarahin mulu.
ReplyDeleteMakasih ceramahnya mamah Muyas.
ReplyDeleteMasih ndableg banget saya ini, kadang keceplosan ke anak. Padahal udah sering ikut kelas parenting juga.
Ahh malunya....
Poin 8 yang masih sering saya lakukan. Makasih pencerahannya, mah!
ReplyDeleteMakasih udah diingatkan mb
ReplyDeleteAnak saya baru 19 bulan
Moga2 bisa jadi ibu yg baik
Haha...aamiin
ReplyDeleteBetul, Mbak..memang harus sabar banget sama anak2..
ReplyDeleteHaha...aamiin
ReplyDeleteAamiin..aamiin
ReplyDeleteIya, Mbak..semangat yaa..
ReplyDeleteHaha..betul sekali, Mbak
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak
ReplyDeleteAyuu, Mbak
ReplyDeleteHaha, sensi ya kamu
ReplyDeleteSemoga semua masih bisa diperbaiki yaa
ReplyDeleteTerima kasih mbak
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak
ReplyDeleteMemang praktiknya susah bun
ReplyDeleteSama-sama, Milea
ReplyDeleteAamiin..masoh lucu2nya :)
ReplyDelete