Ini bukan tentang seberapa tampan dirimu saat lima puluh tahun setelah kita resmi menikah. Ini bukan tentang seberapa gagah dirimu setelah masa tua menjemput. Ini tentang bagaimana kita berdua mampu menjaga hati, meski sampai wajah ini tak lagi nyaman dipandang sebab kerutan dan rambut memutih menjadi pemandangan yang membosankan. Bukankah begitu, Mas? Dan jiwa yang telah terikat dan tertambat seharusnya tak memusingkan masalah fisik. Sebab siapa pun yang kamu pilih kelak, dia pun akan mengalami hal yang sama. Tetapi hati yang suci tak akan berubah meski masa telah tenggelamkan banyak ingatan tentang indahnya kebersamaan kita…
(Raina)
Mengingat banyak hal tentang kebersamaan kita memang bukan hal mudah. Terlebih itu tentang setia yang dulu selalu kamu agung-agungkan. Memang terpikat wanita lain tak selalu karena salah dia, bisa jadi aku memang kurang bersyukur memiliki pasangan sebaik dirimu sehingga Allah menegurku. Kadang kita harus kehilangan dulu supaya tahu betapa berartinya seseorang dalam hidup kita.
Tapi, jika harus menunggu luka, rasanya terlalu menyesakkan. Aku tak pernah benar-benar ingin meninggalkanmu, Mas. Masalah bertubi yang datang menghantam biduk rumah tangga kita membuat segalanya jadi aneh, entah kenapa meski kesal dan benci, aku sering merindukanmu diam-diam.
Setelah menikah, memang bukan masalah siapa aku dulu, dan siapa kamu kemarin, yang terpenting adalah siapa kita saat ini. Dan masa lalumu itu memang cukup rumit, Mas. Dan ternyata tak semudah yang aku bayangkan bisa memaafkan semua itu, terlebih ketika orang lain dalam kehidupanmu dulu tiba-tiba saja muncul. Apa yang harus aku katakan terlebih ketika melihat kamu bercengkerama berdua dengannya? Aku memang cengeng, tak bisa menahan sesak yang tiba-tiba menghantam. Suamiku tertawa lepas bersama wanita lain. Kenyataan yang tak pernah membuat hati baik-baik saja.
Menyalahkan dia sebagai penyebab semua ini rasanya terlalu jauh. Aku belajar untuk tidak mengkambinghitamkan siapa pun, termasuk perempuan itu. Masalah ini bisa jadi kita berdua memang sudah memulainya lebih dulu, dan dia masuk di antara celah kecil yang telah kubuka.
Selama beberapa hari menjaga buah hati kita di rumah sakit, kamu selalu menunjukkan penyesalan yang pada akhirnya membuatku luluh. Sayangnya, luka itu memang bisa dengan mudah sembuh tetapi akan sangat sulit sekali dilupakan. Jika saja kamu tahu, hal semacam ini sebenarnya tak banyak merubah keadaan kita. Atau memang aku saja yang sulit memaafkan?
Ketika kamu tertidur pulas di sofa berwarna abu-abu itu, aku merasakan ada banyak penat menggelayuti wajahmu, Mas. Sepertinya kita terlalu lama berkonflik sampai tak tahu jika kebersamaan kita saat ini adalah kebahagiaan yang tak terkira. Ketika diam-diam aku menatap wajahmu lekat, sepasang mata itu terbuka, kemudian tersenyum. Aku bisa meraba jantungku yang sempat lepas kendali dan segera berpaling, pura-pura mengantuk dan tertidur. Tetapi diam-diam kamu menatapku. Balasan yang tak pernah kusangka sejak terjaga satu jam sebelumnya.
Karena merasa risih diperhatikan terlalu lama, aku pun memberanikan diri membuka mata dan memelototimu, kamu balas tertawa. Dan enyah sudah rasa sakit yang kemarin serupa batu besar menghantam hati. Sesederhana itulah penyelesaian dalam hubungan kita. Ketika gunung es sudah mencair, apapun akan terasa lebih ringan. Bukan begitu, Mas?
Ini bukan tentang seberapa cantik dirimu setelah usia setengah abad pernikahan kita, tetapi seberapa kuat aku menahan diri untuk tidak berpaling kepada perempuan lain. Menjadi bagian dari keluarga kecil kita sejatinya sudah merupakan hadiah tak terkira, tetapi dalam beberapa keadaan, aku sering lupa dan mengabaikan apa itu setia. Aku rindu bersitatap denganmu, aku rindu mendengar omelanmu setiap pagi, ketika kamu merapikan kancing kemejaku dan bersiap menyiapkan sarapan. Bukankah kamu memang istri yang sangat cerewet? Setidaknya karena itulah aku masih bertahan di sini, Rai. Jangan lelah menemaniku, mungkin suatu saat aku akan membuatmu kesal lagi, tetapi jangan pernah habis memaafkan semua kesalahanku, sebab kenyataannya aku tak pernah bisa berpaling.
(Bagas)
-Tamat-
Berumah tangga itu ternyata harus bisa membawa diri masing-masing untuk kebaikan bersama ya.
ReplyDeleteWaa, berat..berat..seperti rindunya Dilan.
So sweet...
ReplyDeleteKisah yang penuh inspirasi.
Mba Muyass bisa aja nih bikin saya jadi baper, hehehe...
ini kisahmu kah mbak muyass???
ReplyDeleteAkhirnya, gak mewek lagi saya 😊😊
ReplyDeleteBagus cerbungnya mba, di ambil dari kisah nyata ya :D
ReplyDeleteIya, bilang sama Dilan, yang berat bukan rindu, tapi menjalani biduk rumah tangga :D
ReplyDeleteHehe, makasih, Mbak.. :)
ReplyDeleteKenapa setiap menulis fiksi langsung nembak begitu? Apakah ini lebih mirip curhatan ketimbang cerpen? :D
ReplyDeleteAsyik, malam ini sy bisa bobok nyenyak :D
ReplyDeleteHehe, ini fiksi aja..jangan nuduh gitu kan saya jadi nggak enak..hihi
ReplyDeleteJadi begitu ya kalau sudah berumahtangga. Susah iya gampang pun iya ya mbak. Hatii kamu sudah kuat belum? 😂😂
ReplyDeletekalau sudah berumah tangga, jaga kesetian adalah hal yang utama. Semua sudah ditakdirkan dan dijodohkan oleh Allah SWT
ReplyDeleteYeaaay! Happy Ending!
ReplyDeleteMungkin cerpen yang berasal dari curahan hati :D
ReplyDeleteJangan berumah tangga kalau takut ga kuat menjalani nya.
ReplyDeleteEhm, kurang cocok untuk saya jadikan kutipan komentar.
Tp ya emang begitu ada nya.
Berumah tangga itu buat saya "adventure" :D
Mba, ini fiction or non fiction hehehe.. rasa bosan pasti ada ya, kalau dia bisa tertawa lepas dengan yang lain, kamu juga bisa kok ^^
ReplyDeleteDari awal pertama terdampar di blog ini saya suka sama tulisan ygn selalu bikin bapernya..
ReplyDeleteBerkularga/ berumah tangga bukan sesuatu hal yg mudah, tak semuga membalikan telapak tangan
Mbak mbak, tisue mana tisue.. Mataku udah berkaca2 nih.. :( semoga tulisan ini bisa membuka pikiran2 byk org yg galau karena ingin bgt nikah tp blm kesampaian.. Hhh
ReplyDeleteBiar pd sadar, kl nikah nggak cuma ada rasa bahagia
Akhirnya Tamat...😄
ReplyDeleteIntinya terkadang Sang buah hati bisa membuat suasana Ego menjadi luluh..
Meski dalam.kehidupan berumah tangga banyak faktor beda persepsi antara pasangan... Intinya saling percaya saja, tanpa harus atau mempercayai orang ketiga yang belum tentu searah..😄
Tantangan satu hari satu karya iidn cuma sampai hari 14 ya.?
ReplyDeleteKirain sampai 30 hari. :)
mba ini kisah cinta pribadi kah? penyampaian emosinya dapet bangettt... sukakkkk
ReplyDeleteMenginspirasi bngat, buat perhatian kelak jika sudah berumah tangga 😀😁
ReplyDeleteHehe..iya mbak..udah kuat belom? :D
ReplyDeleteBetul sekali
ReplyDeleteAkhirnyaaa..hehe
ReplyDeleteBener sekali..hehe
ReplyDeleteHehe..fiksi kok ini mbak..jangan sampe yaa..hehe
ReplyDeleteTerima kasih ya mas sudah membaca cerita-cerita di sini..bener sekali..
ReplyDeleteBetul sekali mbak..makasih sudah baca..
ReplyDeleteIyaa akhirnya tamat..hehe
ReplyDeleteiyaaa..cuma 14 hari aja...
ReplyDeletefiksi kok mbaak..aduh jangan sampe deh...hehe
ReplyDeleteTerima kasih, semoga kelak rumah tangganya bahagia yaa amiin
ReplyDeletenah.. itu... biasanya klo cerpern tentang kegalauan ditulisx dari kisah si penulis... karakternya lebih nendang..^^
ReplyDelete