“Jika ingin rezeki luas, kamu harus mencintai proses, jangan melihat yang instan saja.”
Seperti itulah sepenggal kalimat dari ustadz Arafat, penulis buku ‘Hijrah Rezeki’ yang kemarin diundang ke Wonderland grup dan sharing. Karena disampaikan dengan bahasa yang renyah, jadinya sharingnya jleb tapi menyenangkan sekali untuk didengar.
Beliau menekankan satu hal, kebanyakan dari kita tidak memedulikan seberapa besar perjuangan orang untuk sampai pada kesuksesan mereka sekarang, tetapi kita hanya melihat dia yang sekarang. Ya, hanya melihat dia sekarang sudah sukses. Padahal, seharusnya kita belajar dari dia, bagaimana dia menjalani proses yang tidak mudah untuk sampai pada kesuksesannya sekarang.
Beliau menekankan satu hal, kebanyakan dari kita tidak memedulikan seberapa besar perjuangan orang untuk sampai pada kesuksesan mereka sekarang, tetapi kita hanya melihat dia yang sekarang. Ya, hanya melihat dia sekarang sudah sukses. Padahal, seharusnya kita belajar dari dia, bagaimana dia menjalani proses yang tidak mudah untuk sampai pada kesuksesannya sekarang.
“Allah mencintai usaha kita. Allah mencintai proses! Karena itulah nanti yang diperlihatkan kepada kita adalah usaha. Yang Allah banggakan di hadapan malaikat adalah usaha! Allah tidak lihat kita sudah berhasil apa belum, sebab yang Allah lihat kita mau usaha apa nggak!”
Jleb. Salah satu kalimat ustadz Arafat mengentak-entak hati saya. Kemudian beliau bertanya lagi, sudah seberapa jauh usahamu? Sudah berapa kali menerima penolakan? Sudah berapa kali dicuekin? Sudah berapa kali jatuh bangun? Sudah berapa kali tulisan kita dinyinyirin orang?
Bagi sebagian orang pertanyaan ini biasa saja, lewat di gendang telinga dan tidak meninggalkan bekas. Sedangkan bagi saya, pertanyaan itu dalam banget mengingat betapa tidak mudahnya saya untuk sampai pada titik saat ini. Hei, saya belum secemerlang apa, tapi untuk punya buku, diterima penerbit mayor dan buku dipajang di toko buku itu rasanya sudah melampaui mimpi-mimpi saya dulu.
Beberapa hari yang lalu saya membereskan buku-buku di lemari yang sudah penuh sesak. Dan saya menemukan catatan lama. Buku-buku saat saya masih di pesantren dulu. Satu buku berukuran besar, bahkan warnanya sudah kusam. Buku ini berisi sebagian besar catatan saya saat SMA. Tahukah kamu apa isinya? Di dalamnya ada puisi, penggalan kalimat dari beberapa novel dan buku nonfiksi yang pernah saya baca. Sebagian lagi berisi peta mimpi yang kalau dilihat sekarang itu tampak lucu banget, apalagi bahasanya masih alay, bahasa Inggris campur sari pula...he.
Dulu, untuk membeli buku saya tak mampu. Uang bulanan di pesantren hanya cukup untuk makan dan membayar keperluan sekolah. Jika ada uang jajan tersisa, biasanya saya kumpulkan untuk membeli LKS, supaya orang tua saya tidak terlalu berat membayarnya. Saat saya punya kesempatan meminjam buku dari teman, setelah antre panjang dengan santri lain, saya biasanya akan mencatat kalimat-kalimat yang saya suka supaya bisa dibaca berulang-ulang, karena buat punya bukunya nggak mungkin banget.
Saat membuka itu hati berdesir, ingat aja zaman dulu betapa sulitnya, hanya untuk punya buku saja nggak bisa. Tulisan-tulisannya masih jelas terbaca, sebagian sudah berubah warna. Kemudian saya pindah ke peta mimpi. Di sana saya menuliskan mimpi saya, mulai dari usaha, gagal, bangkit, usaha lagi, buku terbit, dan berbagi. Kata-kata itu saya tulis dan saya gambarkan di peta mimpi. Saya buat pada tahun 2008. Berarti sudah 10 tahun berlalu. Masya Allah. Dan semua itu sudah saya dapatkan.
Jika orang tidak mengenal saya, baru bertemu sekarang, ketika saya sudah punya puluhan antologi dan beberapa buku solo, seribu lebih artikel terbit di media online, pasti semua nggak akan ada yang menyangka kalau dulu saya seperti apa, selelah apa. Pernah jatuh dan merasa gagal pada tahun 2014, itu saat saya benar-benar memutuskan berhenti menulis. Benar-benar berhenti. Kalau diingat sekarang, itu ibaratnya kegagalan terbesar saya karena sempat menyerah.
Tahun 2017 saya kembali, memulai semuanya dari nol. Ikutan kelas-kelas menulis online. Pelan-pelan menulis buku lagi, ikut lomba-lomba menulis. Dan sampai sekarang masih saya kerjakan itu semua. Lalu apa yang saya dapatkan? Tentu saja impian sepuluh tahun lalu itu benar-benar sudah nyata. Saya belum jadi penulis profesional, cerpen saya di kelas menulis online saja masih banyak revisi, tapi sekarang sy sudah punya buku, buku saya terbit, sebagian dipinang oleh penerbit mayor setelah mengalami banyak kendala.
Berapa kali kamu ditolak? Berapa kali kamu dinyinyirin, difitnah, dan diremehkan orang bahkan dibohongi? Yang jelas saya sudah alami itu semua. Lucunya, setiap ada orang melakukan hal itu pada saya, dalam waktu dekat, hanya berjarak hitungan hari, qadarallah ada saja buku saya yang di-acc penerbit mayor. Bahkan beberapa hari lalu itu kembali terjadi. Dan ini bukan hanya saya saja yang mengalami, ada juga teman penulis lebih senior juga mengalami hal yang sama. Rasanya lucu, ya. Habis nangis-nangis, sedih, kesal, tiba-tiba naskah kita di-acc penerbit, sedih dan lelahnya hilang semua.
Itulah proses. Panjang, berliku, kadang bikin kita menyerah, pengen berhenti dan menghilang, atau ingin menepi sejenak. Tapi, kalau kita sudah cinta, kita pasti akan kembali lagi. Ketika mendengar sharing dari ustadz Arafat, campur aduk rasanya. Membayangkan banyak masalah yang saya alami selama menulis.
Lalu bagaimana cara menghadapi itu semua? Bagaimana sikap kita ketika didzalimi orang lain? Kita harus percaya kalau dendam itu adalah sifat tercela. Kita nggak boleh dendam sama orang karena itu menghambat rezeki kita. Kita juga nggak akan sakit hati kalau kita nggak mengizinkan itu terjadi. Jadi, ikhlaskan saja, kalau sudah ikhlas berarti tidak usah diungkit dan diingat (baiklah, saya sedang berusaha keras..he).
Bagaimana dengan perjuanganmu? Apa pun yang kamu impikan, jalannya pastilah tidak selalu mudah. Kadang menanjak, kadang menurun, kadang kita harus beristirahat untuk memulihkan tenaga, tapi jangan pernah kamu berhenti. Saat kamu melakukan itu, maka harapan itu sudah tidak berarti lagi. Yuk, gapai mimpimu, jangan mudah putus asa. Kita tidak pernah tahu, pada langkah ke berapa tujuan itu akan kita capai. Bisa jadi hanya kurang satu langkah di depan kita, jika kamu menyerah, bukankah merugi sekali, ya?
Hidup ini memang butuh proses ya agar kita semakin dikuatkan oleh beragam kegagalan.
ReplyDeleteSalut akan semua proses yg telah dilalui mbak Muyass dari masih di ponpres sampai sekarang. Selamat mbak. Sukses selalu.
Subhanallah, inspiring banget nih, makasih ya mba sharingnya💕
ReplyDeleteDi balik suatu mimpi yang tercapai pasti emang ada proses panjang sulit yang harus dilewati yaa mba :)) ini dia yg orang2 jarang lihat
ReplyDeleteKeren dan menginspirasi banget, prosesnya mbk muyass bener-bener luar biasa. Pasti terharu banget ya pas lihat buku dari 10 tahun lalu itu, ternyata semua udah jadi nyata.saya yang baca aja ikutan terharu.
ReplyDeleteDan ternyata mbk muyas ini lulusan pesantren ya...
Keren dua kali👍👍👍
Inspiring woman banget, Mbak Muyass 😍
ReplyDeleteSetuju pisan, kalau kita belum jatuh dan diberikan cobaan sama Allah mungkin belum sampai di titik ini yes. Hasil yang sekarang dicapai adalah satu contoh proses yg tak mudah, jatuh bangun jatuh lagi sampai terinjak-injak. Masya Allah, tapi itulah proses. Menyerah atau istiqomah. Allah Maha sayang terhadap hamba-Nya, maka istiqomah adalah salah satu jalan agar tetap menggapai impian yang Allah ridhoi. Semangat terus bunmuy ✊🏻.
ReplyDeleteMenginspirasi banget mbak tulisannya. Dan kalimat ini bener bener bikin jleb
ReplyDelete“Allah mencintai usaha kita. Allah mencintai proses! Karena itulah nanti yang diperlihatkan kepada kita adalah usaha. Yang Allah banggakan di hadapan malaikat adalah usaha! Allah tidak lihat kita sudah berhasil apa belum, sebab yang Allah lihat kita mau usaha apa nggak!”
love the proccess.. aih ngomong mah gampang ya, tapi kalo udah kayak mba muyas saya gak tau masih bakal kuat ato udah bener2 nyerah.. makasih sharing mba, inspiring ^^
ReplyDeleteterharu bacanya..
ReplyDeleteberarti aku kudu siap dengan semua proses panjang itu untuk sampai pada posisi seperti mbak muyass sekarang. thank you inspirasinya :)
Duuuh, meleleh bacanya Mbak. Makasih udah ngingetin untuk jangan berhenti berproses. Keep inspiring, Mbak Muy!
ReplyDeleteInspiratorku banget😍😍 wajib ikut promo buku nti wkkwkwkwk semoga sehat dan makin sukses bu😍
ReplyDelete-Mak belalang
MasyaAllah so inspiring Mba Muyas. Kadang-kadang orang melihat suksesnya aja, ya, padahal dibalik kesuksesan itu ada proses yang panjang dan tak mudah.
ReplyDeleteSukses selalu, Mba.
selalu senang dengan tulisan mbak muyas...makasih mbak...
ReplyDeleteSubhanallah luar biasa kisahnya mba muyass, saya mah apa atuh, tulisan masih belepotan, masih baru lahir... meski bnyk belajar yah...tapi apapun yang terjadi tetap berusaha konsisten menulis walo bisanya masih satu dua paragraph...
ReplyDeleteMasya Allah mbaaak.. Dikau keren sekali. Saya juga pengen bisa punya buku sendiri kayak mbak muyas gitu. Tapi kutak tahu harus mulai dari mana. Sementara ini paling blajar nulis content di IG sama blog aja.
ReplyDeleteMbak Muyyas... Kereen banget pengalamannya. Hasil tidak akan menghianati proses. Jleb, bikin hatiku terusik, tak Boleh menyerah meski usia sudah tdk muda lagi. Impian itu bisa diraih melalui proses yang luar biasa... jatuh, bangun,terpuruk, bangkit lagi. MasyaAlloh... Sukses selalu buat Mbak Muyyas dan kita semua ya. Smg selalu dalam ridho Allah, dimudahkan dalam menggapai mimpi. Aamiin
ReplyDeleteIya, semua itu butuh proses. Karena Allah juga ingin tahu bagaimana seriusnya kita dalam mewujudkan mimpi. Saya pun pernah gagal dan jatuh, yang mana benar-benar bingung harus ngapain. Tapi dari kejadian itu, merupakan titik balik, agar saya harus lebih semangat lagi, agar saya semakin kreatif lagi. Semoga kita selalu diberi keberkahan.
ReplyDeleteMerinding bacanyaaa mbaaa. Tahun ini, tepatnya 2 bulan terakhir ini, adalah masa-masa bangkitku lagiii mb, setelah sempat galau geralau sekian lama. Memang proses jatuh bangun itu yang menempa kita ya mb, makin kuat, makin tahan banting. Sukses Kak Muyasss, lanjutkan karya-karya indahmu!
ReplyDeleteMau beli buku Hijrah Rezeki belum jadi.
ReplyDeleteYou are the best lahh kakkk
Sangat menginspirasi sekali mbak... Semoga semangat juangnya menular juga ke saya yang masih
ReplyDeleteNewbie dalam hal dunia menulis
iihh, jadi pingin nangis baca ini... teringat kenangan2 dr tahun 2005-2009 yg kita lalui bersama..
ReplyDeleteNgena banget tulisannya mbak. Semoga saya nggak nyerah walaupun Lelah. Semangat mbak muyyas sungguh pantas untuk diikuti. Keren
ReplyDeleteSaya ketinggalan ikut sharingnya, Mbak. Tapi membaca tulisan ini, serasa ikutan merasakan. Yes, harus menikmati proses ya, Mbak. Bahkan saat kita sudah merasa berhasil, kudu jalan terus. Terima kasih atas motivasinya. Baarakallahu fiik :)
ReplyDeleteSekarang saya sedang berproses ng-ODOP, memperbaiki blog yg bolong2. And I love it :)
Hidup ini adalah sebuah perjuangan. Kita harus yakin bisa melaluinya. Sangat inspirasi. Terima kasih
ReplyDeleteJadi kepo 2014 kenapa heuuu xixixi
ReplyDeleteApa pun itu setiap kejadian emang membawa hikmah banget y mba
Dan masa lalu yang pahit justru bahan baku menyenangkan buat penulis
Sukses selalu, mbakk
Dan gua sangat percaya akan hal itu hehe
ReplyDeleteTerima kasih, Mas...Aamiin
ReplyDeleteSama-sama, Mbak :)
ReplyDeleteIyap, betul sekali, Mbak
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak... :)
ReplyDeleteDirimu juga keren, Mbak.. :)
ReplyDeleteSemangat juga dirimu, Mbak :D
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak :)
ReplyDeleteMbak pasti lebih kuat deh.. :)
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak..semangat yess kamu hebat..
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak..
ReplyDeleteKwkwk..kamu ah..dirimu lebih hebat, Mbak..sukses juga untukmu, Mbak :D
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak :)
ReplyDeleteTerima kasih, Mba sudah mampir :)
ReplyDeleteSemangat mbak..
ReplyDeleteSemoga bisa lekas punya buku sendiri yaa Aamiin..mbak hebat banget, tinggal dimulai saja.. :)
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak..sukses juga untukmu :)
ReplyDeleteAamiin, Mbak..
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak..sukses juga untukmu :)
ReplyDeleteKamu juga the best bun.. :D
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak..semoga sukses dan terus semangat yaa
ReplyDeleteHihi..iya betul sekali..:D
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak..dirimu lebih keren .. :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, senangnya kalau odop di Estrilook bisa bermanfaat..semangat terus mbak.. :)
ReplyDeleteTerima kasih.. :)
ReplyDeleteHaha..kepo :D
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak...aamiin..sukses juga buatmu :)
Iyap.. :D
ReplyDeleteDitunggu artikel berikutnya mbak :D
ReplyDeleteSuka saya baca ini mbak, jadi makin semangat ngejar cita2 jadi penulis, walau telat memulai dari yg seharusnya. Gak apalah, better late than never
ReplyDeleteSemoga bisa segera terwujud yaa mbak impiannya :)
ReplyDeletestep by step itulah proses hidup yang harus dijalani, jatuh bangun itu biasa mirip balita yang sedang belajar berdiri.
ReplyDeletejika manusia saya ibaratkan pohon yang besar maka angin akan sering menerpa pohon tersebut. begitulah ciri manusia yang sering nyinyir, selalu merendahkan mirip seperti angin yang menerpa pohon.
lanjutkan menjemput impian...!
orang hanya melihat akhirnya bukan dari prosesnya, itulah pada umumnya.
ReplyDeleteYang namanya hidup, aduh kalau soal didzolimi rasanya kok ya kencang hati ini. Tapi ya itu memang tidak boleh dendam ,walau dihati pasti ada rasa sakit yang membuat menangis. SEmua demi kelancaran rezeki.
Pengalaman sekolah kok ya hampir sama, untuk membeli buku berat sekali. Kalau saya jika libur sekolah kerja jadi tukang kuli bangunan agar bisa terbeli buku pelajaran.
saya juga mengalami masa2 gak bisa beli buku. Trus mainnya ke tempat temen yang ortunya guru. Kadang ngintip2 bukunya buat dibaca. Soalnya waktu itu gak ditawari buat pinjem :). Terima kasih sharingnya, mbak muyass, saya juga lagi bangkit lagi buat menulis. Mudah2an terus semangat ya...
ReplyDeletekadang saya butuh motivasi. seperti cerita artikel ini. di saat lagi sudah putus asa melakukan sesuatu, ada yang memberikan motivasi seperti ini. membuat beban terasa lebih ringan. makasih sharingnya mba. sukses terus.
ReplyDelete