Meskipun dalam waktu singkat, tanpa pembuktian
Sayangnya, ada aku yang jauh lebih menghargai kehadiranmu
Bukan dia yang baru saja datang.
Kadang, menyenangkan merasakan suasana baru bersama orang lain,
Termasuk ketika binar-binar cinta itu menyala
Seperti orang yang baru saja jatuh hati.
Berbunga, hangat dan selalu menyenangkan.
Sayangnya, jatuh cinta cukup sekali,
Merawatnya butuh bertahun-tahun supaya tidak layu
Seperti usia pernikahan kita yang semakin menua
Melewati banyak hal,
Aku tak benar-benar yakin, dia bisa setangguh aku saat kamu benar-benar berada pada titik terendah dalam kehidupanmu
Aku tak benar-benar yakin, dia sebaik malaikat saat menunggui masa kegagalanmu yang tak cukup sekali terjadi
Aku juga tak pernah yakin dengan cinta yang sebenarnya tak layak diperjuangkan,
Termasuk ketika kamu memasukkan orang lain dalam hubungan kita
Kadang menyenangkan, menjadi bagian dari seseorang
Tapi, tidak menyenangkan ketika menjadi bagian dari sepasang suami istri yang telah membina rumah tangga selama bertahun-tahun,
Sebab, sebahagia apa pun, dia tetaplah duri
Merusak, melukai...
****
Bagas membuka pintu kamar di mana Raka dirawat. Putranya sedang tertidur pulas. Di sampingnya, Raina tengah menangis sesenggukan. Bukan kabar baik hari ini. Raina melihatnya sedang bertemu Sherly di rumah sakit yang sama di mana putranya dirawat.
Sebelumnya, bukan maksud Bagas menyakiti istrinya. Dia hanya ingin mengetahui konsisi Sherly yang menurut Rara, sedang dalam keadaan kritis. Kenyataannya, saat berkunjung, Sherly sudah membaik. Dan pertemuan yang diawali rasa iba itu justru berubah jadi canda tawa.
Sherly, meskipun dulu sempat menjadi orang paling Bagas benci, kini justru bisa membuatnya tertawa setelah sekian lama dia hanya murung dan menjadi bagian tersulit di rumahnya sendiri. Tidak menyapa Raina, tidak juga bicara berdua seperti sebelumnya.
Pertemuan singkat membuat suasana hatinya menjadi segar lagi. Ada banyak hal yang baru Bagas tahu, termasuk kalimat maaf yang berulang kali Sherly ucapkan saat pertama mereka bertatap muka. Dia, gadis yang terlihat sayu itu berkali-kali menyesali perbuatannya dulu. Dan bagi Bagas, memaafkan bukanlah hal buruk terutama setelah tahu, ada Rara di antara mereka.
Tidak pernah terbersit ingin menduakan Raina. Tapi, istrinya telah mengetahui lebih dulu sebelum Bagas sempat menjelaskan. Tentu saja, hal semacam itu terdengar sangat menyakitkan. Bahkan Bagas kini sudah mulai bisa merasakannya.
Mungkin, Raina bisa mencari pintu surga lainnya ketimbang harus berbagi hati dan cinta suaminya kepada wanita lain. Bagas mengerti, kepercayaan Raina terlukai untuk kedua kalinya.
Bagas menarik napas, mendekati istrinya yang masih menangis. Wanita ini benar-benar tampak kurus. Bagas entah dari mana, merasa begitu iba ketika melihat kondisi istrinya. Mungkin Bagas cukup bersedih atas kondisi rumah tangganya saat ini, tidak disadarinya, ada orang yang jauh lebih bersedih darinya.
“Rai,”
Suara hangat yang Raina rindu. Ke mana selama beberapa minggu terakhir? Sibuk menjadi bagian dari wanita lain? Raina diam. Hatinya tiba-tiba ngilu.
Bagas menarik tangan Raina. Wanitanya menolak untuk kesekian kali. Bagas menjatuhkan tubuhnya di lantai, memohon. Biarkan dia bicara. Lelaki itu ingin sekali didengar, jangan didiamkan. Sebab itu lebih menyakitkan baginya.
Tapi, Raina yang masih menangis justru terus mempertahankan pendiriannya. Tidak ada yang perlu dibicarakan, termasuk kebersamaan mereka yang telah terlukai. Raina bangkit, menjatuhkan hand bag di pangkuannya. Suara berisik dan barang-barang berceceran. Termasuk sebuah botol obat berukuran kecil.
Bagas dengan gemetar memungutnya.
“Kamu hamil?”
Bagas tahu betul, itu vitamin untuk ibu hamil. Bagas terkesiap, menyadari ada banyak kejanggalan akhir-akhir ini, termasuk suara muntah-muntah di kamar mandi setiap pagi. Istrinya hamil? Benarkah?
Rasanya hampir tak percaya. Raina yang masih kesal justru membereskan tasnya tanpa peduli. Sayangnya, Bagas telah lupa semuanya. Dia lupa bahwa kemarin mereka masih tidak bicara, dia lupa, bahkan tadi Raina masih menatapnya dengan tatapan tajam dan menyakitkan. Yang Bagas tahu, dia bahagia mendapati istrinya sedang mengandung anak kedua mereka.
Bagas merengkuh Raina. Dan wanita berlesung pipit itu mematung lama sekali. Perasaan rindu dan entah, bercampur jadi satu. Menyadari, ada banyak hal hilang akhir-akhir ini. Termasuk perasaannya yang sudah mengering, layu.
Kalau saya jadi Raina mungkin juga milih gtu #aduh #amit2 #jauh2 :(
ReplyDeleteBenci tapi sangat rindu
ReplyDeleteHihi, elus perut ya mbak..hehe..amit2
ReplyDeleteSukaaa bc fiksinya...
ReplyDeleteRaina, maafin bagas aja..
ceritanya selalu bikin lupa sekitar mbak
ReplyDeletekalo saya sebagai cowok dan jadi bagas
benar benar merasa bersalah dan hal yang bodoh melukai istri
Aku seketika mewek ini mbak... Sedih banget....
ReplyDeleteWah aku jadi baper nih baca tulisan ini.
ReplyDeleteItulah wanita *eh salah, Raina :D
ReplyDeleteMakasih mbak...
ReplyDeleteIya nih, kapan ya dimaafin :(
Terima kasih sudah membaca...nah, iya ngeselin juga sih berhadapan sama Bagas..
ReplyDeletesodorin tisu, makasih ya mbak sudah membaca... :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca...
ReplyDeleteterharu ..:)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca..
ReplyDeleteSelalu ada debar yang entah dari mana, kalau sedang membaca artikel semacam ini. Apakah itu tanda saya sedang baper?
ReplyDeleteMungkin juga ya.. :D
ReplyDeleteAmiin, terima kasih..
ReplyDeleteDuh ,..Bagas..teganya..teganya !
ReplyDeleteIya nih, nggak nyadar2 juga :(
ReplyDelete