Tahun ajaran baru segera dimulai. Buah hati kita sudah memasuki usia lima tahun. Itu artinya kita akan disibukkan dengan hal baru. Salah satunya mencari sekolah yang tepat untuk mereka. Tapi, yang tak kalah penting, persiapkan juga dia memasuki sekolah barunya nanti.
Kadang kita merasa takut jika nanti dia menangis saat memasuki ruang kelas atau justru tidak mau ditinggal pulang dan memaksa kita duduk sebangku dengannya. Kejadian seperti itu wajar saja terjadi. Sebab sekolah merupakan tempat baru buat mereka. Belum lagi ketakutan saat ditinggal pulang. Oleh karena itu, penting sekali mempersiapkan mereka memasuki sekolah pertamanya. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat mereka betah dan mudah beradaptasi di sekolah?
Saya melakukan banyak hal sederhana untuk mempersiapkan si sulung masuk sekolah barunya. Saat itu saya sedang hamil. Tinggal berjauhan dari orang tua membuat saya sedikit khawatir, takut sekali kalau si sulung akan keberatan saat ditinggal nanti. Sedangkan saya mustahil menemani sebab adik bayinya sudah saatnya lahir. Maka sejak awal saya sudah berusaha mengenalkan apa itu sekolah.
Saya sering bercerita dan ngobrol berdua dengan si sulung. Sambil bercerita, saya biasanya akan membuat gambar-gambar sederhana supaya dia lebih senang mendengarkan. Misalnya saja saya bercerita tentang kegiatannya di sekolah nanti. Dia akan punya banyak teman baru dan tentu saja guru menyenangkan serta menyayanginya.
Di sekolah juga, dia akan belajar bagaimana bersosialisasi, berbagi mainan serta makanan. Banyak hal bisa dia pelajari. Ajarkan juga tentang perpisahan yang mungkin sangat mengkhawatirkan bagi sebagian anak.
"Jangan khawatir jika Bunda harus meninggalkanmu pulang. Saat sekolah selesai, Bunda akan menjemput kamu lagi."
Hmm, kira-kira sesederhana itu. Tapi itu selalu saya ulang hampir setiap hari selama beberapa bulan. Jujur saja, si kakak ini termasuk anak yang kurang bergaul di sini. Karena saya sangat jarang dan tidak terlalu suka juga keluar rumah. Jadilah si kakak ini kegiatan sehari-harinya hanya bermain dengan saya..he.
Kadang saat sore hari atau paginya saya mengajak dia bermain di halaman. Kadang juga menemaninya bermain sepeda bersama beberapa anak sebayanya. Dan saya tidak pernah meninggalkan dia sendirian. Walaupun anak-anak lain sudah terbiasa bermain tanpa pengawasan orang tua, tapi dia berbeda. Ketika bermain di luar rumah, saya pun akan menunggunya di depan rumah.
Si sulung juga termasuk anak pendiam dan tidak terlalu percaya diri. Setiap kali ditegur tetangga, dia diam saja entah malu atau malas menjawab. Maka saat akan masuk sekolah, saya benar-benar was-was. Takut jika dia tidak bisa lekas berbaur dengan teman-temannya atau menangis saat saya tinggal pulang.
Dan kenyataannya saat pertama kali masuk sekolah dia happy bukan main, bernyanyi lewat pengeras suara, berkenalan dengan teman-temannya dan yang pasti dia tidak menarik lengan saya untuk mendekat. Dia mandiri.
Yess! Saya girang bukan main. Alhamdulillah. Trauma masa lalu saya yang tidak mau sekolah karena ditinggal pulang Bapak akhirnya hilang sudah. Dulu saya sampai tidak sekolah TK karena Bapak sudah sangat malu menemani saya di sekolah sepanjang hari. Dan saya? Jangan ditanya, memilih tidak sekolah ketimbang ditinggal pulang. Sungguh masa-masa yang sangat dramatis…he.
Persiapan lainnya adalah menceritakan betapa menyenangkannya bermain di sekolah. Dia akan punya banyak teman dan bisa bermain bersama. Menceritakan hal positif secara terus menerus tentu akan tertanam di dalam alam bawah sadarnya. Saya juga melakukan hypnosis sebelum dia terlelap. Memasukkan sugesti postif seperti seperti mengatakan bahwa dia adalah anak yang hebat dan berani sekolah.
Tentu itu bukan hal sulit. Hypnosis memang sangat terbukti ampuh asalkan sebagai orang tua kita bisa melakukannya dengan konsisten. Minimal lakukan itu 21 hari berturut-turut saat anak akan terlelap.
Perkenalkan juga sekolah barunya. Jangan sampai dia tidak tahu sekolahnya di mana, ya. Sebisa mungkin sebelum anak masuk sekolah, ajak dia keliling dan memberitahunya tempat-tempat tertentu seperti kelas barunya, kantin dan lain-lain.
Ajarkan anak untuk berani melaporkan segala sesuatu yang mengganggu dirinya. Misalnya teman yang kurang baik dan memukul dia. Saya ajarkan supaya dia selalu bercerita pada gurunya saat di sekolah. Saya tekankan bahwa ketika ada orang yang berani mengganggu, maka yang pertama kali dimintai tolong adalah guru. Dengan begitu dia merasa ada yang melindungi selama orang tuanya tidak ada di dekatnya.
Berikan pujian saat dia berani di sekolah. Jangan fokus pada kekurangannya. Tapi terus bicarakan tentang kelebihannya. Misalnya hari ini dia sudah berani ditinggal, atau mungkin belum berani tapi sudah menyuruh kita keluar kelas dan menunggunya di jendela. Itu merupakan perubahan positif yang harus kita banggakan. Pujian membuat dia merasa dihargai dan berharga. Jangan pelit memuji anak-anak, ya.
Katakan, "Kamu hebat, kamu pintar dan Bunda sangat bangga padamu!"
Sederhana, ya? Coba yuk kita terapkan di rumah. Anak-anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mendukungnya, tentu akan menjadi orang yang punya rasa percaya diri tinggi. Insya Allah!
Jangan lupa juga mengajari dia untuk pandai bersosialisasi. Seperti memperbolehkan barangnya dipinjam, berbagi makanan kepada teman. Ajarkan dia dengan menerapkannya di rumah dan tentu saja kita sebagai orang tua adalah contoh yang paling mudah dia tiru. Jika kita memperlakukannya dengan baik, insya Allah dia pun akan memperlakukan orang lain dengan baik pula.
Menjadi orang tua memang tidak ada sekolahnya, ya. Tapi ilmunya bisa kita pelajari di mana-mana. Yuk, persiapkan anak memasuki sekolah barunya. Ajak dia bergembira!
Intinya belajar berani di depan orang banyak Yo Mba.
ReplyDeleteBenar mbak... ^^
ReplyDeleteTindakan seperti mensugesti anak agar nyaman di sekolah barunya itu penting lho, mbak. Aku pernah melakukannya pada anakku agar dia bisa bangun pagi biar tidak kesiangan ke sekolah. Pernah berhasil :)
ReplyDeleteSelama ini hanya menghadapi anak orang lain yang takut ditinggal ibunya pulang setelah diantar. Anak sendiri? Nggak ada yang diantar di hari pertama. Hahahha.. Alhamdulillah enjoy sekolah di hari pertama.
ReplyDeleteAnak saya adaptasi 1 pekan, pekan kedua berangkat sekolah bareng sepupu dan budhe-nya. Sekarang walaupun saya yg antar ke sekolah, tapi tetep nunggu sampai budhe-nya datang 😅
ReplyDeleteBenar mbak. Meski kelihatan sederhana dan biasa aja tapi justru itu sangat melekat dalam ingatannya. Si kakak dulu juga menyapih dengan hypnosis ini...alhamdulillah berhasil... ^^
ReplyDeleteSenang dan bahagia tentunya melihat anak kita percaya diri seperti itu ya mbak... ^^
ReplyDeleteNah lho malah nyariin budhenya ya...hehe
ReplyDeletekita sering tidak sadar akan potensi anak anak ya mbak, ternyata mereka bisa loh... cuman emang emaknya aja suka parno. hi hi hi
ReplyDeletemakasih banyak sharingnya, mbak. berguna banget nih buat saya kalau nanti anak sudah mulai sekolah
ReplyDeleteHihi, sama Mbak..dulu saya TK ditunggui Ibu dan penuh drama sekolahnya ..
ReplyDeleteAlhamdulillah anak-anak nggak kayak saya
Trims tipsnya
Hihi..betul mbak. Dalam hypnosis menurut psikolog juga emaknya harus yakin dulu anaknya mampu..kalau nggak kayaknya nggak bakal berhasil..
ReplyDeleteSama-sama ya, mbak...^^
ReplyDeleteAlhamdulillah, kita diselamatkan dari yang namanya emak sekolah lagi..sekolah si kakak juga mendukung, orang tua diberi batasan hanya seminggu pertama boleh ditemani. Selebihnya serahkan pada gurunya..hehe
ReplyDelete